Seperti biasa Mang Udin supir pribadi Bella, selalu menjemput Bella di sekolah. Bella pulang mengenakan jaket yang dipinjamkan oleh Mili, untungnya hanya baju bagian belakang saja yang terkena corat coret pilox, jadi Bella bisa menyembunyikannya kalau ayahnya ada di rumah. Tapi ia juga tak yakin bisa lolos dari kemarahan ayahnya tersebut.
Sepanjang jalan Bella berdoa kepada Tuhan agar papinya tidak ada di rumah. Setengah jam perjalanan dari sekolah ke rumahnya tetapi menjadi 2 jam perjalanan, karena ia pulang ke rumah tepat di jam pulang kerja setiap orang.
Akhirnya Bella sampai di rumahnya. Rumah mewah bak istana megah terpampang di depannya. Tapi tidak ada waktu untuk memanjakan mata Bella setiap kali bahagia melihat rumahnya sendiri.
"Bagaimana kalau papi benar benar ada di rumah?" pikir Bella takut.
Ketika gerbang pintu terbuka lebar, Bella terbelalak saat melihat mobil ayahnya tepat berada di garasi rumah.
"Tidak ada harapan lagi, Tuhan tidak berpihak padaku. Kali ini, habislah aku," pikir Bella lagi.
Bella turun dari mobilnya. Rasa takut dan keraguan untuk masuk ke dalam rumah menghantuinya. Langkah kakinya mulai lemah dan tubuhnya mulai berkeringat dingin. Pintu rumah tiba tiba terbuka, mbok Darmi (PRT) yang menyambut kedatangannya.
"Sore non... sudah pulang... pasti lelah... mbok sudah siapkan air hangat buat mandi, setelah itu makan malam ya non," kata mbok Darmi.
Bella menganggukkan kepalanya, "terima kasih mbok, Bella benar benar lelah, ingin langsung masuk kamar," kata Bella, "heeem... mbok... ada papi..." kata Bella nyaris berbisik ke mbok Darmi.
Mbok Darmi menganggukkan kepalanya, "dari tadi tuan menunggu di ruang tamu non, non pulang terlambat hari ini."
Bak petir menyambar di siang bolong, Bella semakin ketakutan untuk masuk ke dalam rumahnya sendiri. Dengan langkah yang semakin takut, Bella memaksakan diri untuk masuk ke dalam rumah. Benar saja, ayahnya sedang duduk menikmati kopi sore dan membaca majalah kesukaannya. Bella mendekati ayahnya dengan ragu ragu.
"Sore papi..." sapa Bella menghampiri ayahnya.
Ayah Bella mendongakkan kepalanya saat mendengar putri kesayangannya sudah pulang dan menyapanya. Tapi tatapannya tiba-tiba saja sangat tajam. Ayahnya melihat Bella dari atas sampai ujung kaki. Pria itu melihat ada yang berbeda pada penampilan putrinya tersebut.
"Jaket siapa yang kau kenakan nak, papi tahu itu bukan punyamu dan bukan seleramu..." kata papinya menyelidik.
Walaupun Bella merasa ayahnya yang otoriter sangat galak. Tapi kenyataannya, ayahnya sangat menyayangi Bella sampai sampai pakaian yang ia kenakan pun diketahui oleh ayahnya, mana yang miliknya dan mana yang bukan.
Bella menelan salivanya untuk membasahi tenggorokannya yang mulai tercekat, "Em... ini... jaket pi... eeeemmm...." jawab Bella gugup.
"Papi tahu itu jaket, yang papi tanya itu punya siapa dan kenapa kau mengenakannya," ayahnya mulai curiga.
"Punya Mili pi... teman Bella... tadi udara berangin diluar... jadi..."
"Buka jaketmu nak," potong pria itu, "papi ingin lihat apa yang kau sembunyikan dibalik jaket itu, kau pikir papi anak kecil yang bisa kau bohongi..." imbuhnya.
Sebelum Bella membuka jaketnya, Bella sudah mulai mengeluarkan air matanya. Ia terisak karena ketakutan seraya menundukkan kepalanya.
"Maaf papi... Ini bukan salahku... Aku tidak ingin ke Inggris... bukan Bella yang melakukan ini... Bella tidak tahu... Bella tidak salah..." jawab Bella semakin tersedu sedu.
"Buka...!" bentak ayahnya tanpa memperdulikan isakan putrinya.
Dengan tangan gemetaran, Bella membuka jaketnya.
"Berbaliklah Bell..." perintah ayahnya lagi.
Bella pun menuruti perintah ayahnya, ia berbalik dan menunjukan coretan di seragamnya.
"Kau..."
