Dua minggu telah berlalu sejak kejadian menakutkan malam itu.
Gerald tiba-tiba saja menghilang. Pria itu sama sekali tidak pernah terlihat di kampus begitu juga di apartemennya. Sedangkan Brey sejak malam meninggalkan Bella di apartemennya, pria itu juga belum menemuinya lagi karena sangat sibuk dengan urusan keluarganya.
Bang Billi yang mendengar kejadian itu, membuatnya semakin over protektif. Setiap hari Bang Billi mengantar jemput Bella di sela sela kesibukannya. Gerald yang dipercaya oleh abangnya untuk menjaga Bella, justru pria itu nyaris mengambil kesucian adiknya sendiri.
Dan Bella yakin, jika abangnya lah yang membuat Gerald menghilang tanpa ada kabar apapun.
"Ayolah bang...katakan pada Bella, apa yang abang lakukan pada Gerald, abang tidak melakukan kekerasan kan?" tanya Bella penasaran.
Namun pertanyaan Bella yang hampir setiap hari itu, selalu saja tidak mendapat jawaban dari kakaknya.
"Bang Billi...Bella tidak mau makan kalau abang tidak bilang..." lanjut Bella merajuk.
"Oh ayolah sayang...abang bukan preman...yang jelas abang sudah mengirimnya jauh dari hidupmu... pria itu sudah menerima hukumannya, jadi stop bertanya," jawab bang Billi.
Sedangkan Brey, walau tidak pernah menemuinya tapi hampir tiap hari memberi kabar kepada Bella. Bella benar benar merindukan sosok Brey yang sangat melindunginya. Bella sudah menerima perasaan Brey, karena perasaan Bella pun sama sepertinya.
"Bagaimana dengan pria yang menyelamatkanmu itu? Mengapa ia sampai sekarang masih belum menemuiku?" tanya bang Billi.
"Ia sangat sibuk," jawab Bella datar.
"Wajahmu terlihat sedih saat membicarakan pria itu. Jika ia berani menyakitimu, abang tidak segan-segan untuk melakukan hal yang sama seperti yang abang lakukan pada Gerald."
"Brey memang sibuk bang. Terjadi masalah pada bisnis keluarganya, jadi ia harus membantu ayahnya untuk menyelesaikan semuanya."
"Apa pria itu sudah menjadi kekasihmu?" tanya bang Billi membuat Bella terkejut.
Seminggu yang lalu, Brey benar benar mengungkapkan perasaannya kembali padanya walaupun lewat telepon. Dan Bella pun sudah mengatakan hal yang sama pada pria itu. Namun Bella tak tahu, apakah hubungan mereka benar benar sudah resmi atau hanya ucapan kosong saja.
"Hei... kenapa kau malah melamun Bell?" ujar bang Billi membuyarkan lamunannya.
"Aku tak tahu seperti apa hubungan kami sekarang, aku masih menunggunya kembali bang. Jadi bang Billi juga jangan bertanya lagi."
Bang Billi menggelengkan kepalanya, "aku hanya mengkhawatirkan adikku sendiri, apa itu salah? Abang tidak ingin kejadian sebelumnya kembali menimpamu Bell. Abang sudah merasa bersalah karena mempercayai pria brengsek itu untuk menjagamu. Jika abang tahu..."
"Bang sudahlah, semuanya sudah berlalu. Aku baik baik saja sekarang," sergah Bella karena masih trauma jika mengingat kejadian itu.
Bang Billi mengangguk, "lupakan saja, besok abang akan menjemputmu lagi."
"Terima kasih bang."
Seketika bang Billi menarik hidungnya, "berhentilah mengucapkan terima kasih pada abangmu sendiri Bell. Abang masih ada urusan, jangan membuka kamar apartemen jika kau merasa tidak mengenal tamumu."
Bella menganggukkan kepalanya dan membiarkan kakaknya meninggalkannya.
*****
Brey nyaris gila dengan masalah restoran ayahnya. Bagaimana tidak, manager yang dipercaya oleh John Mahardika untuk mengelola restoran di beberapa cabang Inggris, justru mengkhianatinya dengan membawa kabur omset restoran sebesar 10 Milyar.
Seminggu mencari kesana kemari keberadaan sang manager membuatnya frustasi. Untunglah Bella selalu ada untuknya, walaupun mereka hanya berhubungan lewat telepon saja, tapi Brey merasa tenang setelah berbicara dengan wanita itu. Brey bisa tersenyum lebar saat minggu lalu mereka sama sama mengungkapkan perasaan masing-masing.
Pencarian manager restoran akhirnya membuahkan hasil, ia berhasil dibekuk oleh polisi dan membuat Brey kembali sibuk kesana kemari mengurus kasus tersebut.
Dua minggu sudah berlalu, ia benar benar merindukan sosok Bella. Wanita cantik pujaan hatinya yang sekarang telah menjadi miliknya. Brey sudah tidak bisa menahan dirinya untuk menemui wanita itu.
Masalah restoran sudah hampir selesai. Keadaan bisnis ayahnya kini mulai stabil kembali. Ayahnya yang sedang di rawat di rumah sakit karena serangan jantung, kini sudah mulai membaik juga. Brey yang harus mengurus bisnis sekaligus ayahnya, kini sudah bisa bernafas lega karena mampu membalikkan keadaan seperti semula.
"Demi apapun, aku sangat merindukanmu Bell. Karena masalah ini sudah hampir selesai semuanya, aku harus menemuinya besok," gumam Brey.
*****
Keesokan harinya...
