Pelukan Menenangkan

Beberapa menit sebelumnya...

Brey asyik menikmati minuman bersama teman temannya, Bella yang sejak tadi di pandanginya tiba tiba menghilang bersama pria raksasa itu. Brey mulai tidak perduli dengan apa yang dilakukan Bella, karena belum saatnya mereka menyelesaikan perselisihan kemarin. Brey masih butuh ketenangan, dan masih memberikan waktu kepada Bella untuk berpikir.

Hampir setengah jam Brey tidak melihat Bella dan pria raksasa itu kembali, membuat Brey bertanya tanya dalam hati kemanakah mereka berdua pergi.

"Ayolah Brey... kau masih saja mencari cari wanita itu, disini masih banyak wanita yang lebih sexy dari pada Bella," ujar Paul membuat Brey sangat kesal.

Brey mengumpat, "diamlah Paul," celetuk Brey, "apa kalian lihat kemana mereka pergi?" sambung Brey.

Semuanya hanya mengangkat bahu masing masing karena memang tidak tahu. Brey mulai memiliki firasat buruk. Pria itu segera meletakkan gelas minumannya.

"Maaf teman teman, sepertinya aku ingin mencari udara segar terlebih dahulu," ucap Brey.

"Mencari udara segar atau mencarinya Brey," goda Jeremy.

Brey hanya menyeringai sebagai jawaban seraya berpamitan pada mereka.

Brey keluar ke arah parkiran kampus, ia ingin memastikan mobil milik Gerald. Ternyata mobil tersebut masih terparkir disana.

"Mereka masih di kampus, mengapa perasaanku semakin tak enak? Bella, aku harap kau baik baik saja," pikir Brey.

Brey terus mencari Bella. Perasaan yang tak enak itu, membuatnya gelisah dan frustasi. Brey masuk lagi ke dalam gedung kampus. Ia menelusuri setiap lorong dan kelas. Tak menemukan di lantai dasar, ia kembali naik ke lantai kedua. Suasana kampus itu semakin gelap, namun Brey yakin ada yang tidak beres. Langkah kakinya semakin yakin saat melihat salah satu kelas disana. Ia mempercepat langkahnya, dan samar samar ia mendengar suara tangisan seorang wanita.

"Tolong...!!!"

Teriakan itu membuat mata Brey terbelalak, "Bella...!" teriak Brey.

Brey berlari ke arah suara yang ia dengar. Saat yakin itu benar-benar suara Bella, Brey pun berusaha membuka pintu.

"Terkunci," pikir Brey geram.

Brey menendang pintu itu berkali-kali, ia bahkan menggunakan kekuatan tubuhnya untuk mendobrak pintu tersebut.

Braaakkk...

Brey berhasil membuka pintunya, matanya terbelalak lebar saat melihat keadaan Bella yang tanpa daya di lantai. Wanita itu menangis dan meminta tolong padanya. Dengan geram, Brey menarik tubuh besar Gerald.

Pukulan demi pukulan dilayangkan oleh Brey pada pria itu. Gerald yang mabuk berat, hanya bisa terkapar tanpa melawan. Setelah Brey melampiaskan kemarahannya, ia pun segera membuka jasnya, ia segera menutupi tubuh Bella yang nyaris tanpa busana. Wanita itu menangis dan tubuhnya gemetaran karena takut. Brey memeluk Bella dengan erat.

"Jangan takut sayang, aku sudah disini. Kau sudah aman sekarang. Bella, jangan menangis lagi, kau sudah aman," kata Brey berusaha menenangkan wanita itu.

"Aku takut Brey, aku takut..." ucap Bella dengan gemetar.

Brey menggertakkan giginya, ingin sekali ia membunuh pria yang nyaris memperk*sa cintanya.

"Ssssstttt... sayang... tenanglah... kau jangan takut lagi, aku bersamamu," ujar Brey terus memeluk dan menenangkan Bella.

Terdengar suara erangan kesakitan dari mulut Gerald, membuat Bella semakin erat memeluk Brey karena masih ketakutan. Brey segera mengangkat tubuh Bella.

"Kita belum selesai, brengsek...!" celetuk Brey kepada Gerald sebelum melangkah keluar membawa Bella pulang.

Brey langsung membawa Bella menuju mobilnya. Sepanjang perjalanan, Brey terus saja mengutuk dan memaki Gerald. Bella yang ada di sampingnya tak bisa berhenti menangis, wanita itu terus memeluk tubuhnya sendiri sambil gemetar.

"Pria brengsek, jika terjadi sesuatu pada Bella, aku tidak akan mengampunimu. Aku akan membuatmu menyesal karena telah menyentuh wanitaku," pikir Brey geram.

Brey menarik tangan Bella, mencoba menenangkannya. Namun sentuhannya justru membuat Bella terkejut dan ketakutan.

"Bella, ini aku... Aku bukan pria brengsek itu, aku Brey. Aku minta maaf karena datang terlambat sayang," ujar Brey.

Bella kembali melepaskan tangisannya, wanita itu menangis semakin keras. Brey menepikan mobilnya, seraya kembali menarik Bella ke dalam pelukannya.

"Sialan...!" umpat Brey.

"Sayang... apa kita perlu ke rumah sakit?" tanya Brey.

Seketika Bella menggelengkan kepalanya.

"Baiklah... tapi aku mohon tenangkan dirimu. Kau benar-benar sudah aman sekarang," pinta Brey seraya melepaskan pelukannya.

Brey menghapus air mata Bella yang terus mengalir di pipinya. Pria itu mengecup kening Bella untuk menenangkannya kembali. Setelah Bella bisa tenang, Brey pun kembali mengendarai mobilnya.

