Pertunjukan drama itu akhirnya selesai sudah, para pemeran kembali ke ruangan yang berada di balik panggung itu.
"Akhirnya.. selesai juga," ucap Rena penuh kelegaan dan mengambil tempat duduk yang berada di sebelah kanan Novi.
"Tadi kamu kenapa? Lupa ya, Na?" tanya Novi.
"Iya, Nov, tadi di bagian akhir aku benar-benar lupa sama dialognya, untung aja... " Ucapan Rena terhenti saat dia melihat sosok Alan memasuki ruangan itu.
"Hey, selamat semuanya, sukses, tadi pertunjukan kalian benar-benar menghibur," ucap Alan saat masuk ke ruangan itu untuk memberikan selamat kepada rekan-rekannya.
"Makasih, Bro, tapi kayaknya kalo kamu tampil pasti bakal lebih seru lagi deh," ucap Iyus.
"Pastinya," ucap Alan membanggakan diri.
Seperti biasa, laki-laki berwajah manis itu langsung larut dalam obrolan bersama teman-teman seangkatannya.
"Na, tadi kamu bilang untungnya apa?" tanya Novi kembali fokus pada percakapan mereka berdua yang sempat terputus.
"Ya, untungnya ada sedikit yang bisa kuingat," jawab Rena sedikit berbohong karena ia malu jika harus bercerita bahwa Alan yang telah membantunya. Apalagi sosok yang ingin ia bicarakan itu kini tengah berada di ruangan yang sama dengannya.
Gengsi Rena cukup tinggi, apalagi jika mengingat selama ini dia selalu menunjukkan rasa tidak sukanya pada Alan. Menurut Rena semua yang terjadi padanya itu karena Alan. Alan lah yang memilih dia dan teman-temannya untuk tampil di teater drama ini.
Sebenarnya Rena termasuk tipe gadis yang tidak suka menjadi bahan perhatian banyak orang. Kepribadiannya simpel, cuek, dan cenderung dingin. Dia juga bukan pribadi yang mudah bergaul dengan banyak orang. Beruntung dia memiliki teman seperti Novi dan Rindu yang cukup mudah untuk bergaul.
"Halo, Miss Argentina!" ucap Rindu memegang bahu Rena dari belakang.
"Ih, kebiasaan deh ngagetin aja," sahut Rena.
"Hahaha.. lagian pada serius amat ngobrolnya. Emang belum mau pulang?" tanya Rindu yang baru saja dari kamar mandi dan langsung duduk nimbrung dekat Novi dan Rena.
"Iya, maulah, masa mau nginep di sini," sahut Novi.
"Kirain? Terus kok belum pada ganti baju? Emang mau pulang pake baju kayak gitu?" tanya Rindu.
"Iya, enggak lah bisa-bisa jadi pusat perhatian orang seluruh terminal dong, pake kaos bola. Udah gitu kaosnya kegedean pula," ucap Rena dengan tawa nyaring yang menertawakan dirinya sendiri yang tampak lucu dengan kaos itu.
Alan yang sedari tadi sedang berbincang dengan teman-temannya tampak sesekali melihat ke arah Rena dan teman-temannya. Entah, kenapa belakangan ini gadis itu selalu berhasil mencuri perhatiannya.
"Oh ya, itu kaos dapat dari mana, Na?" tanya Rindu.
"Enggak tau, dipinjemin Kak Iyus tadi," jawab Rena lugas.
"Kayaknya itu punya Kak Iyus deh, soalnya bau parfum cowok," bisik Novi ke telinga Rindu yang mendapat cubitan dari Rena.
"Aww, sakit tau," keluh Novi sambil mengelus pahanya yang mendapat cubitan dari Rena.
"Lagian berisik, orangnya ada di sini tau! Malu kalau kedengeran!" ucap Rena pelan.
"Ya.. emang kenapa? Emang kamu juga ada rasa sama Kak Iyus?" tanya Rindu.
"Sembarangan! Hati aku tuh masih buat Arka seorang," jawab Rena pelan agar tak terdengar oleh yang lain.
"Oh, bagus kalo gitu berati kita enggak usah saingan," sahut Rindu yang membuat mata Rena dan Novi membulat karenanya.
"Maksudnya?? Kamu suka sama Kak Iyus?" tanya Rena. Rindu hanya menjawab dengan anggukan.
"Bukannya kemarin kamu bilang kamu sukanya sama Kak Abi, ya?" tanya Novi.
"Iya, aku suka dua-duanya," jawab Rindu santai.
"Huh, serakah! Itu namanya gak setia," sahut Rena.
"Biarin aja, namanya juga mengidolakan seseorang, jangankan dua, seratus orang pun boleh," ucap
Rindu.
"Iya, betul juga sih kata Rindu, lebih baik kita jangan mengidolakan satu orang aja. Karena kalau cuma mengidolakan satu orang, terus kita tau idola kita mengidolakan yang lain, sakitnya.... bukan kepalang," sahut Novi.
"Kayak pernah ngerasain aja?" tanya Rena.
"Emang pernah," jawab Novi.
Di tengah-tengah percakapan mereka tampak Dania, Bela, dan Mauri hendak keluar dari ruangan itu.