Suara ketukan pintu apartemen membangunkan tidur siang Bella. Wanita itu memang tidak berangkat kuliah karena tidak ada mata kuliah yang diikutinya. Niatnya untuk menghabiskan waktu di dalam kamarnya, justru terganggu dengan suara ketukan pintu.
Tok... tok... tok...
Suara ketukan pintu itu kembali terdengar semakin keras.
"Sebentar...!" teriak Bella.
Dengan malas Bella turun dari ranjangnya, ia meregangkan tubuhnya seraya melangkahkan kakinya menuju pintu apartemen. Seperti pesan bang Billi, ia harus berhati-hati mulai sekarang.
"Siapa?" tanya Bella sebelum membuka pintunya.
"Ini aku sayang..." jawab Brey membuat Bella terkejut.
Jantungnya berdegup keras saat mendengar suara pria yang sangat ia rindukan itu. Bella merapikan penampilannya seraya membuka pintu apartemennya.
Brey berdiri dengan gagah tepat di depan pintu, pria itu tersenyum lebar sambil membawa buket bunga di tangannya. Bella menutup mulutnya dengan tangan untuk menahan tangisnya.
"Oh no honey... don't cry," pinta Brey.
Bella tak bisa lagi menahan tangisannya, ia terisak karena begitu merindukan sosok pria yang ada di depannya. Bella langsung menghambur ke pelukan Brey. Brey pun menyambut pelukan wanita yang ia rindukan.
"Aku sangat merindukanmu," ucap Bella di sela isakannya.
"Aku juga sangat merindukanmu sayang, tapi berhentilah menangis, aku sudah ada di sini," jawab Brey.
Keduanya saling berpelukan dengan erat. Brey membawa Bella masuk ke dalam apartemen tanpa melepaskan pelukannya. Pria itu justru mendorong tubuh Bella ke dinding apartemen. Brey melepaskan pelukannya seraya menarik kepala Bella. Seketika itu juga Brey menci um bibir Bella. Keduanya saling memanggut untuk melepaskan kerinduan mereka.
Keduanya nyaris kehabisan nafas, mereka saling melepaskan diri untuk mengatur nafas masing-masing. Setelah keduanya tenang, Brey mengambil buket bunga yang ia letakkan di meja tadi. Pria itu tiba-tiba berjongkok di depan Bella membuat wanita itu terkejut.
"Bella... aku sangat mencintaimu, maukah kau menjadi kekasihku?" tanya Brey.
Bella justru terkekeh, ini bukan sebuah lamaran. Tapi ini adalah sebuah ajakan untuk berkencan. Tentu saja Bella langsung menganggukkan kepalanya. Wanita itu mengambil buket bunganya dan membantu Brey berdiri. Keduanya kembali berpelukan.
Kali ini Brey membawa Bella menuju sofa, pria itu langsung memerangkap tubuh Bella di bawahnya. Brey tak bisa mengendalikan diri lagi, ia terus menghujani kecu pan demi kecu pan di wajah wanita itu. Brey kembali memanggut bibir Bella, namun kali ini ia mulai membangunkan hasr*t Bella. Tangan Brey mulai meraba kesana kemari. Pria itu menemukan dua gundukan sintal milik Bella yang masih ranum.
Brey menaikkan pakai*n Bella, melepaskan pengait br*nya dan membuat kedua gundukan itu menyembul. Seketika Brey menundukkan kepalanya dan mulai mencicipinya dengan lembut. Brey semakin kehilangan kendali saat mendengar suara leng*han yang keluar dari bibir Bella.
"Oh Tuhan... aku harus menghentikannya," pikir Brey.
Pria itu benar benar menghentikannya seraya kembali merapikan pakaian Bella.
"Maafkan aku sayang," ujar Brey.
Ada kekecewaan yang dirasakan Bella saat kekasihnya menghentikan semua itu.
"Kita harus berhenti sayang, aku tidak ingin hilang kendali dan menod*imu," imbuh Brey.
Ucapan Brey benar, mereka harus berhenti sekarang. Bella bangun lalu duduk disana, wajahnya memerah karena hasr*t yang ditimbulkan oleh Brey.
Brey menarik tangan Bella lalu menggenggamnya dengan lembut.
"Bella... aku sangat menginginkanmu. Tapi kita tidak bisa melakukannya sebelum menikah," ucap Brey lagi.
Bella terbelalak, "menikah?"
"Aku akan segera membawa orang tuaku untuk melamarmu, aku tidak akan melepaskanmu Bell. Kita akan segera menikah," jawab Bella.
"Tadi ia memintaku untuk menjadi kekasihnya, sekarang tiba tiba saja ia ingin aku menjadi istrinya. Lamaran macam apa ini?" pikir Bella.
"Bella... maukah kau menikah denganku?" tanya Brey.
Bella tak bisa menahan air matanya lagi, ia pun langsung memeluk Brey seraya menganggukkan kepalanya.
*****
Happy Reading All...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
𝕸y💞🌙𝐌ᵒ⃝⃟ᵒⁿ༅SUNNY☀️
keren brey, cuss lamar gak pakai lama 🤣
2023-02-11
0
🍭ͪ ͩ𝕸y💞 |ㄚ卂卄 ʰⁱᵃᵗᵘˢ
jangan lupa undang" y Bella. mau numpang makan gratis gitu. kan lumayan nggak perlu masak 🤣🤣🤣🤣
2022-10-16
1
ciby😘
kirain aye aye mom🙈🙈🙈
2021-06-21
2