...Terkadang cinta datang di saat yang tidak tepat...
...Cinta bisa datang kepada siapapun...
...Tidak melihat si kaya dan si miskin...
...Tidak melihat si tampan atau buruk rupa...
...Begitulah cinta...
...Sesederhana itu, sesimpel itu...
...💟💟💟...
Sheila membolak-balikkan tubuhnya yang masih terjaga. Kejadian tadi masih terngiang di ingatannya. Ia memegangi dadanya. Ada sesuatu yang berbeda ketika Sheila berada didekat pria culun itu.
Sudah pukul tiga pagi namun matanya masih terus memikirkan apa yang akan ia lakukan esok ketika bertemu dengan tetangga culunnya itu. Ada rasa cemas dan bahagia melebur menjadi satu.
"Haduh, apa dia akan menganggapku sebagai gadis mesum?" gumam Sheila.
Sheila memeluk gulingnya erat. "Tapi kurasa dia pria yang hangat. Dia sangat berbeda dengan gumpalan es yang menyebalkan itu."
Sheila mencoba memejamkan matanya. Hingga akhirnya matanya benar-benar terpejam dan memimpikan hal baik untuk esok hari.
Sementara di rumah sebelah, Tarjo alias Nathan masih berkutat dengan pekerjaannya. Matanya kembali menerawang dan tidak bisa menyelesaikan pekerjaannya lagi.
Tarjo tersenyum mengingat apa yang terjadi tadi dengannya dan Sheila. Ia memegangi dadanya.
"Ada apa denganku?" Tarjo menggeleng pelan.
Konsentrasinya sudah buyar. Ia memilih untuk mengistirahatkan tubuh lelahnya. Beban di pundaknya memang terasa berat, namun kejutan tadi mampu menanggalkan sedikit bebannya.
Keesokan harinya, Sheila terbangun karena suara deru motor yang pastinya berasal dari rumah disampingnya. Sheila turun dari tempat tidur dan menuju kamar mandi. Nyawanya belum sepenuhnya terkumpul.
Sheila membasuh mukanya dan menatap wajahnya di cermin.
"Astaga! Kejadian semalam!" Sheila menutupi wajahnya dengan tangan.
Ia mengatur napasnya. Ia harus tetap tenang bertemu dengan tetangga sebelahnya yang culun itu.
Sheila melangkah keluar rumah. Ia melihat Tarjo sedang mengutak-atik motor bebeknya.
"Motormu kenapa?" tanya Sheila.
"Heh?!" Tarjo kaget mendengar suara Sheila.
"I-ini a-akinya mu-mungkin ber-masalah."
"Ooh, kamu kan kerja di bengkel, pasti kamu hapal dengan mesin."
"Be-begitulah."
Sheila manggut-manggut.
"Kamu udah sarapan?" tanyanya lagi.
"Be-belum."
"Hmm, gimana kalau kita makan di warung depan sana. Ada bubur ayam enak. Anggap saja ini hadiah kedua dariku." Sheila menundukkan wajahnya.
"Hehe." Tarjo hanya meringis sambil menggaruk tengkuknya.
"Soal semalam ... aku harap kamu nggak berpikir macam-macam tentang aku. Maksudku aku ... bukan perempuan seperti itu."
"I-iya, a-aku ta-tahu."
Sheila tersenyum. "Baiklah. Motormu bisa jalan kan? Kita pakai motormu saja!"
Tarjo mengangguk. "Lu-lukamu su-sudah se-sembuh?"
Sheila memegangi lehernya. "Oh ini? Sudah hampir sembuh. Jangan khawatir."
Kemudian mereka berdua menaiki sepeda motor Tarjo menuju ke sebuah warung bubur ayam. Sheila merasakan udara segar pagi hari menerpa wajahnya.
"Ternyata naik motor menyenangkan juga ya!" ucap Sheila yang begitu dekat dengan telinga Tarjo.