"Ini bukan salah Bella pi, demi Tuhan Bella tidak melakukannya. Tiba tiba saja ada siswa yang menyemprotkan pilox saat Bella duduk di tangga sekolah. Bukan keinginan Bella pi, Bella mohon jangan marah padaku."
Ayah Bella menghela nafas panjang. Pria itu memejamkan matanya. Ia berniat mengirim putrinya ke Inggris sebenarnya karena ingin putrinya melanjutkan sekolahnya disana. Masalah corat coret sebenarnya hanya alasannya saja.
"Mandi dan ganti baju Bel. Dan kemasi semua barang barangmu. Bersiaplah ke Inggris, minggu depan kau berangkat tanpa tawar menawar..." kata ayahnya dingin tapi sangat menakutkan.
Bella melepaskan tangisannya dengan keras, walaupun ia sudah tahu itulah konsekuensi yang akan ia terima. Tapi ia masih berharap tetap berada di negaranya sendiri karena memang itu bukan kesalahannya. Bella berlari dengan cepat menuju kamarnya di lantai atas.
Ayah Bella hanya bisa menatap punggung putrinya dengan sedih.
"Maafkan papi sayang, inilah yang terbaik untukmu. Kau harus menjadi putriku yang luar biasa, aku mendidikmu dengan keras demi masa depanmu nak," pikir pria itu.
*****
Dua jam telah berlalu, namun Bella masih juga belum keluar dari kamarnya membuat ayah Bella semakin khawatir karena putrinya belum makan malam. Pria itu meminta pelayannya untuk memanggil Bella di kamarnya. Mbok Darmi pun mengikuti permintaan tuannya dan mengunjungi kamar Bella.
Tok... tok... tok...
Mbok Darmi mengetuk pintu kamar Bella berulang kali, namun masih saja tidak di buka. Mbok Darmi tahu apa yang terjadi karena ia mendengar perdebatan antara tuannya dan Bella tadi. Mbok Darmi sudah seperti ibunya sendiri, merawat Bella dari umur 4.tahun hingga sekarang.
Tok... tok... tok...
Mbok Darmi kembali mengetuk pintu kamar itu.
"Non... non... makan malam, ini sudah makin larut," ujar mbok Darmi lirih.
"Bella tidak mau makan mbok. Bella sudah kenyang. Bella mau tidur saja," terdengar sahutan Bella dari dalam kamarnya.
"Non Bella... tuan bakal semakin marah kalau non Bella tidak turun. Tuan sudah menunggu dari tadi di ruang makan," kata mbok Darmi lagi.
Dengan mata yang masih bengkak dan merah. Bella turun dari ranjang nyamannya, ia membuka pintu kamar dan menatap mbok Darmi.
"Aku tak ingin makan mbok," ujar Bella.
"Non kan tahu bagaimana sifat tuan, jika non tidak makan, maka tuan akan menarik non turun. Non harus makan, jika sakit semua akan repot."
Bella menekuk wajahnya, ia dengan kesal melewati tubuh mbok Darmi dan turun menuju ruang makan. Mbok Darmi hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat sikap Bella. Gadis itu tetap menjadi gadis yang penurut walaupun sedang kesal sekalipun.
Di ruang makan ayahnya memang sudah menunggu, pria itu terkenal dingin kalau sedang marah. Bella memaksakan makanan masuk ke mulutnya. Ingin rasanya memulai pembicaraan, tapi Bella tahu itu tidak sopan. Dan peraturan dirumahnya di larang berbicara saat di meja makan. Ayahnya sudah selesai makan, tanpa mengucapkan sepatah kata pun, pria itu pergi meninggalkan Bella sendirian di meja makan.
Hanya helaan nafas yang tertahan Bella yang keluar dari mulutnya. Bella pun kehilangan selera makannya, ia ikut meninggalkan ruang makan untuk langsung kembali ke kamarnya. Pikiran yang berkecamuk menjadi satu, ingin sekali ia berbicara lagi tapi ia masih takut pada kemarahan ayahnya. Bella menatap langit langit kamarnya, ia kembali terisak hingga akhirnya ia pun tertidur karena lelah.
*****
Happy Reading All...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
𝕸y💞🌙𝐌ᵒ⃝⃟ᵒⁿ༅SUNNY☀️
Bapak nya Bella posesif banget ih 😬
2023-02-11
0
🍭ͪ ͩ𝕸y💞 |ㄚ卂卄 ʰⁱᵃᵗᵘˢ
semangat Bella.. di mana pun kamu nanti sekolah ujungnya balik ke Indonesia koq. jangan sedih lagi y, nanti cantik nya luntur lho🙈
2022-10-16
1
Bundanya Robby
wah shi papi galak ya ..semagt bella
2022-07-07
1