"Rindu, Rena, Novi, kami pulang dulu, ya!" sahut Mauri saat ia dan teman-temannya hendak keluar dari ruangan itu.
"Iya, Kak Mauri, Kak Nia, Kak Bela, hati-hati ya," ucap Rindu, Rena, dan Novi bersamaan.
"Oh ya, jadi balik enggak?" tanya Rindu.
"Ya jadi dong, tapi kita ke kamar mandi dulu ya.. Aku mau ganti baju dulu ," ucap Rena.
"Yoi," sahut Rindu.
Rindu, Rena, dan Novi segera beranjak dari kursi yang sebelumnya mereka duduki. Mereka hendak meninggalkan ruangan itu. Namun, sebelum keluar mereka berpamitan pada Iyus, Alan, dan Faizal yang saat itu masih berada di ruangan tersebut.
"Kak Iyus, Kak Alan, Kak Faiz, kami pamit pulang dulu ya," sahut Novi dan Rindu.
"Oke, hati-hati di jalan ya, dan terima kasih udah bantuin kita," jawab Iyus.
Namun, sebelum keluar Rena teringat sesuatu. Ia pun menghentikan langkah kakinya.
"Oh ya, Kak, kaosnya aku bawa dulu ya, mau dicuci dulu. Gak apa-apa kan?" tanya Rena setengah ragu
kepada Iyus.
"Gimana, Lan?" tanya Iyus.
"Kok, Kak Alan sih?" tanya Rena bingung.
"Iya, itu kan memang kaosnya Alan," sahut Iyus santai yang membuat wajah Rena memerah karena menahan malu..
Pantes saja pas aku pake kaos ini dia ngeliatin terus, ternyata ini kaosnya (pikir Rena).
"Ya udah, kamu bawa aja, cuci dulu! Masa kamu yang pake aku yang nyuci. Enggak mungkin kan?" jawab Alan sambil memandang wajah Rena yang tertunduk malu.
"Baik, Kak. Kalau gitu makasih ya, udah minjemin kaosnya," ucap Rena berjalan keluar meninggalkan ruangan itu tanpa memandang wajah Alan maupun Iyus.
"Iya, sama-sama," jawab Alan yang masih tak henti memandang Rena hingga punggungnya tak lagi terlihat.
Flashback on
Saat itu Alan baru saja selesai mandi. Ia pun memilih memakai kaos Argentina, klub sepak bola kesukaannya. Rencananya malam itu ia dan teman-temannya ingin mengadakan acara nonton bareng pertandingan final sepak bola antara Argentina melawan Inggris di rumah Arka.
Untuk menyempurnakan penampilannya, ia memakai parfum yang baru saja dibelinya. Setelah ia merasa penampilannya sudah cukup sempurna. Ia pun melangkahkan kakinya keluar dari kamar kost-an.
Ia mengeluarkan motornya, lalu menyalakan mesin motor tersebut. Tiba-tiba terdengar suara seseorang
memanggilnya dari kejauhan. Ia pun mematikan kembali mesin motornya.
"Alan, tunggu!" sahut seseorang dari arah belakang Alan.
Alan pun menengok ke belakang. Ia melihat Iyus sedang berjalan menghampirinya.
"Hei, tumben baru pulang? Baru selesai latihannya?" tanya Alan begitu Iyus berada di dekatnya.
"Iya, gitu, baru jam setengah enam tadi kami selesai," jawab Iyus.
"Terus gimana latihannya? Lancar? Gak ada masalah, kan?" tanya Alan.
"Alhamdulillah, lancar, anak-anak bisa mengikuti latihannya dengan baik." jawab Iyus.
"Syukur kalau begitu. Terus ke sini mau ngapain?" tanya Alan.
"Aku butuh bantuan kamu, Lan," jawab Iyus.
"Bantuan apa?" tanya Alan.
"Aku mau pinjam kaos Argentina punya kamu karena Rena enggak punya kaos kayak gitu," jawab Iyus.
"Aduh, aku cuma punya satu dan ini lagi dipake," sahut Alan.
"Gimana dong ya? Siapa lagi yang punya kaos Argentina selain kamu? Mana besok lagi tampilnya," tanya Iyus frustasi.
Alan juga bingung karena yang Alan tahu tidak ada lagi yang punya kaos Argentina selain dirinya karena kaos itu cukup sulit untuk didapatkan.
“Ya sudah, aku pinjemin kaos punyaku saja. Baru tadi kok dipakenya. Semoga aja dia mau makenya," ucap Alan sambil melepas kaosnya dan memberikan kaos itu kepada Iyus.
"Makasih, ya, Lan," sahut Iyus menerima kaos dari Alan.
"Sama-sama," ucap Alan yang masuk kembali ke dalam kamar kostnya untuk mengambil kaos yang lain.
Flashback off
***
Bersambung
Jangan lupa like, vote, dan komennya ya...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Kadek
ijin baca lagi kk
2020-07-13
3
Li Na
😍😍😍
2020-05-31
1
Ogute
jejak lagi Thor...
buat teman teman Mampir juga di ceritaku ya
1. PENDEKAR KEMBAR
2. CINTA 3 GENERASI
3. ORANG KETIGA / MERI
jangan lupa ya..... 😊🙏🙏
like vote serta rate bintang lima juga ya.. .
2020-05-14
0