Erick telah sampai di apartemen miliknya. The Gold Apartement, salah satu apartemen paling mewah di kota. Fasilitas yang suguhkan pun tak main-main. Benar-benar high class. Apalagi banyak orang penting seperti pejabat dan aktris yang tinggal di sana.
"Apartemen ini?" kejut Erick, dia menahan senyum getir di bibirnya. "Anya pernah tinggal di sini, sebelum dia bisa membangun rumah impiannya sendiri."
Kenangan bersama Anya mulai membanjiri kepala Erick. Membawa rasa sedih yang dalam, dia bakal kesulitan untuk bisa mengulang kembali saat-saat itu sebagai Fandi Delana. Jika identitas baru, yaitu Erick mungkin saja masih bisa.
Unit apartemen Erick terletak di lantai atas, hampir yang teratas. Dia perlu memakai elevator untuk sampai di lantai 26.
"Pemandangan yang bagus. Mina pasti suka. Eh? Tapi, Mona pasti protes untuk milih apartemen lantai bawah. Huh, dasar takut ketinggian!"
Erick memang berniat mengajak seluruh keluarganya pindah ke sini, hunian sementara. Erick ke depannya ingin membangun rumahnya sendiri, jika situasinya mendukung.
Erick mendorong pelan pintu apartemen yang bakal jadi apartemennya——tempat bernaung. Pria yang kini surainya disemir warna krem itu berdecak kagum beberapa saat, mengagumi segala dekorasi yang pastinya mahal. Semuanya terlihat elegan, pas.
Erick langsung merebahkan diri di sofa empuk di ruang tamu.
"Lembut dan empuk, nyaman. Hmm ... berapa bulan gajiku untuk bisa membeli sofa seperti ini, ya?" terka Erick yang mulai kepo.
Dia selanjutnya berkeliling, menjelajah semua ruangan di apartemennya. Di sana ada 3 kamar, 2 toilet/kamar mandi, ruang keluarga/tengah, ruang tamu, dapur sekaligus ruang makan. Lengkap. Seperti hotel bintang 5.
"System, apa aku perlu membayar sewanya tiap bulan?" tanya Erick, dia menyetel TV seukuran layar proyektor. Bisa menjadi bioskop pribadi di ruang tengah.
[Tak perlu, Master. Selamanya gratis untuk Anda]
"Woah, hebat. Jadi, aku tak perlu memikirkan soal nominal sewanya. Apartemen semewah ini pasti per bulannya pasti menyentuh angka ratusan juta."
[Sama-sama, Master]
[Master, apa Anda tak ingin mengurus tetangga baru. Dia sungguh-sungguh terkunci]
"Tidak, biarkan saja." balas Fandi acuh.
[Misi dikonfirmasi]
[Segera mandi untuk membersihkan diri]
[Tingkat kesulitan : F]
[Hadiah : 150 poin]
[Batas waktu : 10 menit]
[Pinalti : Anda akan bau dan diikuti kecoak]
"Ah, kecoak!? Hewan itu benar-benar membuatku jijik." Erick bergidik ngeri. "Aku Akan mandi dulu. Badanku lengket!" ucap Erick beranjak pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
[Silahkan, Master]
Setelah beberapa saat, Erick pun keluar dengan kaos oblongnya dan handuk terselempang di leher. Rambutnya masih lepek.
[Misi berhasil diselesaikan]
[Selamat, Master mendapatkan 150 poin]
"Sekarang apa? Oh, ya. Mengurus identitas. Tapi, di mana aku bisa menemukan laptop atau PC?"
[Master bisa membelinya di shop]
"Berapa harganya?"
[Paling murah 5000 poin]
"Ukh ... kau berniat memerasku! Huh, ya sudahlah. Aku pinjam ke tetangga. Kayaknya dia punya. Aku tak ingin membuang-buang poin untuk barang yang bakal kugunakan sekali saja."
[Terserah, Master]
Erick menuju ke unit apartemen di sebelah miliknya. Dia sudah berada di depan pintu, terdengar sayup suara dari dalam, meminta tolong. Orang di sana benar-benar terkunci.
"Ini dikunci dari luar, 'kan?" kejut Erick.
"Ada orang di dalam?" teriak Erick.
"Eh? Saya ... saya di sini. Tolong saya, pintunya tak bisa dibuka. Saya sudah terjebak di dalam hampir setengah hari." kata suara dari dalam, melengking khas perempuan.
"Wah, lumayan lama."
"Ok, Mbak bisa sedikit mundur. Saya akan mendobraknya." ucap Erick bersiap ancang-ancang.
"B-b-baik."
Bruakkk ...
Erick menerjang dengan sekuat tenaga. Tapi, sepertinya terlampau berlebihan. Sekarang pintu itu terlepas dari engselnya, secara tak sadar Erick telah menghancurkannya.
"Tidak. Aku tak perlu ganti rugi. Wanita itu yang memintaku untuk mengeluarkannya. Ini adalah risiko!?" batin Erick tak mau disuruh tanggungjawab atas kerusakan pintu.
"Huh, tapi kekuatanku benar-benar luar biasa. Bukan sekedar tempelan di Status."
