A-aku harus ke sana! batin Afra langsung mengambil langkah dan berjalan menuju sang ayah dan dirinya yang dulu, tetapi….
"Belum saatnya kau mengerti semua ini, Afra Afifah!" bisik gadis bermata merah itu tiba-tiba muncul dibelakang Afra dan … membuat Afra kembali ke dalam hutan. Bukan ke waktu ketika ia terbangun, tetapi waktu yang sekarang. Kembali ke waktu yang semula.
"A-aku harus pergi ke sana! Aku harus menemui ayah!" ucap Afra sambil menatap kosong gadis bermata merah itu.
Gadis itu tersenyum menyeringai, "aku sudah menjawabnya dan kau seharusnya mengerti sekarang…."
"Kalau tidak ada apapun yang bisa kau lakukan untuk mengerti semuanya, Afra!" ucap gadis itu dengan nada tegas sambil menatap mata Afra dengan tajam. Dan itu membuat Afra … benar-benar tak bisa apa-apa.
"A-aku … tidak … ingin—"
"Tidurlah dan tanyakan lain kali," bisik gadis itu tiba-tiba memotong ucapan Afra dan … membuat Afra tertidur di tubuh gadis itu.
***
Penjelasan, memahami, mengerti. Walau itu diterapkan, tidak semuanya akan benar-benar mengerti … apalagi memahami. Penjelasan selalu yang pertama dan mengerti yang menjadi bagian akhir.
Kenapa memahami di tengah? Karena itu tak pernah dianggap penting dan selalu dilewati hanya karena memiliki persamaan dengan mengerti. Dan saat dilewati, maka akan muncul pertanyaan setelah mengerti. Ah, sudahlah! Ini tidak ada gunanya!
Siapa … kau sebenarnya?
Kenapa kau selalu ada?
Apa yang terjadi padaku?
Kenapa aku harus mengalami semua ini?
Padahal aku tidak tau apa-apa….
Aku tidak pernah bisa mengerti….
Aku … benci pemikiran ini!
Aku tidak ingin memikirkan ini!
Hiks hiks
Sebenarnya … aku ini siapa? Apa aku ini … sama dengan mu?
"Entahlah, aku tidak ingin menjawab pertanyaan bodoh mu itu!" ucap gadis bermata merah itu dengan nada malas.
Gadis itu sudah bersama dengan Afra, dan ia selalu berdiri di belakang Afra. Dan dimana mereka berada? Ya, tentu saja di tempat gelap itu lagi. Ruangan hampa yang tidak ada batasannya.
"Begitu ya…," ucap Afra dengan lirih sambil menundukkan kepalanya.
Hiks hiks
Air matanya kembali menetes, dan….
Ini … benar-benar sakit! Aku benci dengan ini!
Aku tidak mau! Kenapa aku selalu seperti ini!
Padahal aku sudah bisa senang dan tenang … tapi kenapa…!
Kenapa aku selalu seperti ini! Dan kenapa ….
… Kau selalu ada di belakang ku? Kenapa kau selalu muncul lalu menghilang begitu saja!
Kenapa!
"Karena aku adalah dirimu sekarang! Jika bukan karena benda itu! Jika bukan karena—" teriak gadis itu mulai kesal dengan pemikiran Afra itu, tetapi gadis itu langsung menghentikan ucapannya, "ah! Sudahlah!"
Ya, gadis bermata merah dengan rambutnya yang berwarna hitam kemerahan. Warna pakaian nya selalu berlawanan dengan apa yang dipakai Afra, tetapi ia selalu memakai pakaian berwarna hitam dengan perpaduan warna merah. Ya, kadang warnanya lebih terlihat merah, tetapi juga kadang lebih terlihat warna hitamnya.
Gadis itu mulai menutup kedua mata Afra dengan kedua tangannya. Afra menyadari nya, tetapi ia memilih untuk diam. Afra benar-benar tidak tahu lagi. Ia tidak ingin tahu, tetapi ia selalu ingin mengerti. Ia selalu memiliki banyak pertanyaan, dan pertanyaan itu semakin bertambah ketika bersama gadis itu.
Mungkin lebih tepatnya, saat gadis itu muncul, pertanyaan-pertanyaan itu juga terasa ingin Afra lontarkan padanya. Ya, pada gadis bermata merah itu yang masih menutup kedua matanya. Ia merasa kalau … gadis itulah satu-satunya yang bisa menjawabnya. Gadis itu malah sudah menjadi sesuatu … yang tidak bisa dihilangkan dari setiap pertanyaannya itu.
