Mereka sudah tiba di depan gerbang sekolah, Ayu kini bisa menegakkan wajahnya, dia tidak takut lagi jika Dilla CS melihatnya turun dari mobil Okan, karena tidak ada lagi rahasia yang Ayu sembunyikan.
Okan turun lebih dulu, lalu dia membukakan pintu mobil sambil berkata, "Jangan lupa ya Yu! Aku tunggu jam 14.00 Wib besok di tempat pertama kali kita bertemu. Nanti pulangnya, kamu hati-hati ya, karena aku tidak bisa menjemputmu, aku mau mengunjungi Papa dan Mama.
Ayu pun mengangguk, lalu berkata, "Terimakasih Dok, terimakasih atas semuanya."
Okan membalas ucapan terimakasih Ayu dengan tersenyum manis, lalu dia berkata, "Semangat! jangan takut, semua cobaan hidupmu pasti akan berlalu."
Ayu membalas ucapan dokter Okan dengan tersenyum lagi, hari ini adalah hari terindah baginya dimana Ayu merasa di cintai oleh orang yang mustahil dia dapatkan.
Lambaian tangan Okan pun mengantarkan Ayu masuk ke dalam gerbang sekolah. Setelah melihat Ayu menghilang di balik gerbang, Okan pun kembali ke dalam mobil, lalu dia melajukan mobil ke arah rumahnya.
Okan di minta pulang oleh sang Mama karena ada hal penting yang ingin orangtua Okan bicarakan sebelum besok pagi mereka berangkat ke luar kota.
Dalam perjalanannya, Okan tersenyum mengingat kejadian tadi, ketika dirinya reflek mencium Ayu. Saat ini Okan sudah yakin dengan kata hatinya, bahwa dirinya memang mencintai Ayu.
Besok setelah pulang dari makam, Okan berencana ingin mengutarakan perasaannya. Dia tidak mau terlambat, seperti kejadian yang telah Okan alami beberapa tahun silam.
Okan pun sampai di rumah orang tuanya, dia melihat mobil Metha ada di halaman, sebenarnya Okan malas bertemu Metha, tapi janjinya terhadap orangtua telah mengikatnya hingga mau tidak mau dia harus masuk ke dalam.
"Assalamualaikum," ucap Okan.
Papa, Mama dan juga Metha pun menjawab salam dari Okan. "Wa'alaikumsalam," jawab mereka serempak.
Okan segera memeluk Papa Mamanya, lalu ikut gabung bersama mereka.
"Bagaimana kabarmu Nak? Mama rindu, sudah hampir sebulan kamu tidak pulang," ucap Sang Mama membuka percakapan.
"Alhamdulillah... Okan sehat Ma, Mama sendiri bagaimana?"
"Alhamdulillah, kami juga sehat Nak. Hanya adik kamu saja itu yang suka uring-uringan hingga membuat Mama pusing. Untung saja ada pembantu baru yang telaten mengurusnya, hingga saat dia mengamuk Bik Aisyah selalu bisa menenangkannya, jika tidak Mama nggak tahu harus bagaimana mengurusnya."
"Oki terlalu manja, bagaimana dia bisa sembuh kalau keinginannya untuk sembuh tidak ada. Nanti aku akan menemuinya Ma."
"Oh ya Sayang, besok kamu ikut-kan?" tanya Metha
yang sangat berharap Okan ikut.
"Maaf metha! Aku tidak bisa ikut, besok pagi aku harus menangani operasi di rumah sakit," jawab Okan.
"Bukankah besok hari libur? Apa tidak bisa di tunda operasinya?" tanya Metha lagi.
"Tidak bisa, yang akan kami operasi adalah pejabat, pihak rumah sakit tidak mau ambil resiko."
"Padahal aku berharap sekali kamu ikut lho...! ya sudahlah Papa dan Mama jadi wakil kamu bertemu dengan orangtuaku."
"Kamu kan bisa pulang kampung sendiri, ngapain musti ngajak Mama Papa sih? merepotkan saja!" ucap Okan ketus.
"Okan!" bentak Sang Mama sambil membulatkan matanya.
Okan cuek saja, dia malas jika ngobrol tentang hal yang berhubungan dengan Metha dan keluarganya.
"Kamu tidak boleh begitu Nak! Bagaimanapun dia calon istrimu," ucap papa.
"Maaf Pa! Okan tidak mencintainya, Okan cuma hanya ingin menikah dengan orang yang Okan cintai," jawab Okan tegas.
"Mau sampai kapan Okan! dia sudah meninggal dan tidak mungkin bisa hidup lagi. Apa kamu akan membujang saja selamanya?" ucap Mama marah.