Tarjo merasa gugup berada begitu dekat dengan Sheila. Hingga tanpa sengaja ia tak melihat ada polisi tidur di jalan yang membuat motor sedikit oleng dan sontak Sheila memeluk Tarjo karena takut terjatuh.
"Hati-hati dong!" gerutu Sheila.
"Ma-maaf."
Tarjo melihat tangan Sheila yang melingkar di pinggangnya. Senyum tipis kembali mengembang di bibirnya.
Tiba di warung bubur ayam, mereka duduk berhadapan dan makan dengan lahap. Mereka banyak bercerita tentang kehidupan masing-masing. Ya meski pada kenyataannya Sheila lah yang banyak bercerita. Tarjo hanya memperhatikan ekspresi gadis itu saat bercerita.
"Kau adalah gadis yang menarik, Sheila. Kau bahkan tidak malu makan di tempat seperti ini dan bercerita dengan ekspresi anehmu itu," batin Tarjo.
Usai sarapan bersama dan kembali ke rumah kontrakan, Sheila turun dari motor Tarjo.
"Ah kenyangnya! Gimana? Enak kan bubur ayamnya?" tanya Sheila.
Tarjo mengangguk. Dalam hati ia berkata jika ini adalah kali pertamanya ia makan di warung bubur ayam pinggir jalan seperti itu.
"Oh ya, apa aku boleh minta nomor ponselmu?" tanya Sheila.
"Bo-boleh." Tarjo mengeluarkan ponsel yang sudah disiapkan Ivanna beberapa waktu lalu.
"Ini adalah ponselmu sebagai Tarjo. Ingat, Nate! Jangan sampai tertukar. Kau hanya seorang buruh bengkel, jadi tidak mungkin kan kau memiliki ponsel berharga puluhan juta?"
"Iya, Na, aku tahu. Tentu saja Tarjo hanya mampu membeli ponsel seharga 2 atau 3 jutaan saja."
"Ish, kau ini! Ingat! Jangan sampai salah!"
Tarjo memberikan ponselnya. Ia menunjukkan nomor ponselnya pada Sheila.
"Kau tidak hapal nomor ponselmu sendiri?" Sheila mengernyit heran.
"Hehe." Tarjo kembali cengengesan sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Baiklah, sudah kusimpan. Kalau begitu, aku masuk dulu ya! Aku harus bersiap berangkat ke kantor."
"Bo-bosmu ga-galak?"
Sheila tertawa. "Tidak! Dia tidak galak. Dia hanya terlalu tak tergapai, hahaha. Daah Tarjo!"
Sheila melambaikan tangan dan berlalu dari hadapan pemuda culun itu.
"Tidak tergapai? Apa maksudnya itu?" Tarjo tersenyum getir kemudian ikut masuk ke dalam rumah.
#
#
#
Sheila sedang berkutat dengan pekerjaannya. Matanya mulai bosan menatap layar datar yang ada didepannya. Ia melirik ponselnya dan tiba-tiba mengingat tentang Tarjo.
"Hmm, kira-kira jam segini dia sedang apa ya?"
Sheila mengetikkan pesan untuk Tarjo.
Sheila: "Hai, sedang apa? Apa kamu sibuk?"
Nathan yang sedang berada di ruangannya mendengar bunyi getar ponsel Tarjo. Ia mengerutkan keningnya.
Nathan meraih ponsel yang ada di dalam laci. Ia membulatkan mata melihat pesan apa yang diterimanya.
"Sheila?" gumamnya dengan menatap Sheila yang sedang menatap layar datarnya.
Nathan menarik sudut bibirnya kemudian membalas pesan dari Sheila.
Tarjo: "Sedang bekerja. Kau sedang apa?"
Sheila berbinar senang mendapat pesan balasan dari Tarjo.
Sheila: "Aku juga sedang bekerja. Kupikir kamu gagap juga pas balas pesan. Ternyata enggak! Hihihi."
