Bab 3 Baju Lebaran

Manusia hanya bisa berharap Tuhan yang menentukan...

***

Tiga bulan kemudian

Rena tampak termenung di balik jendela rumahnya. Ia menikmati kegelapan yang kini mulai menyelimuti bumi sembari menatap dua buah hati kecilnya yang sekarang sedang tertidur pulas. Menanti hujan yang turun dari langit bersama dengan belaian angin yang berasal kipas elektrik yang menyala di samping ranjangnya.

Haikal, putra bungsu Rena, kini usianya telah menginjak 6 tahun. Ramadhan kali ini adalah Ramadhan pertama bagi dirinya tanpa ayah setelah tiga bulan Rena resmi menyandang status janda. Ramadhan kali ini juga untuk pertama kalinya bagi Haikal melaksanakan ibadah puasa secara penuh, dari Subuh sampai petang.

Alhamdulillah, di puasa pertamanya Haikal dapat melaksanakan ibadah ini dengan baik. Bahkan, hingga menginjak 25 Ramadhan, Haikal kecil hanya bocor satu kali. Hal itu tentu menjadi kebahagiaan yang luar biasa bagi seorang ibu seperti Rena. Namun, kebahagiaan tersebut, harus ternoda oleh rasa sedih dan kecewa.

Betapa tidak, di saat anak-anak lain seusia Haikal mendapatkan perlakuan yang teramat istimewa sebagai hadiah menjalankan puasa pertamanya dengan baik, ibu yang menjalankan peran sebagai orang tua tunggal ini hanya memiliki kemampuan yang teramat terbatas. Bahkan, hingga saat ini baju baru buat Haikal dan Kakaknya, Hana, sebagai mana yang dipamerkan teman-temannya belum bisa ia belikan.

Kedua buah hati Rena itu memang tak meminta. Mereka seakan mengerti kondisi ibunya yang hingga saat ini belum memiliki pekerjaan baru. Namun, tetap saja hal ini justru memicu rasa sedih, sakit, marah, kesal, dan kecewa di hati Rena Betapa tidak, mereka saat ini masih memiliki orang yang bertanggung jawab atas diri mereka. Akan tetapi, hingga detik ini, jangankan ingat membelikan baju untuk mereka, mengingat mereka makan sahur dan buka puasa dengan apa pun tidak.

Entah terbuat dari apa hati ayah mereka, ternyata laki-laki itu memegang teguh kesepakatan yang telah dibuatnya bersama Rena. Rena terpaksa membuat kesepakatan itu, saat dirinya berkeras ingin mengambil kedua buah hatinya.

Kesepakatan bahwa Rena tidak akan menuntut apa-apa kecuali biaya renovasi rumah yang biayanya dari tabungan pribadi Rena sebesar 50 juta. Itupun tidak tahu kapan akan mulai dibayarkan. Atau mungkin juga karena faktor lain, bisa jadi pernikahan keduanya telah benar-benar mampu mencuci otaknya, membuatnya lupa akan tanggung jawabnya sebagai seorang ayah.

Kadang Rena berpikir bahwa keinginannya yang bersih keras waktu itu untuk mengasuh kedua buah hatinya adalah sebuah kesalahan. Karena itu berarti ia telah membuat kedua buah hati yang dicintainya itu berada pada kondisi sengsara seperti dirinya.

Apakah dia memang ibu yang egois? Keras kepala? Mungkin, kalau mereka tinggal bersama ayahnya di rumah besar yang ia bangun bersama mantan suaminya itu mereka tidak akan sengsara seperti ini. Mereka bisa menghabiskan malam mereka dengan menikmati film kesayangan mereka dan memilih sajian buka puasa sebagaimana hari hari sebelum perceraian itu terjadi.

Kesedihan dan kekecewaan itu kini hanya mampu Rena ungkapkan dalam sebuah tulisan. Menulis merupakan kegemarannya sedari dulu. Ia menumpahkan kesedihan dan kekecewaan yang dirasakannya itu dalam bentuk tulisan di salah satu akun media sosialnya sebagai bentuk luapan emosi untuk mantan suaminya itu.