[Tentu saja, Master. Anda itu setara dengan 7 orang pria dewasa]
"Hah? Sepertinya aku harus berhati-hati ke depannya. Jika tak ingin menghancurkan barang-barang!"
"Maaf, Mbak. Soal pintunya. Nanti saya ganti." ucap Erick berbasa-basi. Sedang perempuan itu melongo menatapnya, dia sepenuhnya belum percaya. Erick dengan mudahnya mendobrak pintu tebal itu.
"Oh, heh? Ah ... ya. Tak perlu." perempuan itu melambai-lambai, gestur untuk menolak. "Mas sudah menolong saya. Masa harus ganti rugi? Itu tanggungjawab saya, Mas tenang saja."
"Ah, gitu?"
"Karena tak mengaktifkan super peka. Aku jadi tak mengetahui pikiran wanita ini tentangku. Hmm ... biarlah. Aku tak tertarik padanya." batin Erick memperhatikan gerak-gerik perempuan di depannya dengan serius.
[Misi berhasil diselesaikan]
[Selamat, Master mendapatkan 500 poin]
"Belum kadaluarsa, 'kah?"
[Di saat-saat terakhir]
"Oh."
"Perkenalkan namaku Ariel. Kamu pasti tetangga baruku, 'kan?" ucap perempuan bernama Ariel itu menjulurkan tangannya pada Erick.
"Oh. Aku Erick. Salam kenal Mbak Ariel." Erick membalas uluran tangan Ariel.
"Eh? Panggil nama langsung, kita sepertinya seumuran. Malah canggung bila kamu panggil aku 'Mbak'."
"Sudah kebiasaan, aku selalu memanggil Mbak untuk wanita yang tak punya hubungan akrab." batin Erick tersenyum pahit.
"Baiklah, Ariel. Mohon bantuannya untuk ke depannya."
"Ya. Semoga kita bisa menjalin hubungan pertemanan yang baik." balas wanita berambut hitam panjang yang dikucir ke belakang itu. Dia tersenyum manis pada Erick.
Karena sedikit bincang-bincang itu, Erick agak melupakan niat awalnya. Tapi, dengan segera sadar. Tanpa basa-basi, Erick langsung mengutarakan niat untuk meminjam laptop apabila punya. Ariel lebih mirip seperti mahasiswa.
"Ariel, maaf. Apa kamu punya laptop? Aku ingin meminjamnya. Boleh?" ucap Erick sedikit canggung.
"Ah. Itu. Ya, aku punya. Sebentar, aku ambilkan! Silahkan duduk dulu. Nggak capek apa berdiri terus?!" ucap Ariel berjalan menuju ke kamarnya. Erick mengikuti saran Ariel, dia langsung duduk di ruang tamu.
Ariel kembali membawa laptop berwarna hitam.
"Erick ... sebagai balas budiku. Mau aku masakin sesuatu?"
"Nggak usah. Malah ngerepotin."
"Aku masakin. Kamu tetap di situ! Jangan pergi! Aku benar-benar marah nanti." paksa Ariel langsung ke dapur tanpa mendapat persetujuan dari Erick.
Erick cuma menghela nafas. "Terserahlah."
Di ruang tamu, Erick mulai mengotak-atik laptopnya. Segera melakukan kegiatan hacking, spek laptop milik Ariel sangat mumpuni, Erick tak perlu cemas. Apalagi WiFi super cepat juga tersedia.
Erick tanpa kesulitan berhasil membobol situs database milik pemerintah, masuk ke data kependudukan. Dia mengotak-atik, memasukkan identitas baru. Membuat KTP untuk identitasnya yang sekarang dan memasukkannya pada daftar KK keluarganya, sebagai anak pertama.
"Nah, berhasil. Umm ... System. Waktu di penjara kau bisa memunculkan makanan itu padaku. Apa kau bisa memunculkan KTP yang telah aku buat ini?"
[Itu mudah, Master]
Di depan Erick muncul holografi berbentuk KTP baru. Dalam sepersekian detik, holografi itu menjadi bentuk fisik. KTP dengan mudanya berhasil dibuat.
"Kau seperti printer 3D. Keren sekali, System."
[Terimakasih, Master]
"Ah, Erick. Bisakah kamu sedikit menunggu lebih lama? Masakannya belum siap." teriak Ariel dari dapur.
Sebetulnya Ariel betcokor di dapur sudah lewat setengah jam. Terlalu lama untuk memasak makanan simpel, padahal Ariel cuma memasak pasta instan.
"Dia payah dalam memasak. Tapi, memaksa memasak." komentar Erick yang geleng-geleng kepala.
Tok ... tok ... tok ...
Pintu diketuk keras, menggedor-gedor. Siapa pun tamu itu, dua datang tak punya niat yang baik.
"Ariel, Ariel! Buka!" teriak si tamu.
Bruakkk ...
Pintu itu roboh sebab tak terpasang pada engselnya.
"Sekarang apa lagi?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Antara Putra
🍮🍮
2023-06-28
0
Eros Hariyadi
Tinggalkan jejak petualang baca 👣👣👣😄💪👍
2023-04-23
0
Eros Hariyadi
Like and coment 😄💪👍👍👍
2023-04-23
0