Sejak Bella masuk kedalam mobil, mang Udin kebingungan. Ada keanehan pada Bella yang sepertinya habis menangis. Tapi mang Udin tidak berani bertanya. Mang Udin juga sering memperhatikan lewat kaca mobil kalau Bella sering mengusap kuat bibirnya.
"Mang, papi sudah pulang?" tanya Bella.
Walaupun ia tahu saat ini masih siang, tidak mungkin ayahnya sudah pulang.
"Belum non... emmm... non perlu bantuan mamang?" ujar mang Udin.
"Tidak mang terima kasih. Bella tidak apa apa," jawab Bella.
"Non Bella yakin? Non habis menangis ya? Ada yang mengganggu non ya? Biar mang Udin..."
"Tidak apa-apa, aku benar benar baik baik saja," sergah Bella.
Mang Udin hanya menghela nafas panjang seraya terdiam. Jam siang memang tidak terlalu macet, jadi mereka bisa sampai setelah satu jam perjalanan.
Sesampainya di rumah, Bella hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban atas sapaan mbok Darmi. Bella langsung menuju kamarnya sedikit berlari. Bella kembali menangis saat mengingat kejadian menjijikan tadi. Ia terus mengusap bibirnya dengan tisu, setelah itu ia melipat tangannya di depan dadanya. Bayangan tangan pria yang meraba dadanya itu terus terngiang di kepalanya. Bella terus saja terisak di kamarnya sendiri.
*****
Di lain sisi, Brey semakin frustasi, setelah ia tidak menemukan Bella di dalam kelas. Brey pikir wanita itu akan menunggu dan mendengar pengakuannya. Brey makin menggila kehilangannya lagi, ia seharusnya bisa menjelaskan dan minta maaf atas perbuatannya.
Brey pulang mengendarai mobilnya tanpa pamit pada kedua temannya. Brey harus bertemu Bella besok. Dan harus mendapatkan cinta Bella. Ia berharap wanita itu memaafkannya, dan mau menjadi kekasihnya.
*****
Suara deru mobil mewah milik ayah Bella terdengar sampai ke kamar Bella. Bella mengintip lewat jendela kamarnya. Dan melihat ayahnya pulang ke rumah. Namun Bella harus menenangkan dirinya terlebih dahulu, ia kembali ke atas ranjang dan tertidur sejenak.
Di malam harinya...
Saatnya Bella dan ayahnya makan malam. Bella sudah mulai tenang dan mata sembabnya sudah tak terlihat lagi. Bella turun kebawah menuju ruang makan tanpa menunggu mbok Darmi memanggilnya. Dan ternyata ayahnya sudah duduk disana sambil menunggu Bella. Sesibuk apapun ayahnya, pasti ia selalu menyempatkan diri untuk makan malam bersama Bella, walaupun terkadang setelahnya pria itu pergi lagi.
Mereka sibuk dengan makanan masing masing, tak ada suara apapun yang terdengar kecuali suara sendok dan garpu yang sekali sekali berdentang pada piring milik masing masing. Itulah peraturan di rumah Bella yang wajib ditaati, "Makan Jangan Bersuara".
Setelah makan malam selesai, Bella memberanikan diri untuk berbicara dengan ayahnya.
"Papi ada waktu sebentar? Bella mau bicara," ujar Bella ragu.
Pria itu memicingkan matanya.
"Apa yang terjadi pada putriku hari ini? mengapa ia terlihat berbeda? jika putri kesayanganku mau berbicara, artinya ada hal yang serius yang ingin ia sampaikan, apakah ia masih sedih soal kemarin," pikir ayah Bella.
"Hm... hanya 15 menit, papi harus kembali ke perusahaan, ada pekerjaan yang belum selesai. Ikutlah ke ruang kerja papi sekarang," ajak ayahnya.
Bella menganggukkan kepalanya seraya mengikuti ayahnya ke ruang kerjanya. Namun setelah sampai disana, Bella justru terlihat ragu untuk berbicara.
"Bella... papi ada meeting sayang, kau perlu apa? Jangan membahas soal kemarin karena papi tidak akan mengubah keputusan papi. Ini juga demi kebaikanmu nak," ujar ayahnya lembut.
"Pi... Bella memang mau membicarakan soal keberangkatan Bella ke Inggris. Tapi bukan untuk menolaknya, Bella ingin segera berangkat kesana," ujar Bella sedih.
"Apa maksudmu nak?"
"Bella merindukan bang Billi, bisakah Bella berangkat besok?"
Ayah Bella terkejut dengan permintaan putrinya yang tiba tiba. Ia yakin terjadi masalah pada putri kesayangannya.
"Bella sayang... papi menyuruhmu ke Inggris memang demi kebaikanmu... tapi bukan berarti papi menyuruhmu untuk segera meninggalkan papi... papi..."
