Sheila memasuki gedung Avicenna Grup dengan hati yang begitu gembira, setelah tadi sang pujaan hati menyatakan perasaannya. Ditambah lagi, bonus cinta yang Sheila dapatkan.
Hari ini Sheila terus berdendang ria. Ditambah lagi, Nathan tidak ada di kantor karena harus meeting di luar bersama Harvey. Kini yang Sheila lakukan hanya berbalas pesan dengan kekasih hati.
Sheila memandangi foto dirinya dan Tarjo yang ia ambil beberapa waktu lalu. Meski mereka baru menjalin hubungan, entah kenapa Sheila merasa jika Tarjo adalah belahan jiwanya.
"Jangan terlalu cinta, Shei. Kalian kan baru menjalin hubungan," celetuk Naina ketika mereka bertemu untuk makan siang bersama.
"Iih, apaan sih, Na! Kok kamu ngomongnya gitu?" kesal Sheila yang ternyata mendapat respon tak bagus dari sahabatnya. Ia pikir ia akan mendapat dukungan dari Naina setelah bercerita tentang hubungannya dengan Tarjo.
"Kamu kan belum tahu dia secara mendalam. Lagipula kamu juga nggak tahu dimana dia tinggal dan siapa keluarganya."
Sheila terdiam. "Kurasa tidak perlu berpikiran sejauh itu, Na."
"Kalo hubungan kamu beneran mau serius sama dia, ya kamu harus mengenal keluarganya juga kan?"
Sheila tak berani menjawab lagi. Lagipula dia juga menyembunyikan identitas aslinya didepan Tarjo. Mana berani dia bertanya tentang keluarga Tarjo. Yang ada nanti malah Tarjo juga balik bertanya tentang keluarganya.
"Kami akan menjalani hubungan ini dulu tanpa perlu memikirkan yang lain. Toh kalo jodoh nggak akan kemana kan?"
"Hmm, ya sudah, Shei. Terserah kamu saja. Yang penting kamu bahagia. Setelah kamu keluar dari rumah, kamu malah dapat jodoh." Ada sedikit nada kecemburuan dalam suara Naina.
"Kenapa, Na? Bukannya kamu juga punya pacar?" Sheila beralih bertanya pada Naina. Kali ini ia juga akan coba mendengar keluh kesah Naina.
"Nggak tahulah, Shei. Sudah beberapa hari ini dia menghilang tanpa kabar."
"Oh ya? Kamu udah telepon dia?"
Naina mengangguk. "Sudah berkali-kali, Shei. Tapi nomornya nggak aktif."
"Ya sudah. Jangan dipikirin. Mungkin dia lagi sibuk sama kerjaan dia. Kalo ada apa-apa kamu hubungi aku saja."
Naina masih merasa tidak tenang.
"Kenapa lagi, Na?"
"Umm, masalahnya dia pinjam uang di kantor aku, Shei."
"What?! Kamu serius? Kok bisa?"
"Dia bilang dia lagi butuh uang. Trus aku coba bantu dia dengan pinjam ke kantor aku. Dia bilang hanya 1 bulan akan dia kembalikan. Tapi nyatanya sampai sekarang dia nggak ada kabar."
BRAK!
"Kurang ajar banget jadi cowok! Kamu tenang ya! Kalo dia nggak mau balikin uangnya, aku bakal bantu kamu. Berapa uang yang dia pinjam?"
"Lima puluh juta, Shei."
"Hah?! Lima puluh juta?" Sheila menggaruk kepalanya. Untuk saat ini ia juga tidak memiliki uang sebanyak itu.
"Kamu tenang ya! Kita pasti bakal nemu jalan keluarnya." Sheila memeluk Naina berharap meringankan sedikit beban gadis itu.
#
#
#
Usai makan siang bersama Naina, banyak hal yang dipikirkan Sheila. Vicky, kekasih Naina seingatnya adalah pria yang baik. Dia selalu memperlakukan Naina dengan baik. Wajahnya juga lumayan tampan.
