Bab 11

"Om yang bayarin? Makasih ya?" ucap Adel.

"Aku hanya kasihan sama bapaknya nunggu lama," ucap Varel singkat.

"Iya tadi aku lupa naruh dompet dimana jadi harus cari dulu. Mau makan bareng? Ini cukup kalau untuk berdua, aku makannya nggak banyak kok,"

Varel berdiri, "Aku lebih suka masakan rumah," ucapnya lalu pergi meninggalkan Adel.

Adel melongok ke dalam plastik, "Ini juga masakan rumahan," gumamnya lalu menghela napas. Ia tahu mungkin maksud Varel adalah masakan yang di masak sendiri, bukan yang beli.

Adel mengambil peralatan makan di dapur dan ternyaya Varel sedang berada disana membuat makananannya sendiri.

"Mau di bagi makan gratis nggak mau, malah milih susah sendiri," batin Adel saat mengambil piring. Varel hanya melirik apa yang Adel lakukan.

"Ish, kenapa susah banget sih ini ambilnya, siapa sih yang naruh piring di atas sini?" gerutu Adel sambil berjinjit-jinjit namun tetap kurang tinggi.

"Sengaja ini pasti yang naruh di sini, biar aku nggak bisa ambil," sindir Adel sambil melirik Varel. Yang di sindir cuek saja.

"Besok aku beli sendiri deh!" gumamnya lagi.

Varel tak menggubris. Padahal wanita itu bisa menggunakan kursi untuk manjat, tapi sepertinya kuliah di luar negeri tak menjamin otaknya encer, pikir Varel. Adel memilih menggunakan mukutnya untuk mengomel daripada otaknya.

Tak tahan dengan ocehan Adel, Varel mendekat dan mengambil piring tersebut dengan satu tangannya. Wajahnya yang begitu dekat dengan wajah Adel yang mendongak menatapnya, membuat keduanya membeku di tempat.

"Meowwww!"

Suara Molly mampu membuat keduanya sadar dan langsung gelagapan dan membuang pandangan mereka ke sembarang arah satu sama lain.

"Makanya tumbuh tuh ke atas, ini!" Varel memberikan piring di tangannya kepada Adel.

"Makasih!" ucap Adel dengan wajah yang masih merah.

"Hai Kitty, yuk temani aku makan. Papamu lagi masak tuh!" Adel mengajak Molly bicara saat melewati kucing tersebut.

"Namanya Molly bukan kitty, seenakanya merubah nama," ucap Varel tanpa menoleh.

Adel berjongkok, lalu menoleh kepada Varel sebentar, "Dia galak, ya? Nggak berubah! Tetap nyebelin!" bisik Adel.

"Tapi ngangenin, sumpah!" lanjutnya dalam hati, ia lalu berdiri dan berjalan menuju meja makan. Molly mengikutinya di belakang.

"Mau ini tulangnya? Tapi nanti kamu tersedak tidak? Takutnya durinya nyangkut di leher kamu, nanti aku di marahin sama dia!" Adel menunjuk Varel yang masih di dapur.

Diam-diam, Varel memasang telinganya untuk mendengarkan, ia lalu menoleh dan tersenyum tipis melihat interaksi antara Adel dan Molly. Mana ada kucing tersangjut duri, ada-ada saja pikirnya. Kucing itu hanya meang-meong saat diajak bicara oleh Adel.

Adel yang tahu diam-diam di perhatikan oleh Varel langsung salah tingkah. Ia memilih melanjutkan makannya dalam diam.

🌻🌻🌻

Pagi harinya....

Adel tampak buru-buru menuruni anak tangga sambil memakai high heelsnya. Varel yang sedang sarapan di temani Molly hanya melihat tingkah wanita tersebut. Apa tidak bisa memakai sepatunya sambil duduk tenang, apa tidak takut jatuh, pikirnya.

Melihat Adel turun, membuat Molly berjalan ke arahnya, "Pagi Molly, maaf ya aku buru-buru. Kita mainnya nanti kalau aku udah pulang, ya?" ucap Adel. Ia melihat Varel sekilas dan berlalu pergi.

Rupanya, di luar sana gema sudah menunggu beberapa saat lamanya.

"Maaf kak nunggu lama," ucap Adel.

"Enggak kok, ayo masuk!" Gema membukakan pintu untuk Adel. Tentu saja Varel di buat semakin penasaran dengan sosok pria yang terlihat dekat dengan Adel tersebut.

