Makhluk itu terlihat sedang berada didepan nya saat ini. Makhluk itu lalu menoleh kearahnya dan menatapnya dengan tatapan sedih.
"Dirimu … benar-benar indah." kata orang itu dengan nada lembut. Namun seketika senyuman kejam tercipta di bibirnya, "sampai-sampai aku … menginginkanmu, Afra!"
"Aah!" teriak Afra seketika terbangun dari tidurnya. Nafasnya terengah-engah. Bayang-bayang makhluk itu masih terlihat di pikiran Afra.
Makhluk itu terlihat sangat jelas dipikiran Afra. Makhluk yang mirip sekali seperti manusia, namun kukunya terlihat panjang dan lancip. Dan juga, darah yang membasahi tempat makhluk itu berdiri … semuanya benar-benar terlihat jelas. Hanya ada satu yang masih belum bisa diingat oleh Afra dari makhluk itu. Suaranya, dan juga … wajahnya.
"Apa … itu?" ucap Afra dengan nafasnya yang masih terengah-engah.
Tiba-tiba, jantung Afra berdetak kencang. Kepalanya pun terasa sakit, sama seperti sebelumnya sewaktu mimpi anehnya yang pertama. Hanya saja, kali ini Afra merasakan dirinya— tidak, nafasnya seperti mulai menghilang. Setiap kali Afra berusaha untuk bernafas, nafasnya selalu menghilang setelah ia menghembuskan nya. Atau lebih tepatnya, Afra seperti tidak bisa mengambil nafas lagi setelah ia menghembuskan nafasnya.
"Aah!" teriak Afra kesakitan. Kedua tangannya ia letakkan di dahinya. Matanya pun ikut tertutupi oleh tangannya.
Walau begitu, rasa sakit itu masih tetap terasa. Tidak berkurang dan tidak menambah. Hanya saja, yang membuatnya terasa menyakitkan adalah … bayangan makhluk itu yang masih terlihat jelas di ingatan Afra.
Krek
Suara pintu kamar Afra yang terbuka. Dapat terlihat sang ayah yang berdiri di depan pintu itu. Raut wajahnya terlihat panik dan khawatir, namun Afra tak menyadari kehadiran ayahnya itu.
"Afra! Apa yang terjadi pada mu?" tanya sang ayah sambil menghampiri Afra yang masih duduk di kasur dengan kakinya yang diselimuti oleh selimut.
Ayahnya memang biasa memanggil Afra dengan namanya. Entah apa itu alasannya.
Afra masih memegangi dahi dan menutupi matanya dengan kedua tangannya, "aah!" teriaknya kesakitan.
Sang ayah pun duduk di kasur lalu memegang tangan Afra dan meletakkannya di dahinya. Afra pun seketika terkejut melihat ayahnya yang menggenggam kedua tangan nya dan menempelkannya di dahinya.
"A–Ayah…," panggil Afra dengan suaranya yang mulai menghilang.
"Afra!" jawab ayahnya sambil memeluk tubuh Afra dengan berlinang air mata.
Afra pun mulai merasakan rasa sakitnya yang menghilang setelah sang ayah memeluk tubuhnya. Hanya saja, bayangan makhluk itu masih terbayang-bayang di dalam benaknya.
Sang ayah lalu melepaskan pelukannya.
"Apa kau baik-baik saja, Afra?" tanya sang ayah khawatir.
Afra hanya diam dan menatap kosong mata ayahnya itu.
"Aku … baik-baik saja, Ayah," jawab Afra dengan suara lirih dan tersenyum manis.
Aku tidak bisa— tidak, aku tidak boleh memberitahukan nya pada ayah. Lagipula, ayah tidak akan pernah mengerti apa yang aku mau. Apalagi dengan yang ku katakan! Batin Afra.
Sang ayah lalu memegang kepala Afra dan mengelus-elus rambut nya, "maafkan ayah ya, Afra. Ayah tidak bisa—"
"Ayah tidak perlu minta maaf! Ayah hanya harus menepati janji ayah!" potong Afra dengan nada tinggi.
Itu juga jika ayah benar-benar bisa menepatinya, batin Afra lagi.
Sang ayah benar-benar terkejut melihat sikap Afra itu, namun raut wajahnya masih terlihat khawatir. Ia pun menurunkan tangannya yang memegang kepala Afra.
"Ayah juga sebenarnya ingin mengajakmu keluar, Afra! Tapi …" kata sang ayah serius "jika kamu—"
"Aku benar-benar baik-baik saja, Ayah!" potong Afra lagi dengan suaranya yang semakin tinggi, "sudahlah, aku tidak mau peduli lagi!"
Sang ayah hanya bisa menundukkan kepalanya mendengar bentakan Afra itu dan melihatnya kembali berbaring di kasur dan menutupi tubuhnya dengan selimut.