"Apa dia hanya memanfaatkan Naina saja? Beruntung aku tidak minta dikenalkan dengan temannya Vicky. Bisa-bisa dia hanya akan mengambil uangku saja. Beda sama Tarjo. Dia begitu lugu dan apa adanya." Sheila terkekeh geli mengingat kebersamaannya dengan Tarjo.
"Kenapa senyum-senyum sendiri?" Suara berat itu menginterupsi Sheila.
"Pak Nathan?" Sheila membeku karena Nathan memergokinya.
"Kau dari mana?" Tanya Nathan datar.
"Saya baru saja kembali dari makan siang," jawab Sheila santai.
"Oh ya? Dengan siapa?"
Sheila memicingkan mata karena Nathan terlalu banyak bertanya.
"Bersama Naina, temanku."
"Oh, begitu." Nathan tak bertanya lagi.
Mereka berjalan beriringan hingga akhirnya Sheila memilih jalan berbeda karena ia harus menaiki lift untuk karyawan, sedangkan Nathan masuk ke lift khusus CEO dan tamu penting lainnya.
"Kau mau kemana?" tanya Nathan ketika melihat Sheila berbelok.
"Aku akan naik lift," tunjuk Sheila kearah lift karyawan.
"Ikut saja denganku!" Tanpa persetujuan Sheila, Nathan menarik lengan Sheila dan membawanya masuk ke dalam lift khusus miliknya.
"Pak! Lepaskan!" Sheila menepis tangan Nathan.
Pria itu segera menekan tombol CEO dimana lantainya berada. Ia tak menghiraukan tatapan sengit Sheila padanya.
"Dasar gumpalan es!" gumam Sheila.
"Jangan pernah mengatai bosmu atau kau akan kualat!" ucap Nathan menyindir Sheila.
"Siapa juga yang ngomongin situ?" cibir Sheila lagi lirih namun Nathan masih bisa mendengarnya.
"Apa katamu?!" tekan Nathan kembali memegangi lengan Sheila.
Sheila kembali menepis tangan Nathan. "Jangan menyentuhku sembarangan! Bapak sungguh tidak sopan!" kesal Sheila. Ia memilih ruang yang jauh dari Nathan.
"Kau yang tidak sopan! Kenapa mengataiku, huh!"
Nathan mendekat pada Sheila hingga gadis itu menjadi sedikit takut. Tubuhnya kini terbentur dinding lift.
"Pak! Saya minta maaf. Saya tidak bermaksud untuk..."
TING!
Pintu lift terbuka. Menampilkan sebuah pemandangan intim antara Sheila dan Nathan.
"Tuan Nathan?" Harvey membuat Sheila sadar dan segera mendorong tubuh Nathan. Tidak terjadi apapun diantara mereka. Namun orang yang melihat bisa saja salah paham.
Sheila melewati tubuh Nathan dan juga Harvey. Amarahnya sudah sampai di ubun-ubun, tapi tak bisa ia tunjukkan.
#
#
#
Sore harinya ketika akan pulang kantor, Sheila dan Nathan sama-sama mendapat pesan dari orang tua masing-masing. Mereka meminta Sheila dan Nathan datang bersama memenuhi undangan mereka.
Sheila masuk ke ruangan Nathan tanpa mengetuk pintu.
"Pak..." Kalimat Sheila terjeda. Nathan tahu apa yang ingin di katakan Sheila.
"Iya, aku tahu. Baiklah. Kalau begitu kita pergi bersama," putus Nathan.
Sheila mengangguk. Ia merasa tidak memiliki pilihan lain. Mobilnya juga tidak ia bawa.
Sheila berjalan bersama menuju parkiran. Nathan mempersilakan Sheila masuk ke dalam mobilnya.
Di perjalanan, Sheila meminta Nathan untuk mampir ke butik langganannya. Tidak mungkin ia menemui kedua keluarga dengan pakaian kerja seperti ini.
Sheila turun dari mobil diikuti Nathan.
"Apa kau sering berbelanja?" tanya Nathan.
"Tidak juga. Aku hanya membeli yang menurutku aku membutuhkannya," jawab Sheila enteng sambil memilah baju yang akan ia kenakan.
