Melihat Ayu terdiam, Okan jadi merasa bersalah, dia lupa tidak semua orang seberuntung dirinya.
"Ya sudah! kamu kerja yang rajin, nanti aku belikan kamu ponsel. Susah-kan jika aku mau membicarakan pekerjaan dan tidak bisa menghubungi kamu karena tidak punya ponsel."
"Terimakasih Dok, tapi yang penting aku cicil hutang kerusakan mobil Dokter dulu, jika sudah lunas baru cicil beli ponsel."
"Kamu pikir murah itu biaya perbaikannya! Mau sampai berapa bulan kamu mencicil dan selama itu pula kamu tidak memiliki ponsel?"
"Berapa biayanya Dok?"
"Enam bulan kamu bekerja denganku, belum tentu bisa melunasi hutangmu, itupun jika kamu tidak mengambil uang sepeser pun dari gaji kamu."
Ayu hanya bisa pasrah, 6 bulan kedepan dia harus kerja bakti untuk bayar hutang.
"Lho...ini bukan jalan ke rumah aku Dok? Memangnya kita mau ke mana?"
"Ikut saja! tidak usah banyak komentar, jangan kamu berpikir yang tidak-tidak, aku tidak mungkin berbuat macam-macam sama gadis seperti kamu," jawab Okan ketus.
Okan terus melajukan mobilnya, lalu dia berhenti di sebuah toko yang menjual aneka ponsel, kebetulan mereka sedang menunggu pelanggan yang janji akan datang, makanya di jam seperti sekarang ini toko mereka belum tutup.
"Kita mau ngapain Dok kesini?"
"Ayo turun! Jangan banyak tanya, aku paling tidak suka dengan orang yang cerewet."
"Kalau aku tidak punya hutang dengan kamu dokter Okan, tidak mau aku bekerja denganmu,
kata-katamu pedas," ucap Ayu ngedumel pelan saat dokter Okan sudah keluar dari mobilnya.
"Apa kamu bilang?"
"Itu, anu Dok! sudah malam kok tokonya belum tutup?" jawab Ayu gelagapan.
Melihat Okan sudah berjalan masuk ke dalam toko, barulah Ayu ikut turun sambil memukul dahinya dan berkata, "Mampus aku! jika dia dengar apa yang aku katakan tadi, bisa-bisa besok aku di kirim ke penjara."
"Ayo cepat kesini! Jangan seperti keong!" seru Okan.
"I-iya Dok," jawab Ayu sambil tergopoh mendekat.
Pemilik dan karyawan toko pun yang melihat Ayu datang tergopoh sambil menaikkan kacamata yang hampir jatuh pun tersenyum.
"Mas...Aku mau lihat ponsel merk Samsung keluaran terbaru," pinta Okan kepada pemilik toko.
Karyawan toko itupun langsung memberikan apa yang Okan minta. Okan mulai membuka, memeriksa dan meminta pemilik toko agar sekalian memasukkan kartu perdana ke dalam ponsel tersebut.
Setelah itu Okan membayar dengan kartu debitnya sejumlah uang yang disebutkan oleh pemilik toko. Ayu yang mendengar berapa harga ponsel tersebut ternganga dan membulatkan matanya.
Dalam hati dia berkata, 'O alah Dok! harga ponsel itu bisa untuk memenuhi kebutuhanku bersama ibu selama dua bulan. Memang orang kaya! tidak mempertimbangkan dulu mengeluarkan uang sebanyak itu hanya untuk membeli ponsel.'
"Hei! Kamu kenapa bengong saja? nih! Awas ya, kalau aku telephone kamu tidak ngangkat. Itu untuk fasilitas kerja," ucap Okan sambil menyerahkan ponsel baru itu ke tangan Ayu setelah dia memasukkan nomor ponsel pribadinya ke dalam ponsel tersebut.
Ayu cuma bengong, ternyata ponsel mahal yang baru saja dibeli oleh dokter Okan, untuk dirinya. Dia merasa tidak percaya, tangannya bergetar memegang ponsel tersebut, lagipula Ayu tidak tahu cara menggunakannya.
"Sudah jangan bengong lagi, ayo kita pulang! Apa kamu mau aku tinggal di sini?"
Ayu pun tersentak, lalu dia mengucapkan terimakasih kepada pemilik dan karyawan toko yang masih tersenyum melihat sikapnya sembari berjalan mengikuti Okan kembali ke mobil.
Sementara Bu Nita, sejak pulang sore tadi hingga malam ini merasa gelisah, beliau heran nggak biasanya Ayu menginap di rumah temannya hanya untuk mengerjakan tugas, apalagi tanpa masak terlebih dahulu sebelum pergi dan tidak berpamitan secara langsung.
Beliau bingung mau kemana mencari Ayu malam-malam begini, lagipula Bu Nita belum banyak mengenal teman Ayu dan tidak punya ponsel serta nomor ponsel teman Ayu yang bisa dihubungi.
