Pemuda itu terus melajukan mobilnya, kali ini dia memberhentikan mobil di halaman sebuah klinik, Ayu yang membaca plank tulisan Klinik dr. Okan Chandra Pratama, Sp.KK merasa heran, kenapa pemuda itu malah membawanya ke klinik.
Karena penasaran, Ayu pun bertanya, "Kenapa Tuan membawaku ke sini? Memangnya siapa yang sakit dan apa yang harus aku lakukan untuk membayar ganti rugi itu?"
"Ayo masuk! nanti aku jelaskan di dalam," ucap pemuda itu sambil berjalan masuk ke sebuah ruangan."
Terlihat di sana dua orang perawat dan beberapa orang pasien sedang menunggu. Melihat kedatangan pemuda itupun mereka tersenyum lalu menyapa, "Selamat sore Dok?"
"Selamat sore, maaf saya telat. Soalnya tadi jalanan macet. Sus...tolong ambilkan bangku untuk tamu saya ya! dan sekalian panggil pasien nomor antrian pertama."
Ayu merasa heran sekaligus kagum, ternyata pria tampan ini adalah seorang dokter, dokter Okan, itu mungkin namanya.
Suster yang diminta mengambilkan kursi pun telah datang, lalu dia meletakkan kursi di sisi sebelah kanan Dokter Okan, sesuai perintahnya.
Ayu pun dipersilakan duduk, sejenak dia memperhatikan Dokter Okan yang sedang melayani pasien.
Kini pasien pertama pun sudah selesai, lalu masuklah pasien kedua, tapi sebelum Dokter Okan melayaninya, dia meminta Ayu agar mengantar pasien ke tempat tidur khusus pasien karena dokter Okan akan memeriksanya.
Lalu dokter Okan meminta Ayu untuk mengambilkan obat yang telah dia tulis namanya di secarik kertas, di dalam lemari obat.
Ayu segera mengambilkan obat yang di maksud sesuai permintaan Sang Dokter, lalu dia meletakkan obat tersebut di meja dokter Okan dan diapun kembali mendampingi pasien.
Pasien kedua, ketiga, keempat dan seterusnya pun selesai mereka layani. Okan tersenyum puas, ternyata gadis di hadapannya ini cukup pintar hingga dia tidak perlu memerintah ulang, gadis itupun paham akan tugasnya.
Ayu pun mendekati Sang dokter lalu bertanya, "Maaf sebelumnya Tuan Dokter, aku tidak tahu jika Anda seorang dokter dan aku mau bertanya apa yang harus ku lakukan untuk membayar ganti rugi atas kerusakan mobil Tuan?" tanya Ayu.
Dia ingin segera mendapatkan jawaban karena hari sudah malam dan kini dia memikirkan Sang Ibu yang pastinya sedang khawatir menunggu kabar.
Dokter Okan pun menjawab, "Sekarang kamu sedang mencicil untuk membayar ganti rugi kerusakan mobilku."
"Maksud Tuan Dokter?"
"Ya...karena kamu tidak punya uang dan tidak mau menyusahkan ibumu serta tidak ingin di penjara, maka kamu menggantinya dengan bekerja di sini dan aku akan memotong gajimu sampai hutang kamu lunas."
"Apa Tuan Dokter? Apa aku tidak salah dengar?"
"Kamu masih muda dan pastinya pendengaran kamu masih bagus kan?"
Ayu merasa tidak enak dengan ucapan terakhir Sang dokter, dia tidak tuli hanya ingin memastikan saja ucapan dokter Okan, tapi akhirnya Ayu mengesampingkan perasaannya itu, lalu dia berkata, "Terimakasih Tuan Dokter? Terimakasih atas kebaikan Tuan," ucap Ayu sambil memegang tangan dokter Okan.
Dokter Okan tertegun, dia merasakan perasaan aneh saat gadis di hadapannya ini menyentuh tangannya, lalu diapun buru-buru menarik tangannya.
Ayu pun merasa malu, lalu dia meminta maaf. Kemudian Ayu bertanya lagi untuk memastikan jadwal kerjanya karena dia masih harus pergi ke sekolah, "Jadi aku masuk kerja jam berapa Tuan Dokter? Aku kan masih ingin meneruskan sekolah?"
Setiap hari sepulang sekolah kamu harus kesini, membantu aku, khusus di hari minggu dan hari libur nasional klinik tutup, jadi kamu tidak perlu kesini.
"Baiklah Tuan Dokter? mulai besok sepulang sekolah aku akan langsung ke sini. Satu lagi Tuan, bolehkah malam ini aku pulang? Aku ingin menemui Ibu dan membicarakan semua. Aku yakin saat ini beliau pasti sedang cemas menungguku untuk memberi kabar."