"Menurutmu untuk apa para orang tua meminta kita untuk datang? Apa ada lagi yang ingin mereka sampaikan?" tanya Sheila setelah mendapatkan satu dress.
Nathan hanya mengedikkan bahunya. Ia kembali bermain ponsel sambil duduk di sofa panjang yang disediakan disana.
Sheila memperhatikan Nathan yang sedang menatap benda pipih itu.
"Hmm, benar juga apa kata Harvey. Akhir-akhir ini dia memang aneh. Apa memang benar dia punya kekasih? Itu berarti jalanku bersama Tarjo semakin mulus. Semoga saja di pertemuan nanti, kamu akan membatalkan perjodohan ini," batin Sheila.
Sheila menuju kamar ganti dan mengganti pakaian kantornya dengan dress yang ia pilih tadi. Sheila mematut diri di cermin sebelum keluar.
"Hmm, bagus juga." Dress simpel dengan rok model huruf A, dengan lengan pendek berwarna nude. Panjangnya mencapai batas lutut Sheila. Dan juga sangat pas ditubuhnya.
Sheila keluar dari kamar ganti dengan masih memutar tubuhnya untuk melihat apakah ada yang kurang.
"Wah, cantik sekali, Nona," ucap seorang karyawan butik yang membuat Nathan akhirnya ikut menoleh.
Matanya membulat melihat penampilan Sheila yang sempurna. Ia sedang berbincang ramah dengan karyawan butik. Ia bahkan tertawa lepas.
Jantung Nathan tidak baik-baik saja sekarang. Rasanya saat ini ia ingin memeluk Sheila dan menghujani banyak ciuman untuk gadis itu.
Nathan berdiri dan menghampiri Sheila. Gadis itu terkejut dengan kehadiran Nathan yang tiba-tiba.
"Nathan!" pekik Sheila karena terkejut.
"Kau kenapa?" tanya Sheila yang mulai takut dengan tatapan tajam Nathan.
Tanpa menjawab Nathan malah mendaratkan sebuah ciuman ke bibir Sheila. Ia menyesap pelan dan berirama. Melumaat habis bibir yang kini menjadi candunya tanpa ampun. Ia tak akan membiarkan orang lain merasai miliknya ini.
"Nathan!"
Mata Nathan mengerjap dan kembali ke alam nyata.
"Astaga! Kenapa aku harus membayangkan hal seperti itu?" gumamnya dalam hati.
"A-ada apa?" tanyanya tegas.
"Aku sudah selesai, ayo kita berangkat!" ucap Sheila dan langsung akan pergi melewati tubuh Nathan.
"Belum selesai, Shei." Nathan memegangi lengan Sheila.
Nathan menatap Sheila lalu menarik ikat rambut milik gadis itu. Hari ini Sheila memang mengikat rambutnya ala ekor kuda agar terlihat berbeda.
Kini rambut Sheila tergerai sempurna.
"Begini lebih baik," ucap Nathan datar lalu pergi meninggalkan Sheila.
"Dih, dasar gumpalan es aneh!" gerutu Sheila lalu mengikuti langkah Nathan.
Setelah berkendara kurang lebih tiga puluh menit, Nathan dan Sheila tiba di resto milik Royale Hotel. Mereka segera menuju ke ruangan dimana para orang tua sudah menunggu.
Mereka berjalan beriringan. Nathan melirik Sheila yang masih berjalan menatap ke depan. Tiba-tiba tangannya terulur dan menarik tangan Sheila lalu melingkarkannya di lengan miliknya.
"Hei, apa yang kau lakukan?" sungut Sheila sambil melepaskan tangannya dari genggaman Nathan.
"Ini hanya akting. Diamlah! Apa kau mau mereka curiga?" alasan Nathan.
"Hah, ya sudah. Kali ini aku ampuni!" sungut Sheila. "Dengar ya, kuharap kau benar-benar mengatakan soal pembatalan perjodohan kita malam ini," lanjutnya.
Nathan tak membalas dan tetap berjalan maju.
