Saat aku ingin melupakan masa laluku, entah mengapa aku malah dipertemukan kembali dengan bagian dari masa laluku yang lain.
***
Pertemuan Rena dan Alan tempo hari, membuat Rena teringat kembali akan hari-hari yang pernah ia lalui bersama Alan. Sebelum akhirnya takdir membuat mereka menjauh. Kisah mereka dimulai dari sini, kisah lima belas tahun yang lalu....
^^^Juli, 2004^^^
Kala itu sang surya hendak kembali ke peraduannya bersama udara yang terasa begitu meneduhkan, menggambarkan cuaca yang nampak cerah.
Sore itu, tepatnya pukul 17.30 WIB di sebuah kampus swasta ternama tampak tiga orang gadis remaja bernama Rena, Novi, dan Rindu, tengah berjalan bersama sambil berbincang-bincang.
"Aduh, capek banget hari ini bener-bener gak nyangka kalau acaranya bakal ampe sore kayak gini," seru Renata yang akrab dipanggil Rena.
"Iya, tapi seru Na," sahut Rindu penuh semangat.
"Iya sih, meski di awal gue..."
"Hus, inget Na! Anak bahasa enggak boleh ngomong pake lu gue. Bisa dihukum kakak kelas kamu nanti! Apalagi kita sekarang lagi masa orientasi," ucap Novi memotong ucapan Rena barusan.
"Ups, lupa! Mau gimana lagi? Belum biasa," ucap Rena menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Makanya dibiasain dari sekarang," timpal Rindu.
Kemudian Rena melirik jam yang ada di pergelangan tangan kirinya.
"Eh, udah setengah enam nih, mau lewat mana kita? Gerbang depan atau gerbang belakang?" tanya Rena.
"Gerbang belakang aja, Na," jawab Rindu.
"Emang kamu masih sanggup jalan, Rin?" tanya Novi.
"Sanggup dong, lagi iritasi soalnya, hehe," jawab Rindu.
"Dasar, irit mulu!" ejek Novi.
"Jadi, sekarang gimana, Nov? Lewat gerbang belakang aja nih?" tanya Rena sekali lagi.
"Oke lah.. kamu sendiri gimana?" tanya balik Novi ke Rena.
"Iya, aku juga okelah" jawab Rena.
Akhirnya mereka bertiga memilih untuk pulang lewat gerbang belakang. Gerbang belakang adalah gerbang kedua yang dimiliki kampus tersebut. Gerbang tersebut menghubungkan kampus mereka dengan jalan alternatif menuju terminal.
Jalan tersebut tidak dilalui kendaraan umum sehingga untuk sampai ke terminal mereka harus mau berjalan kaki. Ya, lumayan cukup jauh. Namun, dengan begitu mereka bisa irit ongkos.
Sebelum sampai ke gerbang belakang, Rena dan teman-temannya melihat sekelompok pemuda berdiri di tengah jalan yang akan mereka lalui.
" Ehem..ehem.. ada yang kepergok gebetan nih," lirik Novi tersenyum ke arah Rena saat mereka akan melewati jalan tempat beberapa pemuda tersebut berdiri.
"Hus.. berisik tau, " sahut Rena mencubit lengan Novi.
Pemuda yang berbaju hijau itu pun menoleh ke arah mereka bertiga. Hal itu membuat Rena semakin salah tingkah.
Deheman teman-temannya pun semakin
keras membuat Rena berjalan semakin cepat bahkan setengah berlari. Ia mengabaikan
teman-temannya, melewati kelompok pemuda tadi sambil menundukkan wajah yang sudah merona karena malu.
"Na, kamu jalannya cepet banget sih.." keluh Rindu setengah berteriak sambil terus berjalan mengejar langkah kaki Rena yang kemudian diikuti oleh Novi.
"Lagian kalian ini berisik banget! Malu tau," ucap Rena ketus.
Setelah agak jauh dari kumpulan pemuda tersebut, Rena memperlambat langkah kakinya, menoleh ke arah Rindu dan Novi dengan wajah yang masih cemberut.
"Lah, bukannya tadi itu kesempatan Na. Emang kamu enggak pengen kenalan sama dia?" tanya Novi saat sudah berada di dekat Rena.
"Ih, emang kamu pikir aku cewe apaan? Gengsi lah nanya duluan! Udah ah, jangan bahas itu lagi, tuh gerbangnya udah mo nyampe," sahut Rena menunjuk ke arah gerbang belakang.
Melihat gerbang yang sudah tak jauh lagi dari mereka, mereka pun mempercepat langkah kaki mereka. Namun, begitu sampai di dekat gerbang tersebut, mereka hanya bisa menghela napas kecewa karena ternyata pintu gerbang tersebut sudah ditutup.
"Yaelah, tutup lagi.." keluh Rindu.
"Iya, masa kita harus muter lagi ke depan mana jauh lagi.." ujar Novi lemas.
"Enggak, enggak, enggak, pokoknya nggak, malu lah nanti ketemu doi lagi! Entar disangka caper lagi bolak-balik terus," ucap Rena.
