Bab 8

Beberapa saat, hanya Rasel yang terus mengajak bicara, sementara Adelia hnya sesekali menaggapi. Pun dengan Varel, ia terlihat dingin, membuat Adel merasa tidak nyaman berada disana. Duduk berhadapan dengan orang yang pernah mengisi hari-hari mereka membuat mereka berdua serasa sesak napas.

"Maaf, kalian lanjutkan saja ngobrolanya. Aku ke atas dulu, permisi!" ucap Adel kemudian.

"Oh, yaudah, nanti kalau Varel udah masak, aku panggil ya, kita makan malam bareng," ucap Rasel yang langsung di tatap tajam oleh sahabatnya tersebut. Bagaimana bisa Rasel mengatakan hal itu tanpa meminta persetujuannya terlebih dahulu.

"Kita nggak keluar hang out, ya loe masak dong seperti biasa, hee," ucap Rasel meringis.

Adel tak menyahut, ia memilih segera pergi ke dapur terlebih dahulu untuk mengambil air sebelum ke kamarnya.

"Cepat sana masak, gue udah lapar Rel. Gue udah niatin dari apartemen buat makan malam di sini, nanti kalau loe udah nikah, punya istri, kan pasti gue akan jarang makan masakan loe, nanti loe yang giliran di masakin istri loe, dimanjain sama istri loe!" ucap Rasel.

Adel yang baru saja mengambil air putih tak sengaja mendengar ucapan Rasel yang terdengar sampai ke dapur. Ia langsung menghentikan langkah kakinya di depan pintu saat hendak keluar dari sana.

"Jadi dia belum menikah? Terus yang kakak bilang waktu itu ada pernikahan, siapa yang nikah?" batin Adel.

" Tadi juga Rasel bilang kita sama-sama nggak ada pasangan, apa dia juga jomblo? Apa dia jomblo karena..." batinnya lagi, entah kenapa bibirnya tersenyum begitu saja.

Adel terus tersenyum sambil melamun, membayangkan jika mungkin Varel belum bisa move on darinya, hingga ia tak sadar jika Varel kini berdiri di depannya.

Varel meniup mata Adel untuk menyadarkan wanita itu dari lamunan. Adel langsung terkejut, "Astaga!" ucapnya kaget melihat Varel yang kini menatapnya aneh.

"Minggir, aku mau lewat!" ucap Varel dingin.

Adel segera menggeser badannya supaya Varel bisa masuk ke dapur.

"Hust, jangan GeEr dulu, Del. Mana mungkin dia menunggu kamu," gumam Adel dalam hati. Ia segera mengusir pikiran GeErnya.

"Tunggu!" ucap Varel ketika Adel hendak melangkah pergi. Wanita itu lanhsung menoleh, "Ya?" ucapnya.

"Lain kali kalau keluar kamar pakai celana yang kebih panjang, jangan biarkan pahamu kemana-mana buat sedekah," ucap Varel mengingatkan.

Adel langsung menunduk, melihat yang di bicarakan Varel lalu memilih pergi ke kamar.

Sampai di kamar, Adelia langsung menghubungi Syafira.

"Akhirnya kamu telepon kakak juga, dek. Seneng banget bikin kakak khawatir kamu tuh," ucap Syafira dari seberang telepon.

"Maaf kak, bukannya begitu. Tapi Adel di sini tuh mau buka usaha butik sama teman Adel. Nanti kalau Adel ada waktu, Adel akan ke rumah, pasti," ucap adel.

Mereka terus mengobrol melalui telepon, hingga akhirnya bibir Adel merasa gatal harus mengkonfirmasi soal Varel.

"Kak, waktu itu kakak bilang di rumah ibuk ada acara pernikahan, emang pernikahan siapa?" tanya Adel.

"Emangnya kenapa? Kok tumben tanya?" Syafira sedikit curiga.

"Ah enggak, cuma tanya aja kak, nggak ada apa-apa kok, beneran. Nggak penting juga sih sebenarnya. Nggak usah di jawab!" ucap Adelia yang langung salah tingkah.

"Ck, kamu tuh. Kirain kenapa. Itu tuh pernikahan ibuk sama om John," timpal Syafira.