"Aku serius! Aku menyukai seseorang. Tidak! Aku mencintainya. Dan kami sudah bersama. Jadi kau harus bicara dengan kedua orang tua kita. Kau juga sudah memiliki kekasih kan?" ucap Sheila yang membuat rahang Nathan mengeras.
Mereka tiba di ruangan yang sedang riuh oleh gelak tawa para orang tua. Mereka berjalan menghampiri semuanya.
"Selamat malam," ucap Nathan yang membuat semua orang menoleh.
"Eh, kalian sudah datang? Lihat mereka, Mbak. Mereka sangat cocok kan?" seru Lian dengan gembira.
"Iya, Dek Lian. Mereka memang sangat cocok. Pasangan serasi." Sandra memberikan dua jempolnya untuk Sheila dan Nathan.
Makan malampun berjalan dengan khidmat. Masih belum ada yang bicara. Sheila melirik Nathan dan berharap pria itu segera bicara dengan kedua orang tua mereka. Namun Nathan hanya diam dan berpura-pura tidak melihat tatapan tajam Sheila.
"Ehem! Begini anak-anakku," ucap Roy setelah acara makan malam selesai.
"Kami mengundang kalian karena ada yang ingin kami bicarakan."
Sheila menelan ludahnya. Ia berharap Nathan bicara setelah Roy selesai bicara.
"Kami sudah menemukan hari yang baik untuk pertunangan kalian."
"Heh?!" Sheila terkejut. Tapi tidak dengan Nathan. Pria itu hanya diam tanpa ekspresi.
"Seminggu dari sekarang adalah hari yang baik. Itu adalah hari pertunangan kalian."
"A-apa?!" lirih Sheila dengan tubuh yang meremang. Ia tak percaya jika Nathan hanya diam dan menyetujui semuanya. Tanpa bisa menolak, Sheila juga hanya diam.
Usai jamuan makan malam, Nathan dan Sheila pulang paling akhir. Mereka menunggu hingga para orang tua pergi dengan mobil mereka masing-masing.
"Nathan, antarkan Sheila ke rumahnya ya," ucap Lian.
"Iya, Ma. Mama tenang saja," balas Nathan.
"Shei, Tante pulang dulu ya! Kalian hati-hati pulangnya."
Sheila hanya mengangguk dan tersenyum. Sepeninggal semua orang, Sheila menatap Nathan tajam.
"Apa yang kau lakukan? Kenapa diam saja?" amuk Sheila.
"Harusnya kau bicara pada mereka! Kau juga kan punya kekasih. Untuk apa menyetujui semua ini!" lanjutnya.
Sheila memukuli dada Nathan. Ia benar-benar marah sekarang.
"Satu minggu? Yang benar saja! Aku baru saja merasakan kebahagiaan dan kau sudah merusaknya!"
"Maaf..." lirih Nathan.
"Maaf kau bilang? Maafmu tidak diterima! Sekarang kita harus bagaimana? Aku tidak bisa menikah denganmu karena aku mencintai pria lain!" tegas Sheila dengan air mata yang sudah bercucuran.
"Aku berbohong!" ucap Nathan yang membuat Sheila menatapnya.
Gadis itu menunggu apa yang ingin diucapkan Nathan.
"Aku berbohong, Shei. Aku tidak memiliki kekasih."
Tubuh Sheila melemas. Ia tak percaya jika Nathan akan berkata begitu padanya. Sheila menatap tajam Nathan.
"Aku membencimu! Aku sangat membencimu!" teriak Sheila dan berlari pergi dengan masih terisak.
Nathan hanya diam dan menatap kepergian Sheila.
#bersambung
*Hmm, ada yg ingin kalian sampaikan? 😬😬
Mampir juga yuks ke 👇👇👇👇
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 199 Episodes
Comments
Manami Slyterin🌹Nami Chan🔱🎻
boom like
2022-06-26
1
rintob
runyam deh Nathan ....terus ngakunya gimana caranya....Shei udah jatuh cinta bener fg si culun.... keren
2022-05-06
2
🎤🎶 Erick Erlangga 🎶🎧
seru banget 👍👍
2022-03-22
3