"Ayah hanya ingin bilang … jika kamu tidak keluar kamar dan bersiap-siap, ayah tidak akan membawa mu keluar, Afra!" kata sang ayah dengan nada lembut.
Afra terkejut mendengar perkataan ayahnya itu dan langsung bangun dari kasurnya, "apa benar, Ayah? Aku boleh keluar?"
"Iya, Afra. Ayah akan mengajakmu keluar, sesuai dengan janji ayah padamu sebelumnya," jawab sang ayah dengan tulus.
Afra pun tersenyum senang mendengar jawaban ayahnya itu lalu memeluk sang ayah dengan erat, "terimakasih, Ayah!"
Sang ayah tersenyum melihat Afra yang kembali ceria. Sepertinya pilihannya kali ini benar-benar tepat. Dirinya tidak bisa membiarkan anaknya sendiri, Afra berada di dalam rumah dan selalu mengurung diri di kamar.
"Kalau begitu, ayah akan menunggumu di ruang tengah ya," kata sang ayah sambil mengelus kepala Afra.
Afra pun melepaskan pelukannya, "ya! Aku akan bersiap-siap untuk pergi keluar, Ayah!"
Sang ayah pun beranjak dari kasur dan pergi keluar dari kamar Afra. Sedangkan Afra masih duduk di kasur dan melihat keluar jendela kamarnya. Pemandangan pohon-pohon dan angin sepoi-sepoi yang sebentar lagi akan ia rasakan. Afra benar-benar sangat senang sekali.
"Yeay! Aku akan pergi keluar!" ucap Afra dengan senang.
-------------------------------------------
Di setiap kesedihan, akan ada kesenangan. Hanya perlu menunggu dan tidak melanggar aturan. Walaupun terasa berat dan menyakitkan, namun burung yang dibebaskan dari sangkarnya pasti akan senang. Harapannya yang tidak pernah didengar itu akhirnya dapat terwujud.
Afra pun langsung bersiap-siap untuk pergi keluar. Setelah mandi dan mengganti pakaiannya, Afra pun menemui sang ayah yang sedang menunggunya di ruang tengah.
"Ayah!" panggil Afra menghampiri ayahnya yang sedang duduk di sofa ruang tengah.
Sang ayah tersenyum melihat Afra yang benar-benar bersemangat untuk pergi keluar. Penampilan Afra sekarang benar-benar berbeda dengan Afra yang sebelumnya ketika masih mengurung diri di kamar. Bukan karena Afra sekarang mengenakan gaun berwarna putih, namun karena raut wajahnya yang tampak ceria dan benar-benar senang. Berbeda dengan sebelumnya yang selalu terlihat cemberut dan tak berekspresi sama sekali.
"Ayo, kita pergi melihat dunia luar!" kata sang ayah sambil bangun dari sofa.
"Ya," jawab Afra dengan riang.
Sang ayah pun berjalan menuju pintu masuk rumah diikuti dengan Afra yang berjalan dibelakangnya. Sang ayah lalu membuka pintunya. Cahaya matahari pun terlihat masuk setelah pintunya dibuka. Afra pun takjub dan merasa senang sekali setelah melihat dunia luar yang sebelumnya hanya bisa ia lihat dari jendela kamarnya. Pohon-pohon rindang, udara yang terasa sejuk dengan angin sepoi-sepoi yang berhembus. Afra tak menyangka bahwa diluar benar-benar sangat luas dan indah.
"Ayo!" kata sang ayah sambil berjalan keluar dan menuruni tangga. Afra sedikit terkejut melihat ada tangga menuju ke bawah.
Afra selama ini tak menyangka kalau rumahnya adalah rumah pohon, atau lebih tepatnya ia tidak tau apapun tentang rumahnya. Apalagi tentang tangga memutar yang menyatu dengan batang pohon besar tempat rumahnya berada.
"Apa kamu mau ayah gendong, Afra?" tanya sang ayah sambil mengulurkan tangannya. Ya, sebenarnya Afra hanya perlu berjalan menuruni tangga saja dan tak perlu berpegangan layaknya tangga yang terbuat dari tali. Namun Afra merasa sedikit takut.
"Ti–tidak usah, Ayah! Aku bisa sendiri!" jawab Afra berusaha untuk tetap tenang dan tidak takut.
Afra pun melangkahkan kakinya ke anak tangga yang pertama, lalu yang kedua, dan yang ketiga.
Ternyata … ini menyenangkan, batin Afra.
Afra pun mulai melangkahkan kakinya menuruni setiap anak tangga dengan percaya diri dan mendahului sang ayah. Sang ayah tersenyum melihat Afra yang benar-benar senang dan kembali ceria itu, "ini memang pilihan yang terbaik untuknya."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Elwi Chloe
gemas si afra
2022-06-19
2
lim woo
afra gemss juga ya
2022-06-18
1
Lee
Sudah difavoritin ka..
main jg kryaku yaa.
mkasih...
2022-04-13
1