Bibir Adel langsung melongo, "Ibuk nikah sama om John? Kok bisa? Bukannya ibuk bilang nggak mau menikah lagi ya dulu?" tanyanya antusias.

"Ya, namanya hati dek siapa yang tahu. Ibuk tuh ngerasa kesepian sejak Varel menetap di kota B. Jadi memutuskan menikah dengan om John,"

"Ohh...begitu,"

"Iya. Eh iya, Varel sudah lama mengurus hotel yang di kota B dan dia menetap di sana juga. Mungkin nanti kalian bisa ketemu, tapi sekarang dia udah...." belum Syafira selesai bicara, ia mendengar Adel mengaduh.

"Aduh, perutku sakit. Aku tutup teleponnya dulu ya kak, panggilan alam nih, mules!" ucap Adel seraya memegangi perutnya yang memang ingin pup.

Syafira yang mengira Adel bereaksi begitu karena menghindari untuk membicarakan Varel langsung mengiyakan dan menutup teleponnya daripada adiknya itu ngambek lagi.

Mungkin memang Adel sudah benar-benar melupakan dan mengubur masa lalunya sehingga tak ingin membahasnya lagi. Atau justru kerana sebaliknya? Entahlah, spertinya Syafira memilih untuk berpikir positif daripada puyeng.

🌻🌻🌻

"Woah, emang ya, tuan Pradana ini emang jagonya kalau masak!" puji Rasel saat beberapa menu makan malam sudah terhidang di meja makan.

"Eh iya, kemana si bening tadi. Di atas ya? Aku panggil ya?"

Varel lansgung menarik tangan Rasel, "Duduk! Biar gue yang panggil!" ucapnya. Dari gelagatnya jelas ia tak rela jika Rasel pergi ke kamar Adelia.

"Bening bening! Seenaknya aja ganti nama orang," gumam Varel menggerutu.

Tok tok tok!

Terdengar suara pintu kamarnya di ketuk dari luar saat Adel baru saja selesai mandi. Ia yang hanya memakai handuk membuka pintu namun hanya kepalanya yang nyembul keluar, "Ih, om pelanggaran, kan janjinya nggak boleh ke lantai atas!" protes Adel.

"Jangan GeEr kamu, aku ke sini karena di suruh Rasel, dia ngajak kamu makan malam di bawah," ucap Varel.

"Emang boleh?" tanya Adel.

"Terserah, nggak mau juga nggak apa-apa!" ucap Varel.

"Ih males banget, kalau nggak ikhlas nanti aku bisa keracunan," Adel mencebik. Tapi, saat itu juga perutnya bunyi di balik pintu.

Adel menghela napasnya, "Baiklah, aku pakai baju dulu," ucapnya kemudian.

Varel tak bicara lagi, ia langsung memutar badan lalu melangkahkan kakinya menjauh.

"Mau pakai baju? Jadi dia telan..." Varel langsung menggelengkan kepalanya demi mengusir pikiran kotornya.

Adel langsung mencari piyamanya. Ia mengambil piyama dengan celana pendek, tapi ia ingat kata-kata Varel tadi waktu di dapur, ia langsung mencari baju yang lain yang lebih tertutup.

🌻🌻🌻

Adel tak menyangka jika masakan Varel sangat enak. Ini kali pertama ia makan masakan pria tersebut. Pasalnya dulu Varel tak pernah memasak setahu dia. Dan ini benar-benar membuatnya semakin sulit untuk move on. Apalagi jika benar pria itu masih sendiri akankah ada kesempatan untuk mereka berdua dekat kembali? Adel justru larut sendiri dengan lamunannya.

"Hello! Dari tadi ngelamun aja," ucap Rasel membuyarkan lamunan Adel. Wanita itu langsung melirik Varel yang cuek, dan fokus dengan makan malamnya sendiri.

Rasel yang melihat ada keanehan diantara keduanya, langsung berusaha mencairkan suasana.

"Gimana? Enak kan masakan Varel?" tanya Rasel dan di balas anggukan oleh Adel.

"Dulu pasti Varel sering masak buat keluarganya di Jakarta ya?"

"Setahu aku dia tidak pernah masak dulu. Ibuk yang masak," ucap Adel.