Tarjo: "Wah, kau mengejekku, huh!"
Sheila: "Jangan marah, aku hanya bercanda! Kamu pulang jam berapa?"
Nathan berpikir sejenak. Ini pertama kalinya ia berbalas pesan dengan seorang gadis selain Ivanna dan Shelo.
Tarjo: "Mungkin jam 7 malam."
Sheila: "Oke! Kita makan malam bersama ya!"
Nathan terus tersenyum hanya karena berbalas pesan dengan Sheila. Sesimpel itu bisa membuat seseorang tersenyum.
Sementara di ruangan lain, Harvey menggeram kesal karena semua pekerjaan Nathan diserahkan kepadanya. Ia tak habis pikir kenapa bosnya itu tidak menyelesaikan pekerjaan tepat waktu.
"Ada apa dengan tuan Nathan? Tidak biasanya ia menunda pekerjaan seperti ini. Jangan sampai dia melupakan rapat penting hari ini dengan klien." Harvey mengetikkan pesan untuk Nathan.
Nathan yang masih berbalas pesan dengan Sheila, melirik ponsel miliknya yang lain dan membaca pesan dari Harvey. Ia menghela napas. Ia bahkan melupakan rapat penting hanya karena ia harus menjadi Tarjo.
Nathan memijat pelipisnya pelan. Ia mengetikkan pesan balasan untuk Sheila jika malam ini ia harus lembur dan tidak bisa makan malam bersamanya.
Sheila: "Tidak apa-apa. Lain kali kan juga bisa. Semangat ya lemburnya!"
Nathan tersenyum membaca pesan dari Sheila yang menyemangatinya. Ia memegangi dadanya yang berdebar. Sebuah debaran aneh yang tidak pernah ia rasakan.
#
#
#
Sheila memutuskan untuk mampir ke tempat Cecilia. Sudah lama juga ia tidak bertandang ke kafe milik kakak iparnya ini.
Sheila bercerita tentang Tarjo, tetangga barunya. Cecilia hanya mendengarkan cerita Sheila yang terlihat sangat antusias dengan seseorang yang bernama Tarjo itu.
"Kamu ini! Segitu senangnya cerita soal tetangga barumu itu!"
"Entahlah, Kak. Dia berbeda dengan cowok-cowok yang pernah kukenal. Dia polos dan apa adanya."
"Apa kamu menyukainya?"
Sheila tersenyum. "Nggak tahu juga, Kak."
"Shei, kamu harus ingat! Kamu sudah dijodohkan. Sebentar lagi kalian akan bertunangan. Mama bilang tante Lian sedang mencari waktu yang baik untuk hari pertunangan kalian."
Sheila terdiam. Ia baru ingat jika statusnya tidak benar-benar single.
"Kak, jika kami sama-sama sudah memiliki pasangan, apa papa dan mama akan tetap melanjutkan perjodohan ini?"
"Sheila!" sentak Cecilia tidak percaya.
"Aku akan bicara dengan Nathan. Aku yakin dia pasti bisa mengerti. Dia juga sudah memiliki kekasih, Kak."
Sheila memilih pergi dari kafe tanpa berpamitan pada Cecilia.
#bersambung
*Hihihi, senyum2 sendiri dah jadinya lihat keuwuan mereka 😅😅😅
*Apakah pertunangan Nathan dan Sheila akan batal karena kehadiran Tarjo? Tapi Tarjo adalah Nathan. Hayoo loh, ruwed dah ruwed 😆😆
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 199 Episodes
Comments
bukanya tarjo itu gagap, tapi ini jawabnya lancar jaya ya 🤣🤣🤣
2022-05-27
2
🎤🎶 Erick Erlangga 🎶🎧
berdebar hatiku berdebar 😍😍
2022-03-22
3
pat_pat
ayo lagi mak
2022-03-16
2