Gadis itu seperti … sebuah kunci jawaban dari semua pertanyaan Afra.
"Aku adalah kau, kau adalah aku. Meski sebelumnya kita itu berbeda dan tidak mungkin untuk bersama … tapi inilah kenyataannya,"-gadis itu menempelkan dahinya di kepa Afra-"kalau aku sekarang harus terus bersamamu, Afra!"
"Alter ego, ya … itulah aku. Aku adalah jiwa mu yang lain, aku adalah pemikiran mu yang lain. Perbandingan terbalik dari dirimu, Afra!" ucap gadis itu dengan lirih tetapi tegas. Dan itu membuat Afra semakin terkejut dan tak percaya. Itulah yang selalu Afra rasakan. Dan setelah ini pasti….
"Bangunlah sekarang! Tidak ada gunanya kau terus di tempat ini!" teriak gadis itu seraya melepaskan tangannya yang menutupi mata Afra dan Afra pun langsung terbangun dari tidurnya.
Afra terkejut melihat dirinya sudah berada di rumah. Ya, di kamarnya. Ia ternyata sudah berada di kamarnya dan tertidur. Padahal sebelumnya ia ada di hutan, lalu gadis itu membuat Afra tertidur.
A-apakah … dia yang membawa ku kesini? batin Afra terkejut dan bertanya-tanya.
Wush
Angin kencang tiba-tiba berhembus dan masuk ke dalam kamar Afra melalui jendela kamarnya. Afra langsung menoleh ke arah jendela dan melihat langit sudah mulai gelap. Cahaya matahari sudah menjadi jingga, dan awan-awan putih mulai menghilang. Bergantian dengan langit malam, semuanya seakan sudah berakhir.
Sepertinya … aku tidak bermimpi hari ini ….
… Itu semua memang nyata, batin Afra lagi sambil tersenyum.
***
Angin dingin malam berhembus. Langit malam selalu gelap, dan bintang tetap bersinar. Meski beberapa dari mereka tertutup awan malam. Langit dan awan, sesuatu yang selalu tertukar. Kadang dianggap sama saat malam, padahal mereka tetaplah berbeda layaknya di siang. Tidak akan ada yang paham jika tidak mengerti polanya. Lagipula, memangnya akan ada yang mengerti?
----------------------------------------------------
Waktu terus berjalan, dan malam pun sudah berlalu. Dan di malam itu, Afra habiskan hanya untuk tidur di kamarnya saja. Ya, dia tidak makan dan langsung melanjutkan tidurnya. Afra sama sekali tidak merasa lapar, atau mungkin memang Afra merasa sangat kelelahan hari ini. Ya, dan juga kepalanya terasa sangat pusing jika harus kembali memikirkan tentang apa yang terjadi.
Bersama dengan gadis itu … membuat Afra semakin kebingungan dan tidak tahu harus apa. Bersamanya … seperti menambah banyak sekali pertanyaan dalam benak Afra.
***
Pagi yang cerah, tentu selalu terpancar di setiap hari. Walau begitu, tetap saja akan terasa berbeda jika awalnya saja sudah lain. Dan ini adalah sesuatu yang seharusnya tidak perlu Afra tahu jawabannya. Ya, sepertinya Afra sudah menemukan jawaban dari pertanyaan nya tentang 'siapa yang memasakkan makanan untuknya selama ini?' itu.
"Ja-jadi kau ya, yang memasaknya…," ucap Afra terkejut melihat gadis bermata merah itu yang sedang mengambil nampan yang jatuh ke lantai. Namun, gadis bermata merah itu hanya menunjukkan ekspresi wajah dingin setelah melihat Afra yang terkejut melihat dirinya.
Sebelumnya….
"Hoam … aku tidur … nyenyak sekali…!" ucap Afra baru saja bangun dari tidurnya. Afra lalu melihat ke arah jendela kamarnya.
Cahaya matahari sudah bersinar dan tentu itu adalah cahaya pagi. Afra lalu tersenyum senang.
"Aku rasa … aku tidak perlu memikirkannya lagi!" ucap Afra dengan nada senang. Perasaannya kini benar-benar senang sekali. Entah kenapa ia tiba-tiba merasa senang sekali saat ini.
Walaupun sebelumnya Afra merasa kebingungan dan ketakutan, juga merasa banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang ingin sekali ia tahu jawabannya. Namun, sekarang semua itu seketika langsung sirna entah kemana. Ya, semuanya sirna—
Klontang
Suara sesuatu yang terjatuh tiba-tiba terdengar dari luar kamar Afra. Dan itu membuat Afra terkejut.