"Kerajinan amat, jam segini udah nyamperin cewek!" batin Varel.

🌻🌻🌻

Di kantor...

Varel sedang memimpin rapat. Namun, sejak rapat di mulai hingga hampir selesai, ia terus melamun. Pandangannya lurus ke depan menerawang, entah apa yang ia pikirkan.

"Ssst ssst, Rel!" panggil Rasel.

"Apa?" tanya Varel.

"Itu si Indra udah selesai presentasi, gimana tanggapan elu? Malah bengong!" ucap Rasel berbisik.

"Oh, menurut saya, konsep yang kamu berikan sudah bagus untuk pembangunan hotel yang baru. Tapi, saya ingin nanti tetap ada sentuhan kayu masuk dalam interior setiap kamarnya. Bagaimana caranya supaya unsur kayu bisa masuk meski sebenarnya konsepnya modern dan elegan. Nanti tugas kamu mengkombinasikan bagaimana supaya tetap terlihat modern namun unsut kayu bisa masuk tanpa mengurangi keeleganannya," rupanya meski melamun, Varel bisa menangkap jalannya rapat yang membahas tentang pembangunan cabang hotel.

"Ada pertanyaan?" tanya Varel.

Salah sagu karyawannya mengangkat tangan.

"Jika kayu di paksa masuk ke dalam konsep modern, bagaimana supaya tidak terlihat di paksakan, Pak? Sedangkan konsep kita adalah modern elegan,"

"Mungkin bisa menggunakan earth tone atau warna-warna tanah supaya bisa nyambung dan tidak terkesan di paksakan. Bisa juga menambhkan konsep tropical. Nanti tugas Indra mmebuat semuanya terlihat natural, terserah mau seperti apa, yang jelas saya ingin hasil yang memuaskan,"

"Ada lagi pertanyaan? Kalau tidak, rapat kali ini cukup sekian dan terima kasih," Varel berdiri dan meninggalkan ruang rapat. Diikuti oleh yang lainnya termasuk Rasel yang segera menyusul Varel ke ruangannya.

"Lo kenapa sih? Dari rapat baru di mulai, lo tuh nggak fokus sama sekali. Kebanyakan melamun tahu nggak?" ucap Rasel.

"Yang penting gue tahu apa yang harus gue lakuin buat perusahaan. Lo nggak dengar tadi? Gue tetap nyimak!" sahut Varel.

"Ya iya, tapi nggak biasanya lo kayak gini. Kenapa? Mikirin si bening, hem?" tembak Rasel langsung.

Deg! Varel langsung menatap Rasel.

"Udah, gue udah tahu. Adel kan cewek yang photonya lo simpan di laci dan lihatin tiap hari?"

Varel semakin terkejut di buatnya, bagaimana bisa Rasel tahu.

"Gue ingat banget, pernah lihat photo dia di meja sini, photonya emang berdua sama bu bos, tapi nggak mungkin kan lo lihatin photonya bu Syafira? Bisa di pecat jadi adik sama pak Bara kalau itu terjadi," ternyata Rasel pernah sekilas melihat photo Adel di meja Varel saat pria itu lupa menyimpannya kembali ke dalam laci.

"Nggaklah! Itu photo emang dulunya ada di sini, mungkin kak Bara yang simpan sebelum gue ke sini. Lo lupa kalau sekarang gue ada Andini? Lagian mana ada gue simpan photonya Adel. Nggaklah!" sangkalnya cepat.

"Dih nggak mau ngaku, kalau benar lo udah nggak ada rasa ma mantan, kenapa belum nikah juga sama Andini? Dia kurang apa coba? Cantik, baik, kalem, penyayang, pintar masak, nikmat mana lagi yang kau dustakan, saudara?"

Varel terdiam, Rasek bener. Andini adalah definisi perempuan idaman bagi sebagian besar kaum adam. Ia tak memungkiri itu, ia juga nyaman beradad di dekat wanita itu. Tapi, untuk menikahinya ia masih butuh waktu.

"Dia bukan mantan gue, gue nggak pernah pacaran sama dia!" ujar Varel.

Karena memang dulu tidak ada kata sepakat pacaran atau sebagai sepasang kekasih diantara Varel dan Adel. Keduanya hanya menjalani hubungan dekat dan nyaman satu sama lain. Dan itu apa bisa di sebut sebagai manta kekasih? Mungkin saja iya, tapi bisa jadi tidak. Entahlah. Yang jelas, dulu keduanya merasa saling memiliki dan tertarik satu sama lain tanpa adanya ikatan tersebut . Mungkin bisa disebut sebagai teman tapi mesra.