Laki-laki yang sejak kesepakatan itu terjadi sudah tidak bisa dihubungi lagi. Laki-laki yang bahkan ketika dia masih berstatus sebagai suami pun kerap memblokir nomor ponselnya. Laki-laki yang hanya lebih peduli pada teman-teman perempuan, wali murid, reputasi, dan sanak familinya saja. Laki-laki yang sebelumnya pernah menduduki posisi tertinggi di hatinya bahkan melampaui posisi kedua orang tuanya. Laki-laki yang ia serahkan seluruh jiwa raga bahkan masa depannya.

Selama ini ia memendam semua rasa sakitnya, berharap suatu hari nanti perangai laki-laki itu bisa berubah. Namun, harapan tinggal harapan. Harapan yang tak pernah tercapai. Jangankan untuk berubah menjadi suami yang lebih baik. Bahkan, menjadi teman yang baik pun sepertinya sudah tidak mungkin lagi. Laki-laki itu malah kini sudah seperti musuh baginya, yang ingin ia hindari, jauhi, dan tak ingin lagi ia temui sampai kapan pun.

Tak lama seusai ia mengetik pesan itu tanpa disangka beberapa respon muncul dari sahabat dan murid-muridnya terdahulu. Respon tersebut memberi energi positif pada Rena untuk bangkit dari keterpurukan. Namun, seolah tersadar akan tindakannya yang telah mengekspose masalah pribadinya, ia pun segera memutuskan untuk menghapus tulisan tersebut dari akun sosmednya.

****

Selesai membersihkan sisa-sisa makanan bekas sahur, seseorang mengetuk pintu rumah Rena.

Tok tok tok..

Rena segera membuka pintu depan rumahnya itu.

"Eh, Mba Nita, masuk Mba," sahut Rena pada wanita berparas ayu yang tadi mengetuk pintu rumahnya.

Wanita itu tak lain adalah Nita. Nita adalah istri dari Bang Reno, Kakaknya Rena. Meski, ia kakak ipar Rena, namun usianya hampir seumuran dengan Rena. Ia juga adik ipar dari Lala, teman kuliah Rena karena Lala menikah dengan Diki, kakak sulung Nita.

"Ada apa Mba? Tumben pagi-pagi udah ke sini?" tanya Rena.

"Mba cuma mau kasih ini. Ini titipan uang dari Bang Reno untuk Haikal dan Hana," ucap Nita sambil menyodorkan dua lembar uang seratus ribuan pada Rena.

"Uang apa Mba?" tanya Rena saat Nita menyodorkan uang itu kepadanya.

"Ini uang THR mereka, sekaligus hadiah yang dijanjikan Bang Reno pada mereka kalau mereka mampu menyelesaikan puasanya dengan baik. Tadinya uang itu akan diberikan Bang Reno saat lebaran nanti, tapi Bang Reno berubah pikiran. Ia ingin memberikan uang itu sekarang untuk membeli baju lebaran buat Hana dan Haikal," sahut Nita.

Astaga, apa Bang Reno dan Mba Nita membaca postinganku, ya? Ya ampun, aku sungguh malu, padahal aku sama sekali tak ada maksud seperti itu. Aku hanya ingin menghilangkan beban di hatiku, yang dipenuhi rasa sedih dan kecewa. Tak ada sedikit pun keinginanku untuk dikasihani oleh orang lain. (Pikir Rena)

"Gak usah Mba, nanti aja," ucap Rena berusaha mengembalikan uang itu pada Nita.

"Sudah, ambil aja, enggak perlu malu atau pun sungkan. Haikal dan Hana pasti senang," sahut Nita menolak uang yang ingin dikembalikan oleh Rena.

Tak lama Hana dan Haikal datang menghampiri Rena dan Nita yang kini tengah berada di ruang tamu.

"Tante Nita, Tante ada apa pagi-pagi udah ke sini?" tanya Hana, putri sulung Rena.

"Tante mau ngasih titipan uang THR kalian dari Om Reno. Katanya supaya kalian bisa beli baju lebaran dengan uang ini," sahut Nita.

"Baju lebaran," sahut Hana memandang adiknya.

"Yeaay, kita bisa beli baju lebaran!" sorak Haikal dan Hana hampir bersamaan.