"Wah beneran baru kali ini dong kamu makan masakan dia,"

Lagi, Adel mengangguk seraya melirik Varel. Sementara yang di lirik tetap diam menikmati makanannya.

"Udah, cuekin aja. Varel emang gitu dia kalau makan nggak suka sambil ngobrol takut keselek kali!" ucap Rasel.

"Ayo makan lagi. Aku senang makan di sini, kayak semacam perbaikan gizi gitu. Makanya nanti Varel kalau maunya sama wanita yang lebih pintar masak dari dia, selain pintar di ranjang tentunya. Biar bisa gantian manjain perut Varel, Iya nggak Rel?" yang di tanya hanya melihatnya sekilas.

Uhuk uhuk!

Adelia tersedak mendengarnya, tentu saja ia tidak masuk ke dalam kriteria tersebut. Masak tidak bisa, urusan ranjang? Belum pernah mencoba, jadi mana di tahu.

Meski di luar negeri itu bebas, tapi Adel tidak senakal itu. Ia bahkan tak ada waktu untuk bermain dengan pria. Sibuk bekerja demi menabung.

Adel langsung mengambil minum. Varel yang hendak menyodorkan gelas yang baru saja ia ambil langsung mengurungkannya dan meminumnya sendiri.

"Makanya kalau makan jangan sambil bicara!" peringatanya.

"Ck, aku kan di ajak bicara. Kalau nggak aku tanggapi nggak sopan namanya," balas Adel.

"Nggak apa-apa kali Rel sambil ngobrol, biar akrab. Ya kan bening?"

Adel mengernyit, "Namaku Adelia, bukan bening,"

"Tapi kamu sebening embun pagi," jawab Rasel tersenyum. Kali ini Varel yang tersedak karena ucapan Rasel menggombali Adel.

"Tuh kan, nggak sambil ngobrol aja tetap tersedak," ledek Rasel. Adel langsung tersenyum mendengarnya.

"Oh ya, kalau kamu pasti jago masak juga kan. Apalagi masakan luar, pasti lebih jago, ya kan?"

"Aku nggak bisa masak. Biasa beli atau teman yang masakin," jawab Adel jujur. Kesibukannya bekerja, membuatnya memilih hal yang praktis dalam makan, jika Shahila tidak memasak, ia akan delivery order atau pergi langung ke tempatnya.

"Oh, sama dong kita. Hem benar-benar klop dah. Cocok!" Rasel memicingkan matanya demi melihat reaksi Varel.

"Enam tahun di luar negeri, lalu apa yang kamu pelajari? Hanya mengejar ambisi? Tidak belajar jadi istri yang baik?" ucap Varel menyindir adel.

Deg!

Pertanyaan Varel sukses membuat Adelia terdiam.

Terpopuler

Comments

galaxi

galaxi

sebenarnya disini adel tdk sepenuhnya salah,krn bagaimanapun mama widya menginginkan varel spy cepat menikah...tdk mgkn kan suruh nunggu 6th,ya kali klu adel g tertarik dg org lain ataupun varel...jd istilahnya diserahkan sama taqdir ini sih....

2023-09-04

1

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

ish Varel ... jangan sewot gitu donk ...
santuuuuuiiiii ..... 😅😅😅

2023-08-01

1

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

uluh uluuh ... auto traveling ya Rel ...😁😁

2023-08-01

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Chapter 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98 (End)
99 Bab 99 ( bonchap 1)
100 Bab 100 (bonchap 2)
101 Bab 101 (bonchap 3)
102 Novel Sebatas Ibu Pengganti
103 Bonchap 4
104 Bonchap 5
105 Bonchap 6
106 Bonchap 7
107 Jenna (Pengasuh Ceo Lumpuh)
Episodes

Updated 107 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Chapter 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98 (End)
99
Bab 99 ( bonchap 1)
100
Bab 100 (bonchap 2)
101
Bab 101 (bonchap 3)
102
Novel Sebatas Ibu Pengganti
103
Bonchap 4
104
Bonchap 5
105
Bonchap 6
106
Bonchap 7
107
Jenna (Pengasuh Ceo Lumpuh)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!