Dokter Okan pun membuka pintu klinik tapi dia masih memasang tanda close di pintu masuk, karena memang setiap hari klinik itu baru di bukanya jam 4 sore.
"Masih ada waktu Yu, 3 jam untuk kamu belajar, sini ponsel kamu," pinta Okan.
Ayu kemudian mengeluarkan ponselnya, merekapun duduk di bangku tempat pasien biasanya menunggu giliran.
Okan tidak ingin ada fitnah jika mereka hanya berduaan di ruangannya, sebab sebentar lagi mbak yang biasa mengurus kebersihan tempat itupun pasti datang.
Ayu menyerahkan ponselnya kepada Okan, lalu Okan meminta Ayu untuk mendekat, "kesini dong mendekat, bagaimana mau ngajarin, jika kamu nya duduk disana. Ponsel ini bukan layar tancap, yang akan terlihat dari kejauhan."
"Maaf Dok," ucap Ayu sambil nyengir kuda.
Ayu pun mulai mendekat, tapi masih terhalang dengan satu bangku antara dia dan dokter Okan.
"Kenapa? Aku tidak menggigit, kenapa kamu harus takut," tanya Okan karena Ayu masih berjarak dengannya.
"Nggak enak aja Dok, di sini cuma kita berdua. Jika ada yang datang bagaimana?"
"Makanya, aku tidak mengajak kamu duduk di ruangan ku yang tertutup, kita duduk di sini dan pintunya juga sengaja aku buka lebar agar orang tidak berprasangka yang aneh-aneh."
Ayu masih berpikir, apa dia harus duduk lebih dekat atau tidak, Okan yang melihat hal itupun merasa gemas, "Nanti benaran aku gigit nih!" ucap Okan sambil menunjukkan giginya dan pura-pura hendak merangkul leher Ayu.
"I-iya Dok."
Ayu pun duduk lebih dekat, kini detak jantungnya tidak beraturan, aroma maskulin yang tercium dari tubuh Okan pun membuat perasaan Ayu terasa nyaman. Dia takut jika Okan sampai mendengar suara deguban jantungnya.
Ternyata bukan Ayu saja yang merasakan hal itu, Okan juga merasakannya, entah mengapa setiap kali dia berdekatan dengan Ayu timbul perasaan bahagia, rasanya Okan tidak ingin jauh dari Ayu.
Suasana pun hening saat keduanya duduk bersebelahan, saling tatap dan hanya berjarak beberapa centi saja.
Ayu yang merasa gugup, tanpa sengaja tangannya bersentuhan dengan tangan Okan, sejenak mereka terdiam, sepertinya ada aliran listrik yang mengalir ke tubuh keduanya.
"Maaf Dokter... maaf, aku tidak sengaja," ucap Ayu sambil tertunduk.
Okan pun terkesiap mendengar perkataan Ayu, lalu dia buru-buru menormalkan perasaannya, lalu berkata, "Ayo kita mulai Yu."
"Hah, apa Dok?" jawab Ayu sambil mendongakkan kepala dan membetulkan letak kacamatanya.
"Katanya mau belajar, ini pegang ponselnya, kamu download dulu aplikasi novel onlinenya di play store, terserah kamu mau pilih yang mana, ada Noveltoon, Mangatoon, Fizzo, Dream, Good novel, *******, Novelah, *******, WP, Sago, *** dan masih banyak lagi."
Sejenak Okan terdiam lalu melanjutkan ucapannya, "Diantara semua aplikasi novel online tersebut, tentu saja ada kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Tapi aku rasa kamu lebih baik download NOVELTOON dan MANGATOON saja, yang menurutku lebih lengkap dan lebih mudah untuk kamu belajar menulis. Coba kamu download dulu aplikasinya sekarang!" pinta Okan.
Ayu pun mulai mendownload, setelah selesai Ayu langsung menunjukkan ke Okan, lalu Okan meminta Ayu untuk mengklik aplikasi Noveltoon, profil, lanjut klik novelku dan saat muncul tanda plus Okan meminta Ayu kembali mengklik tanda tersebut dan muncullah ruang untuk menulis.
"Nah! sekarang kamu sudah bisa menulis judul apa yang mau kamu buat. Masalah cover, kamu harus ambil gambar yang tidak terkena copyright dari google, lalu edit dengan aplikasi untuk mengedit foto. Aplikasi ini harus kamu download juga. Aplikasi edit foto ini juga banyak jenisnya, salah satunya adalah CANVA."
Okan terus memberi penjelasan kepada Ayu secara detail hingga Ayu mulai paham. "Sekarang boleh kamu coba, jika ada yang kurang paham jangan malu bertanya. Kalau malu bertanya seperti pepatah kamu bisa sesat di jalan, eh...sesat menulis," ucap Okan sambil tersenyum.