"A-apa itu!" ucap Afra terkejut dan langsung beranjak dari tempat tidurnya. Afra pun langsung bergegas keluar kamarnya dan mencari asal suara itu. Namun, ketika Afra berada di ruang tengah, ia tiba-tiba mencium aroma makanan baru matang dari dapur. Dan itu membuat Afra semakin terkejut dan tak percaya.
Kenapa ada bau makanan! A-apa ada yang memasak di dapur? batin Afra terkejut dan langsung berjalan ke dapur untuk memeriksa. Dan sesampainya di dapur….
"K-kau…," ucap Afra terkejut melihat siapa yang ada di dapur.
"Ah, sepertinya aku harus berhati-hati lagi," ucap gadis bermata merah yang ternyata ada di dapur itu. Dan gadis itu terlihat sedang mengambil nampan yang terjatuh ke lantai tadi.
Sekarang….
"Ya, aku mengakui kalau memang aku yang memasaknya untukmu," ucap gadis itu dengan santainya dan melanjutkan memakan makanan yang dibuat oleh nya itu. Ya, Afra dan gadis itu sekarang sedang duduk di kursi panjang di ruang tengah dan memakan makanan yang dibuat oleh gadis bermata merah itu.
Sepertinya tebakan Afra salah tentang siapa yang memasak makanan untuknya selama ini, dan itu membuat Afra semakin tak percaya.
Slurp … ah….
"Enaknya," ucap gadis itu dengan santai nya memakan makanan nya tanpa mempedulikan Afra yang hanya diam dan tidak menyentuh makanan yang sudah ada dihadapannya itu. Ya, Afra hanya diam sambil melihat gadis itu makan dengan ekspresi wajah nya yang masih tak percaya.
"Eum … apa aku bisa bertanya sekarang?" tanya Afra yang masih tak percaya setelah apa yang dilihatnya.
"Ya, terserah. Tanyakan saja,"-gadis itu meletakkan piring makannya dan mendekatkan wajahnya ke telinga Afra-"sebelum aku berubah pikiran!"
Gadis itupun menjauhkan wajahnya dari Afra dan kembali ke posisi duduknya. Walau begitu, sepertinya Afra masih kebingungan akan menanyakan apa pada gadis itu.
"A-apa yang kau lakukan disini? K-kenapa kau—"
"Ya dan ya. Tak usah basa-basi! Aku adalah kau dan kau adalah aku! Tapi aku adalah kebalikan mu, dan kau juga adalah kebalikan mu!" potong gadis itu malah mengatakan hal yang sama sekali berbeda jauh dengan apa yang ingin dikatakan oleh Afra.
Afra semakin kebingungan mendengar perkataan gadis itu, "eum … a-apa tidak bisa lebih jelas lagi?"
Heeh
"Kau banyak bertanya ya, Manusia!" ucap gadis itu dengan nada kejamnya.
Afra hanya bisa terdiam mendengar perkataan gadis itu. Ia merasa seperti hanya bisa menurut. Seakan perkataan gadis itu harus ia turuti dan lakukan. Afra perlahan menundukkan kepalanya, dan itu membuat gadis bermata merah itu tersenyum tipis.
"Asal kau tau saja ya, aku juga tidak bisa tinggal diam jika tidak keluar dari tubuh mu dan memasak makanan untukmu! Aku juga bisa-bisa mati kelaparan tau!" ucap gadis itu dengan nada yang sangat berbeda.
Ia tidak mengatakannya dengan nada bicaranya yang kejam dan menakutkan, malah terdengar seperti … normal. Ya, normal. Tidak penuh teka-teki dan ucapan berulang-ulang. Rasanya sangat berbeda. Gadis itu berbicara layaknya seperti gadis normal. Bukan kejam dan menakutkan, hanya dingin dan sombong.
Ya, perbedaan nya seperti itulah kira-kira.
Walaupun begitu, Afra masih menundukkan kepalanya setelah mendengar perkataan gadis itu. Ia masih merasa tidak pantas untuk berbicara. Yang bisa dilakukan nya hanyalah menurut saja.
"Hm, berhentilah diam seperti itu dan makanlah! Percuma aku yang makan sementara kau tidak makan!" perintah gadis itu dengan nada dingin, "kau bisa bertanya lagi nanti!"
Gadis bermata merah itupun seketika langsung menghilang setelah mengatakan hal itu kepada Afra.
"Kenapa … aku merasa seperti bersalah pada gadis itu?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
pensi
semangat Afra
2022-04-14
3