"Oke sebentar lagi klinik tutup dan aku akan mengantarmu pulang, sekalian aku akan pulang ke apartemenku," ucap Okan.
"Kamu tidak keberatan kan jika setiap malam pulang larut? Soalnya klinik ini buka jam 4 sore dan tutup jam 10 malam, karena rumah kamu se arah dengan tempat tinggalku, jadi tidak usah cemas, kamu pulang aku antar, tapi perginya kamu harus naik kenderaan umum."
"Iya Tuan, Aku tidak keberatan. Aku malah berterimakasih, Tuan Dokter sudah sangat baik tidak memenjarakanku."
"Sudah sekarang kita bersiap, aku akan tutup dulu klinik ini, kamu tunggu saja di depan bersama kedua Suster itu."
"Satu lagi, namamu siapa?"
"Maaf Tuan Dokter, aku sampai lupa memperkenalkan diri, namaku Ayumi, Ibu dan orang-orang biasa memanggilku Ayu," jawab Ayu sambil mengulurkan tangan.
"Oh...Ayu, nama yang bagus, seperti orangnya," gumam dokter Okan yang nyaris tak terdengar.
"Apa Tuan?" ternyata Ayu samar-samar mendengar ucapan dokter Okan tapi memang tidak jelas.
"Jangan panggil aku Tuan, panggil saja Okan."
"Baik Dokter Okan!"
"Ya sudah, kamu silahkan tunggu di depan, aku akan bersiap."
"Siap Dokter!" jawab Ayu sambil berjalan ke depan menemui kedua suster yang sedang menunggu jemputan.
Okan pun segera membereskan meja kerjanya, lalu menyimpan file pasien ke dalam lemari, baru setelah itu, dia mengambil tas kerjanya dan berjalan keluar.
Ayu dan kedua suster yang sudah menunggu di depan pun langsung berdiri melihat dokter Okan sudah bersiap pulang. Tidak lama menunggu, suami kedua suster itupun datang menjemput.
Mereka berpamitan dan segera meninggalkan klinik, pulang ke rumahnya masing-masing. Okan pun segera meminta Ayu untuk menunggu di mobil.
Setelah mengunci klinik, Okan menyusul Ayu, "Ayo naik!"
Ayu pun segera naik di belakang seperti saat tadi siang dia diantar ke rumah oleh dokter Okan.
"Ngapain kamu duduk di situ? Memangnya aku supir kamu? Ayo pindah ke sini!" ucap Okan.
"Tapi Tuan!" jawab Ayu yang merasa tidak enak dengan permintaan dokter Okan.
"Sudah tidak usah protes! Apa kamu mau aku tinggalkan di sini dan pulang dengan berjalan kaki? Kamu tahu kan ini sudah jam berapa? Angkot tidak ada lagi yang bakal lewat di sini."
Ayu pun segera pindah ke depan, lalu dokter Okan segera melajukan mobilnya. "Apa kamu tidak punya ponsel?"
"Ha...apa Tuan?" tanya Ayu yang tidak konsen karena sejak tadi dia merasa cemas dan malu.
"Sayang, masih muda kok sudah tuli," ucap dokter Okan.
Ayu langsung terdiam, tapi dia tidak sakit hati atas ucapan dokter Okan. "Maaf Tuan tadi saya tidak dengar karena sedang cemas memikirkan Ibu."
"Ponsel kamu mana?"
"Aku tidak punya ponsel Tuan," jawab Ayu singkat.
Dia tidak ingin menjelaskan kenapa di zaman canggih seperti ini dirinya tidak memiliki ponsel seperti orang-orang.
Ayu sudah bersyukur, dengan kondisinya sekarang, dia tidak ingin menuntut di belikan apapun oleh Ibunya.
"Hari gini tidak punya ponsel? Ponsel itu kebutuhan Yu! Bukan lagi barang mahal dan langka. Bahkan anak bayi saja sudah itu mainannya, nah kamu! sudah SMU tidak punya ponsel? Jadi bagaimana bisa berkomunikasi dengan Ibumu jika sedang berada di luaran?"
Semua yang dikatakan dokter Okan memang benar, tapi mau bilang apa? Bisa makan, ngontrak rumah dan sekolah saja, Ayu sudah sangat bersyukur.
Itulah ya sobat, tidak semua orang memiliki keberuntungan di dalam kehidupan ini, tapi kita harus tetap bersyukur seperti Ayu.
Jangan lupa dukungannya ya sobat? wajib lho☺️
terimakasih 🙏😉
SEE YOU ♥️♥️♥️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Alya Yuni
Geram dng kelakuan si Ayu trllu bodoh
2022-03-15
2
Gina Intan
semangat thor.. ditunggu kelanjutannya
2022-03-14
2