"Ck, bukan mantan tapi bikin gagal move on," Rasel mencebik.

"Gue bakal tetap nikah sama Andini!" pupus Varel. Ia sebenarnya sedang tak ingin membahas apapun terutama soal Adel, wanita yang akhir-akhir ini sedikit mengusik pikirannya yang mulai tenang.

"Kapan?" tantang Rasel.

"Secepatnya!"

"Dari dulu secepatnya mulu ah, tapi belum juga sampai sekarang. Secepatnya Versi siput kali ya, tetap aja lambat,"

"Bawel lu kayak emak gue, yang penting kan gue nikah. Kenapa lu yang ribet!"

"Lebih cepat lebih baik Rel, biar gue bebas buat deketin Adel,"

"Apa hubungannya sama gue, kalau mau deketin ya deketin aja kalau dia mau. Tapi, asal lo tahu, dia ada dekat sama cowok lain," ucap Varel sewot mengingat pria yang menjemput Adel pagi tadi.

"Masa sih? Aduh kalah start dong gue! Jangan bilang cowoknya elu lagi,"

"Ck, udah gue bilangin bukan gue! Ada cowok, gue nggak tahu siapa. Nggak penting buat gue!"

"Kok lo kayak sewot gitu ngomonginnya, ngegas pula. Cemburu?" sindir Rasel.

"Eh gue ingat, gue pernah ketemu sama Adel sebelum ketemu di rumah lo. Tapi dimana ya? Ah iya, di cafe gue! Waktu itu dia sama cowok emang, itu kali ya saingan gue! Cukup berat kalau dia mah!"

"Pesan gue, lo jangan macam-macam aja. Kalau Adel nggak mau jangan di paksa," ucapnya.

"Kalau dia mau?"

"Terserah!"

"Oke deal ya, gue nggak ada saingan buat deketin Adel kecuali pria itu. Lo nggak mau ikutan? Biar kita bisa buat sayembara untuk merebut hati si bening gitu?"

"Udah sana lo balik kerja, gue gaji lo buat kerja bukan buat ghibah!" Varel mengusir Rasel sebelum omongan pria itu semakin ngelantur. Semakin mereka membahas Adel, Varel semakin pusing di buatnya.

"Dih, nggak asyik! Lagi seru bahas Adel malah di usir! Ada masalah apa sih hidupmu, pak?" Rasel langsung memutar badan untuk pergi

"Sssst, yakin nggak mau ikut sayembara buat rebut hati Adel?" tiba-tiba Rasel nyembul dari balik pintu.

"Rahayu selamet!" teriak Varel geram.

"Ah nggak asyik lo!" ucap Rasel lalu pergi.

Varel menarik laci mejanya, "Kenapa lo mengusik hidupku lagi sih? Maumu apa, Adelia Syafitri?" ucapnya dalam hati sambil memandang photo Adel.

Terpopuler

Comments

Unul Lagi

Unul Lagi

aq pikir, kenapa tulisan namanya gak Russel? ternyata Rasel tuh akronim RAhayu SELamet? 🤣

2024-12-13

0

Dewa Rana

Dewa Rana

ternyata rasel adalah rahayu selamet 😀

2024-11-29

0

🍁 ¢ᖱ'D⃤ ̐Nuyy ☕🏠⃟🌹

🍁 ¢ᖱ'D⃤ ̐Nuyy ☕🏠⃟🌹

astaga namanya ternyata 🤣🤣🤣

2024-10-25

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Chapter 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98 (End)
99 Bab 99 ( bonchap 1)
100 Bab 100 (bonchap 2)
101 Bab 101 (bonchap 3)
102 Novel Sebatas Ibu Pengganti
103 Bonchap 4
104 Bonchap 5
105 Bonchap 6
106 Bonchap 7
107 Jenna (Pengasuh Ceo Lumpuh)
Episodes

Updated 107 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Chapter 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98 (End)
99
Bab 99 ( bonchap 1)
100
Bab 100 (bonchap 2)
101
Bab 101 (bonchap 3)
102
Novel Sebatas Ibu Pengganti
103
Bonchap 4
104
Bonchap 5
105
Bonchap 6
106
Bonchap 7
107
Jenna (Pengasuh Ceo Lumpuh)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!