"Bukan karena papi... tapi Bella memang sudah kangen Bang Billi, Bella juga sudah tidak ada kegiatan di sekolah kecuali pengambilan ijazah. Papi bisa kan mengurus semua buat Bella disini?" sergah Bella.
"Sayang...bukannya papi tidak bisa mengurus semuanya...tapi papi hanya terkejut ini terlalu cepat, kau ada masalah? katakan pada papi apa yang terjadi nak."
Bella menggelengkan kepalanya, "tidak terjadi apapun pi, Bella mohon... Bella tidak mau ke sekolah lagi, Bella mau berangkat saja ke Inggris," ucapnya dengan mata yang berkaca-kaca.
Ayah Bella memandang sekilas ke arah Bella, ia melihat ada sesuatu yang salah pada putrinya, tapi sepertinya Bella tidak ingin menceritakannya. Melihat permohonan dan kesedihan serta ketakutan di mata Bella, akhirnya pria itu setuju.
"Heeeemm... baiklah sayang, kau siapkan barang barangmu malam ini, sekretaris papi akan mengurus tiket keberangkatanmu dan soal sekolah papi yang akan datang langsung ke sekolahmu dan mengurus semuanya, kau bisa tenang sekarang, kuliahmu di Inggris sudah diatur oleh abangmu..."
Bella yang terkejut dengan kata kata ayahnya, langsung menghambur ke pelukan pria itu sambil tersedu.
"Nak... kau yakin baik baik saja?"
Bella menganggukkan kepalanya, "aku baik baik saja pi, terima kasih untuk semuanya, Bella sayang sekali pada papi."
"Papi juga sangat sayang padamu Bella. Walaupun papi tidak mengharapkan kau berangkat secepat ini, tapi sepertinya kau memiliki masalahmu sendiri. Kau sudah dewasa, kau pasti tahu apa yang terbaik untukmu."
Bella melepaskan pelukannya seraya kembali menganggukkan kepalanya.
"Baiklah, papi akan terlambat jika terus di rumah. Kemungkinan papi akan pulang sangat terlambat malam ini, kau beristirahatlah dengan baik."
"Hati hati di jalan pi," sahut Bella.
Pria itu mengangguk seraya berpamitan untuk berangkat kembali ke hotel salah satu miliknya, dimana disana terletak kantor miliknya untuk mengurus segala hal tentang perhotelan.
Sedangkan Bella pun kembali ke kamarnya, ia menyiapkan 2 koper miliknya untuk keberangkatannya besok. Setelah selesai membereskan barangnya, ia segera mengambil ponselnya lalu menghubungi sahabat sahabatnya.
"Hallo... Mili... aku mau pamit sama kalian..." kata Bella setelah teleponnya diangkat oleh Mili.
"Apa kau gila? Pamit secepat ini? Tunggu Bell... aku sambungkan ke Anyelir dan Tika sekalian... sebentar..." kata Mili seraya menyambung teleponnya.
Setelah tersambung menjadi panggilan paralel/grup. Bella mulai percakapannya kembali dan menjelaskan semua kejadian ke teman temannya.
"Maafkan aku ya teman teman... aku tidak mau bertemu pria itu lagi, ini sudah keputusanku..." kata Bella di akhir ceritanya.
"Pria itu sudah gila, aku akan membunuhnya di sekolah besok," ancam Mili.
"Ia benar benar cowok brengsek," sahut Anyelir.
"Kau seharusnya tak perlu takut Bell, ada kami. Kami akan membantumu untuk melawannya," imbuh Tika.
"Tidak perlu teman teman, keputusanku sudah bulat. Aku akan berangkat besok untuk melupakan semuanya," ujar Bella.
"Baiklah, jika itu sudah keputusanmu. Kami akan mengantarmu ke bandara Bell," kata Mili.
"Iya Bell..." Anyelir mulai menangis.
"Kami akan melepas kepergianmu di bandara Bell..." sahut Tika ikut bersedih.
"Terima kasih semuanya..." balas Bella dan akhirnya ia pun ikut menangis.
Setelah curahan hatinya bersama ketiga sahabatnya. Bella pun memutuskan untuk segera tidur. Besok adalah hari yang baru untuknya.
*****
Happy Reading All...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Edah J
like klik jempol 😉
2023-02-09
0
🍭ͪ ͩ𝕸y💞 |ㄚ卂卄 ʰⁱᵃᵗᵘˢ
pasti papi nya Bella nggak akan diem aja deh setelah liat sikap Bella . awas lho Brey
2022-10-16
1
Gabrielle
Setiap part perpisahan selalu bikin air mata ngucur😓🥺
2022-03-10
2