"Siap Dok, aku nggak akan malu bertanya. Aku harus bisa menghasilkan karya seperti Pak Robi."
"Aku tinggal dulu ya Yu, mau ke ruangan, ada berkas pasien yang harus aku periksa."
Saat Okan hendak berdiri tiba-tiba saja ponselnya berdering. Okan melihat di layar tertera nomor Metha sedang memanggil.
Okan malas mengangkat panggilan dari Metha, dia hanya mengecilkan volumenya saja. Lalu Okan meninggalkan ponsel tersebut di bangku sebelah Ayu dan pergi ke ruangan prakteknya.
Ponsel itu terus berdering, hingga membuat Ayu heran, mengapa dokter Okan malah meninggalkan ponselnya di sana bukan membawa ke ruangan dan mengangkat panggilan.
Ayu yang merasa penasaran, matanya melirik ke arah ponsel dokter Okan, dia melihat nama yang sedang memanggil.
"Dasar dokter aneh! Jangan-jangan itu panggilan telephone dari pacarnya, tapi kok Dokter tidak mau mengangkatnya ya? Ah masa bodoh deh! ngapain aku pikirin, yang punya ponsel saja cuek," monolog Ayu.
Ayu pun melanjutkan kegiatannya belajar menulis karya, tapi dia tidak bisa pokus karena ponsel dokter Okan masih saja berdering.
Akhirnya Ayu mengambil ponsel itu dan mengantarnya ke ruangan dokter Okan. Ayu mengetuk pintu lalu berkata, "Dok...nih ponselnya, berdering terus, kenapa tidak di angkat dulu? kasihan kan si pemanggil, mana tahu penting."
"Biarin saja! kamu pokus belajar sana!" ucap Okan yang masih tetap mengacuhkan panggilan tersebut.
"Memang mbak Metha itu siapa Dok? maaf penasaran sih soalnya?" ucap Ayu malu-malu.
"Nih! kamu yang angkat, biar tahu siapa Dia," ucap Okan sambil menyodorkan kembali ponselnya ke tangan Ayu.
"Ayo angkat! Jika dia bertanya tolong bilang saja, kamu itu pacarku dan katakan kepadanya bahwa kita sedang berkencan," pinta Okan lagi yang membuat Ayu ternganga.
"Hah...Dokter ada-ada saja. Nggak mau ah, nanti Mbak Metha nya marah, gimana?"
"Kalau kamu nggak mau mengangkatnya nanti malam aku tidak akan mengatarmu pulang! biar kamu menginap di sini saja."
"Ah Dokter? kok aku yang jadi sasaran."
"Salah siapa kamu bawa kesini, aku kan nggak nyuruh!"
"Baiklah, jika Mbak Metha nanti marah, dokter yang harus tanggungjawab."
Kemudian Ayu pun mengangkat panggilan dari Metha, "Hallo," sapa Ayu.
Metha merasa terkejut kenapa seorang wanita yang menerima panggilannya. Metha mematikan panggilan lalu memeriksa kembali nomor yang tertera, dia yakin nggak mungkin salah pencet nomor.
Dengan rasa penasaran, Metha kembali melakukan panggilan dan ternyata masih sama, lalu dia bertanya dengan ketus, "Siapa Kamu! Kenapa ponsel Okan bisa ada di tanganmu hah! Kamu tidak mencurinya kan?
"Maaf Nona...," jawab Ayu terbata sambil memandang ke arah Okan.
Okan memberi kode dengan mulutnya untuk mengucapkan hal tadi yang dia bilang sambil membulatkan mata.
Lalu Ayu menempelkan kembali ponsel dokter Okan ketelinga, di sana dia mendengar Metha terus mencecarnya, mengajukan berbagai macam pertanyaan.
Akhirnya Ayu mengatakan sesuai dengan perintah dokter Okan karena Metha terus mendesak dan berbicara kasar hingga membuatnya kesal, "Aku pacar Dokter Okan, maaf Mbak siapa ya?" Ayu pun mulai berakting.
Metha yang mendengar hal itupun meradang, dia marah, lalu menjawab, "Kamu jangan main-main! Okan itu pacar aku! asal kamu tahu, sebentar lagi kami akan menikah!"
Bagaimanakah Ayu menyikapi jawaban Metha? ikuti terus ceritaku ya sobat...
Jangan lupa dukungannya ya🙏😉
SEE YOU ♥️♥️♥️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Dwi Alin. nama panjang Ayshia Ashalina M.
tetep semangat up kak.. cerita sma kry kk bagus.. semoga bnyk yg mampit
2022-03-23
2