"Nanti ada saatnya Ma, Okan mencintai orang lain. Suatu saat Okan akan membawanya ke hadapan Mama."
"Iya, tapi kapan? usiamu tidak muda lagi dan adikmu seperti itu, jadi kapan kami bisa menggendong cucu, sementara Mama dan papa sudah semakin tua."
"Sabar ma, Inshaallah Okan pasti akan secepatnya membawa pacar Okan ke hadapan Mama."
Metha yang mendengar hal itu merasa tidak senang, tapi dia tidak bisa terlalu memaksa di depan orang tua Okan. Dia sudah punya cara sendiri bagaimana meluluhkan hati Okan dan kedua orangtuanya. Rencana Metha akan mengerjakannya saat nanti pulang ke Padang.
Pertama dia akan meluluhkan hati kedua orang tua Okan terlebih dahulu, setelah itu barulah Okan.
"Baiklah Okan, jika tahun depan kamu tidak juga membawa calon menantu kesini jangan salahkan kami, jika kami akan mengatur pernikahanmu dengan Metha," ancam Sang Mama.
"Oke Ma," jawab Okan yakin dengan ucapannya.
Metha hanya ngedumel di hati, dia masih yakin jika Okan pasti akan jadi suaminya. Apapun caranya akan Metha lakukan walaupun harus dengan cara guna-guna.
"Jadi jam berapa besok Mama dan Papa berangkat?"
"Penerbangan pagi, Metha telah memesan tiketnya. Kamu bisa-kan antar kami ke bandara?"
"Maaf Ma! Okan tidak bisa. Jam 7 pagi semua dokter yang tergabung dalam tim operasi sudah harus berkumpul di rumah sakit."
"Ya sudahlah, besok Pak sopir saja yang antar," ucap Papa.
"Tapi Mama mohon ya Nak! selama kami pergi, sering-seringlah kamu jenguk Oki. Memang sih Oki menurut kepada Bik Aisyah, tapi kamu sebagai Kakak juga harus kasih perhatian."
"Sebenarnya aku sayang sama Oki Ma, tapi Oki selalu menganggapku musuh. Aku malas jika harus terus bertengkar dengan dia, makanya Okan memilih jarang pulang, agar dia bisa tenang bersama Mama dan Papa. Okan bukan saingan tapi Okan kakaknya Ma!"
"Mama tahu Nak, Mama juga bingung bagaimana harus bersikap kepadanya, dia selalu iri terhadapmu, dia mengira kami lebih menyayangimu ketimbang dirinya."
"Okan mau menemui Oki dulu ya Ma, mudah-mudahan saja dia bisa tenang hari ini bertemu Okan."
"Pergilah Nak, kami masih ingin berbicara dengan Metha," ucap Mama.
Okan pun pergi meninggalkan mereka, lalu dia menuju kamar Oki. Sesampainya di sana, Okan pun mengetuk pintu kamar Oki.
Ketukan pertama dan kedua tidak ada sahutan dari dalam, pada saat ketukan ketiga terdengar suara Oki dengan lantang menyuruh masuk.
Okan pun membuka pintu, lalu dia mengucap salam. Oki pun melihatnya dengan tatapan tidak senang, lalu dia berkata, "Untuk apa kamu kesini, mau mentertawakan aku? Kamu senang-kan melihatku seperti ini jadi tidak perlu lagi mencariku di arena balapan liar."
"Apa aku salah menjenguk adikku. Kita saudara kembar, tapi kenapa sulit sekali untuk bisa dekat dan akur," ucap Okan yang menyesalkan sikap Sang adik.
"Bagaimana kita bisa akur, jika Mama Papa lebih menyayangimu, aku hanyalah seorang berandalan sedangkan kau seorang dokter spesialis terkenal."
"Kamu jangan selalu menyalahkan Mama dan Papa, mereka sama-sama mencintai kita, tidak pernah membedakan."
"Itu kan omonganmu tapi nyatanya apa? mereka selalu mengelu-elukan dirimu di hadapan teman-temannya dan juga di hadapan kerabat kita."
Okan hanya terdiam, dia hari ini hanya ingin menjenguk Oki adiknya, dia tidak ingin berdebat apalagi bertengkar.
Alhamdulillah, akhirnya kelar juga, mohon dukungannya terus ya para sahabat, agar author tetap semangat. Inshaallah Author akan tambah Up malam nanti.
SEE YOU ♥️♥️♥️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Evi Andriani
lanjutttt
2022-03-17
1
LYTIE
Semangat kak 💪.
2022-03-17
1
Alya Yuni
Trllu egois orng tuanya Okan
2022-03-17
0