Bu Nita berjalan mondar-mandir, bahkan keluar gang hanya untuk melihat mana tahu Ayu pulang, tapi beliau kecewa yang di tunggu tidak kunjung pulang.
Akhirnya Bu Nita memutuskan untuk menonton TV, berharap sebentar lagi putrinya kembali. Tak begitu lama, terdengar langkah orang datang dan mengetuk pintu. Bu Nita pun bergegas membukanya, di sana terlihat Ayu datang bersama seorang pemuda tampan.
"Ayu!" Bu Nita pun langsung memeluk putrinya dan bertanya, "Kemana saja kamu Nak? Ibu sangat khawatir," ucap Bu Nita sambil menangis dan tidak melepaskan pelukannya.
"Maaf Bu, maafkan Ayu. Ayu salah, tidak pamit dulu, hingga Ibu khawatir. Nanti Ayu ceritakan semuanya Bu," ucap Ayu ikut menangis dan diapun teringat ada dokter Okan di sana.
Ibu pun melepaskan pelukannya, kemudian beliau berkata, "Silahkan masuk Nak! Kamu siapa ya? Kok bisa pulang bersama Ayu?"
"Terimakasih Bu! Saya dokter Okan dan putri ibu bekerja di klinik Saya. Maaf Bu, karena hari telah larut Saya permisi, tidak enak jika dilihat tetangga. Lain kali Saya akan terima tawaran Ibu dan menjelaskan semuanya," ucap Okan dengan sopan.
"Ternyata bisa bersikap lembut juga ini dokter di hadapan Ibu, kenapa denganku selalu berkata pedas," Ucap Ayu pelan.
Ibu yang mendengar sekilas ucapan putrinya segera menyenggol lengan Ayu, lalu berkata, "Terimakasih Dok, sudah mengantar Ayu pulang."
"Iya Bu, sama-sama. Saya permisi dulu ya Bu?"
Dokter Okan pun bergegas meninggalkan rumah itu, sebenarnya Okan mendengar setiap perkataan Ayu tentang dirinya, tapi dia tidak ambil peduli.
Okan sendiri bingung kenapa dirinya bisa berkata ketus setiap berbicara dengan Ayu, padahal Okan selalu bersikap lembut terhadap keluarga, pasien maupun teman-temannya.
Hanya kepada Oki, saudara kembarnya lah Okan seringkali marah, karena adiknya itu selalu menentang, tidak mau menuruti nasehat Okan dan juga nasehat kedua orang tua mereka.
Okan kini melajukan mobilnya ke arah apartemen, dia memilih tinggal sendiri daripada pulang ke rumah orangtuanya. Lebih baik dia menghindar dari OKI daripada terus-menerus bertengkar dengannya.
Sebenarnya Oki yang ingin pergi dari rumah, tapi akhirnya Okan yang mengalah. Dia tidak ingin adiknya itu keluar dan lepas dari pantauan kedua orangtua mereka.
Sementara di rumah Ayu, Bu Nita yang masih penasaran dan merasa khawatir segera membawa putrinya duduk, beliau ingin mendengar penjelasan dari Ayu.
Ayu kemudian menjelaskan peristiwa tadi siang hingga dia bertemu dan akhirnya bekerja dengan dokter Okan. Dia juga menunjukkan ponsel yang baru saja di belikan oleh Okan.
Bu Nita terbelalak melihat ponsel baru di tangan Ayu, beliau tahu harga ponsel itu pasti sangat mahal, sebab beliau pernah melihat yang sejenisnya di rumah sang majikan.
"Ini barang mahal Nak! Ibu takut jika ada balas jasa di balik pemberiannya ini, walau bagaimanapun kita hanya orang kecil dan harus selalu waspada terhadap siapapun."
"Iya Bu, Ayu tahu maksud Ibu. Ayu akan berhati-hati dan pasti akan mengganti uang dokter Okan dengan mencicilnya. Selama Ayu bekerja di sana, pasti semua hutang Ayu bisa lunas.
Bu Nita hanya ingin Ayu tahu, dunia ini sangat keras dan kejam jadi musti hati-hati dalam menyikapi semua hal termasuk pemberian seseorang.
Tidak sedikit orang memberikan sesuatu dengan meminta balas jasa apalagi para pria hidung belang yang sengaja memanfaatkan keluguan seorang gadis seperti Ayu.
Author usahakan nambah Up ya hari ini....
SEE YOU♥️♥️♥️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Anna Susiana
ayo lanjut terus ceritanya THOR.... SEMANGAT
2022-12-27
1
Mitha
sarkas amat kata2nya.. seolah2 emang ayu itu jelek bgt, smpe dia aj kgak selera
2022-04-06
0
Ummi Alfa
Tetep semangat Thor....
2022-03-31
1