"Terus kita harus gimana, Rena? Masa kita manjat sih?" tanya Novi menekan kata terakhir yang diikuti anggukan oleh Rindu.
"Nah, itu baru betul, Nov. Kita manjat aja," jawab Rena antusias.
"Hah!!" sahut Rindu dan Novi bersamaan kemudian saling memandang seolah tak percaya dengan apa yang mereka dengar.
" Serius?? Kamu mau manjat gerbang setinggi ini, Na? Kalau jatuh gimana?" tanya Novi.
"Kalau jatuh ya ke bawah. Masa ke atas sih? Lagian kalau hanya setinggi ini mah kecil buat aku. Asal kalian tau ya waktu aku masih SD, pohon rambutan yang lebih tinggi lagi dari ini pun bisa aku naikin," ucap Rena bangga.
"Tapi itu beda kali Na, sekarang itu kita udah kuliah! Mang kamu enggak malu apa kalau ada yang lihat?" tanya Rindu.
"Malu mah belakangan Rin, dari pada harus muter lagi jauh. Lagian nih ya, enggak ada orang yang liat ini.Tuh sepi! Kayanya mereka semua udah pada pulang deh," ucap Rena melihat ke sekeliling, ke kanan dan ke kiri.
"Iya, juga sih.." sahut Rindu seraya ikut melihat-lihat keadaan sekitar.
"Menurut kamu gimana, Nov? " tanya Rindu pada Novi.
"Ya, aku sih ikut aja, tapi kalian bantuin aku naik ya, karena aku gak terlalu pandai kalau harus manjat gerbang setinggi ini," jawab Novi.
"Beres, enggak masalah! Rindu kamu nanti naik duluan, kamu jago kan? Abis itu baru Novi, nanti aku bantu Novi dorong badannya dari sini dan kamu Rindu, sambut Novi dari bawah," ucap Rena memberi instruksi.
"Oke," sahut Rindu setuju.
Setelah mendengar instruksi Rena, Rindu langsung memanjat gerbang belakang tersebut. Tak lama setelahnya, Novi ikut naik juga.
Setelah Rindu dan Novi berhasil melewati gerbang tersebut dengan selamat, kini giliran Rena yang memanjat gerbang tersebut. Namun, sial bagi Rena, begitu ia naik dan sampai di puncak gerbang, tiba-tiba saja dari kejauhan terdengar teriakkan dua orang pemuda yang sontak membuat Rena dan teman-temannya kaget. Ia pun kemudian menoleh ke asal suara tersebut.
Di ujung sana, tampak dua orang pemuda yang wajahnya seolah tak asing sedang melihat ke arah mereka bertiga. Salah satu dari kedua pemuda tersebut tampak menggerak-gerakkan telunjuk tangannya seolah sedang berkata,
Hayo.. lagi pada ngapain kalian, panjat-panjat gerbang?!
Sontak hal itu membuat Rena dengan cepat turun dan segera mengajak kedua temannya untuk lekas berlari menjauhi gerbang tersebut. Setelah mereka berlari agak jauh dengan nafas yang masih tersengal, mereka pun berhenti sejenak.
"Gila, gila, gila, sumpah, jantung gue! Baru kali ini kepergok! Padahal zaman SMA dulu enggak pernah tuh sampai kepergok kayak gini" Ucap Rena masih mencoba mengatur nafasnya yang masih belum beraturan.
"Apalagi aku, Na. Seumur-umur baru kali ini manjat gerbang dan itu juga gara-gara ide kamu," timpal Novi dengan nafas yang sama.
"Tapi seru ya.. Kayak lagi naik roller coaster, menegangkan," ucap Rindu yang membuat ketiganya tertawa bersama membayangkan kejadian yang baru saja terjadi.
"Eh, kira-kira mereka liat persis muka kita enggak ya?" tanya Rena.
"Kayanya engga deh, Na. Mereka kan liatnya dari jauh," jawab Novi.
"Tapi kalau mereka liat dan masih ingat sama wajah kita gimana?" tanya Rindu.
"Kalau gitu jangan sampai ketemu lagi, karena kalau sampai kita ketemu lagi dan mereka masih ingat wajah kita, kita pasti bakal malu banget," sahut Rena menekan kata ‘pasti’.
"Iyalah, pastinya malu banget," ucap Novi.
"Yoi, secara calon guru berani manjat gerbang kampus, apa kata dunia?" ucap Rindu dengan mengulas sedikit senyum.
Setelah beristirahat sejenak, mereka pun segera pergi meninggalkan tempat tersebut. Melanjutkan perjalanan mereka menuju terminal XX yang ada di salah satu kota tersebut.
****
Bersambung
Terima kasih telah mampir ke karyaku, silakan nikmati alur mundur dari kisah ini. Semoga suka, jangan lupa kasih like, vote dan jadikan favorit ya...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Yana Picisan
Next kak👍
2020-08-08
3
Sugianti Bisri
Alan selamatkan Renata
2020-07-18
1
tanpa nama
Miss Argentina, kalau Mr. Argentinaya pasti Lionel Messi😂
becanda Thor
2020-07-18
1