"Makasih, Tante," Ucap Hana senang.

Terlihat sekali keduanya tampak begitu bahagia mendengar kabar tersebut. Kebahagiaan mereka menular pada Rena dan Nita yang menyaksikan tingkah kedua anak yang masih polos itu.

****

Rena dan kedua buah hatinya, Hana dan Haikal tampak bersiap untuk membeli baju baru yang begitu diinginkan oleh keduanya. Namun, sebelum berangkat Rena mendapat notifikasi pesan whatsapp dari nomor yang tak ia kenali.

Assalamualaikum..Bu Rena, apa kabar? (Nomor tak dikenal)

Wa 'alaikum salam.. Alhamdulillah sehat. Tapi, maaf ini nomor siapa ya? (Rena)

Ini nomor Riska, Bu. Ibu masih ingatkan murid ibu angkatan pertama yang kece badai dan cetar membahana ini? Simpan ya, Bu, (Nomor tak dikenal)

"Riska?" Rena mulai mengingat nama Riska. Riska adalah murid angkatan pertama Rena dulu saat dirinya mengajar di SMP Pelita Jiwa. Ia pun menyimpan nomor Riska.

Oh, Riska. Sekarang Ibu ingat. Riska Syahrini kan? Baik, sekarang Ibu sudah simpan nomor kamu. (Rena)

Terima kasih Ibu Rena cantik..., telah menyimpan nomor Riska yang cetar membahana ini. (Riska)

Bu, apa boleh Riska dan teman-teman main ke rumah Ibu? Kami udah kangen banget sama Ibu (Riska)

Tentu saja boleh, pintu rumah Ibu selalu terbuka untuk kalian. (Rena)

Terima kasih, Ibu. Sekarang, Ibu tinggal di mana? (Riska)

Sekarang ibu tinggal di rumah almarhumah Nenek Ibu. (Rena)

Di daerah mana itu Bu? (Riska)

Kamu masih ingat tempat Ibu dan Pak Rayhan menikah dulu? Rumah Ibu sekarang dekat dengan rumah orang tua ibu, tempat waktu ibu melaksanakan acara resepsi pernikahan Ibu dulu (Rena)

Aduh, maaf Riska udah lupa, Bu. Maklum pernikahan Ibu kan udah 11 tahun yang lalu. Ibu kirim alamat Ibu aja, ya (Riska)

Iya, nanti Ibu kirim alamat Ibu. Memang rencananya kapan kalian mau main ke sini? (Rena)

Insyaallah, nanti sore, kalau tidak ada halangan, Bu. Ibu enggak ke mana-mana kan? (Riska)

Sebenarnya Ibu mau pergi sama anak-anal Ibu, tapi insyaallah kalau sore sepertinya Ibu sudah sampai di rumah. Uhuk.. uhuk.. (Rena)

Bu, Ibu Rena lagi batuk? (Riska)

Enggak, Ibu lagi nyanyi (Rena)

Ah, Ibu bisa aja. Bu, kalau boleh tau anak Ibu yang paling kecil umurnya berapa tahun ya? (Riska)

Umurnya sekarang sudah 6 tahun. Kenapa? (Rena)

Kebetulan aku lagi belanja dan ingin beliin baju buat anak Ibu (Riska)

Kamu baca postingan Ibu ya? (Rena)

Rena langsung menerka alasan Riska menanyakan umur putranya. Ia kembali memikirkan postingan yang sempat ia kirimkan beberapa hari lalu yang sebenarnya ia tujukan pada Rayhan dan keluarga mantan suaminya. Meskipun postingan itu telah dihapus. Namun, postingan itu sudah terlanjur mendapat banyak respon dari teman dan murid-

muridnya.

Rena sungguh merasa tak enak hati. Sebenarnya ia tak ingin, kalau murid-muridnya mengetahui sisi kelam dalam hidupnya. Ini semua kesalahannya. Harusnya ia mampu menahan diri untuk tidak menumpahkan semua rasa sedih, kecewa, dan marahnya kepada ayah dari anak-anaknya itu ke akun medsos. Namun, apa hendak dikata semua itu sudah terlanjur terjadi.