*****

Brey justru membawa Bella ke apartemennya sendiri, ia tidak ingin membiarkan wanita yang ia cintai sendirian. Ia tak ingin Gerald kembali melakukan sesuatu padanya.

"Kenapa kita kesini Brey?" tanya Bella.

"Ini apartemenku, aku tidak ingin kau kembali kesana. Kau jangan takut sayang, aku tidak akan melakukan apapun padamu. Kau tinggallah disini malam ini, oke!" jawab Brey.

Bella menganggukkan kepalanya membuat Brey lega. Ia keluar dari mobilnya seraya memutar ke arah tempat duduk Bella. Pria itu membantu Bella turun, dan seketika ia kembali mengangkat tubuh Bella.

"Aku sudah lebih baik, kau bisa menurunkan aku Brey," ucap Bella.

Brey tersenyum tapi ia tidak mendengarkan permintaan Bella. Pria itu terus membawa Bella hingga sampai di kamarnya. Brey menurunkan Bella perlahan di sofa.

"Aku akan mengambil minum sebentar," ujar Brey.

Bella menahan tangannya, "bisakah kau tidak meninggalkanku Brey, aku takut. Tetaplah di dekatku," pinta Bella.

Brey berjongkok di depan Bella, ia mengelus wajah pucat wanita itu.

"Aku tidak akan kemana mana Bell, aku akan selalu bersamamu," jawab Brey.

"Jangan pergi..."

Brey menghela nafasnya, ia bangun dan menarik tangan Bella. Wanita itu mengikuti Brey ke dapur untuk mengambil minum.

"Minumlah..." ujar Brey.

Bella menganggukkan kepalanya seraya meminum airnya.

"Kau yakin tidak terluka?" tanya Brey.

Bella menggeleng, "aku baik baik saja. Aku lelah."

Brey kembali mengangkat tubuh Bella membuat wanita itu kembali terkesiap.

"Brey..."

Pria itu langsung membawa Bella ke kamarnya, ia merebahkan tubuh Bella ke atas ranjang besarnya.

"Kau bisa mengganti pakaianmu dengan bajuku lalu tidurlah," ujar Brey.

Bella kembali menahan tangan Brey, "aku hanya ingin tidur, tetaplah di sampingku. Jangan tinggalkan aku Brey."

Brey menganggukkan kepalanya, ia menarik selimut untuk menutupi tubuh Bella. Wanita itu pun memejamkan matanya dengan tetap memegang tangan Brey.

*****

Gerald mengerang kesakitan, wajahnya bengkak akibat pukulan yang ia terima dari Brey. Ia menyesal telah menyakiti wanita yang seharusnya ia lindungi. Gerald memang sudah lama tertarik dengan Bella, ingin mengajak Bella menjalin hubungan yang bebas tapi bukan seperti yang ia lakukan sekarang.

"Minuman sialan..." umpat Gerald kesal.

Gerald kembali ke apartemennya. Namun pria itu segera menuju ke kamar Bella untuk minta maaf atas perbuatannya.

Sesampainya didepan pintu kamar Bella, Gerald justru duduk disana. Ia yakin Bella masih ketakutan.

"Oh My God...What do i do..." ujar Gerald kesal, "ini membuatku gila..." imbuhnya seraya bangun dan kembali ke kamarnya sendiri.

Gerald mengurungkan niatnya untuk minta maaf pada Bella, karena ia yakin Bella tidak mungkin mau menemuinya saat ini.

*****

Suara dering ponsel membangunkan Brey di tengah malam, Brey melihat layar handphonenya. Ayahnya lah yang menghubunginya John Mahardika.

"Hallo pah..."

"Dimana kau Brey, ada masalah di restoran. Kau kesana sekarang," kata John panik.

"Tapi pah..." namun telpon itu sudah ditutup oleh ayahnya.

Brey bingung harus bagaimana, sepertinya ini serius tentang restorannya tapi di sisi lain ia tidak mungkin meninggalkan Bella dalam keadaan seperti ini.

"Ya Tuhan... apa yang harus aku lakukan?" pikir Brey.

Kegelisahan pria itu justru membuat Bella terbangun.

"Ada apa Brey?" tanya Bella.

"Apa aku membangunkanmu?"

"Tidak apa-apa, hanya saja kau terlihat sangat gelisah. Ada apa Brey?" tanya Bella lagi.

"Sepertinya terjadi masalah dengan restoran milik ayahku, jadi..."

"Pergilah... aku baik baik saja."

"Tapi..."

"Segeralah kembali jika sudah selesai," sergah Bella meyakinkan Brey.

Brey menghela nafas panjang, ia menatap wajah Bella kebingungan.

"Aku janji akan segera kembali," ucap Brey seraya meninggalkan Bella dengan berat hati.

*****

Happy Reading All...

Terpopuler

Comments

🍭ͪ ͩ𝕸y💞 |ㄚ卂卄 ʰⁱᵃᵗᵘˢ

🍭ͪ ͩ𝕸y💞 |ㄚ卂卄 ʰⁱᵃᵗᵘˢ

ya ampun masalah dateng emang ngga terduga. semoga Brey bisa cepet menyelesaikan masalah bisnis ayah nya. Bella laporin aja kejadian ini sama bang bili.

2022-10-16

1

ciby😘

ciby😘

gerald dodol garottt

2021-06-19

2

Mamah Sumiyati

Mamah Sumiyati

dasar Gerald walengsek 😡😡😡

2020-03-30

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!