Iya (Riska)

Kalau begitu terima kasih atas niat baiknya. Kamu tidak perlu sampai melakukan itu dan Alhamdulillah Ibu sudah ada uang untuk membelikan mereka baju. Jadi, kamu tidak perlu repot-repot membelikan mereka lagi ya, (Reni)

Oh, Alhamdulillah. Tapi, maaf Bu, Riska cuma ingin kasih hadiah aja buat anak-anak Ibu yang udah melaksanakan puasa mereka dengan baik. Gak apa-apa kan? Ibu jangan tersinggung ya (Riska)

Rena menghela nafas panjang, sebelum akhirnya ia mengetik pesannya kembali.

Ya sudah, tidak apa-apa. Terima kasih atas niat baik nya. Tapi, jangan dipaksakan ya. (Rena)

Enggak kok, Bu. Kalau begitu udah dulu y, Bu. Riska mau lanjutin pekerjaan Riska dulu. Nanti kalau sudah mau sampai rumah Ibu, Riska hubungi kembali. Assalamualaikum.. (Riska)

Wa'alaikum salam warahmatullah (Rena)

Setelah keduanya mengakhiri percakapan mereka, mereka pun dan kembali pada aktifitas mereka masing-masing.

****

Sore setelah Rena kembali dari pasar untuk membelikan baju untuk kedua anaknya. Ia kembali mendapat pesan dari Riska yang menyampaikan bahwa ia dan teman-temanya sore ini jadi berkunjung ke rumah Rena.

Rena pun mempersiapkan segalanya. Mulai dari mempersiapkan jamuan kecil-kecilan yang bisa dihidangkannya, membersihkan rumah dan lain sebagainya.

Setelah semua selesai, Rena bersiap untuk mandi dan menunaikan ibadah shalat Ashar. Namun, sebelum langkah kakinya menggapai kamar mandi sebuah pesan whatsapp masuk melalui ponselnya.

Assalamualaikum.. Bu hari ini Riska dan teman-teman jadi berkunjung ke rumah Ibu, ya.. kami berangkat dari sini bada Ashar. (Riska)

Wa'alaikum salam.. Iya, Ibu tunggu dan Ibu sudah kirimkan alamat Ibu.

(Rena)

****

Sebagaimana yang telah dijanjikan Riska dan keempat teman-temannya yang lain datang berkunjung ke rumah Rena. Mereka membawa banyak barang untuk Rena, sang guru tercinta.

"Assalamualaikum.., " sahut mereka bersamaan saat sampai di halaman rumah Rena

"Wa'alaikum salam.. Mari masuk," jawab Rena

Riska dan teman-temannya itu pun masuk ke rumah Rena tanpa lupa mencium punggung tangan Rena. Mereka pun memberikan barang bawaan mereka yang berupa kebutuhan pokok sehari-hari kepada Rena, termasuk obat batuk yang sengaja dibeli Riska untuk Rena. Hal itu sungguh membuat Rena merasa terharu.

Riska dan keempat temannya memasuki rumah Rena yang sangat sederhana itu. Mereka duduk di lantai yang beralaskan karpet. Senyum mengembang terpancar dari wajah mereka.

"Akhirnya kita ketemu lagi, sudah lama ya kita tidak jumpa," ucap Rena begitu ia duduk bergabung bersama mereka.

"Iya, habis Ibu sih enggak pernah ikut acara reuni," jawab seorang gadis berkerudung merah yang bernama Laela.

"Iya, mau gimana lagi Ibu enggak pernah dapat izin dari Pak Rayhan," sahut Rena sedih mengingat otoritas mantan suaminya yang memang tak pernah memberikannya izin untuk mengikuti acara-acara semacam itu.

"Hemm, Pak Rayhan benar-benar enggak asyik, ya, Bu? Mending dulu Ibu sama Pak Dewa aja," sahut Bae, gadis berkerudung biru yang duduk dekat Laela.

"Hus, cukup lagi puasa! Jangan dengerin Bae, Bu!" potong Laela.

"Kamu Laela, kan? Dan ini Bae, Riska, Mili, dan Sarah?" tanya Rena menyebut nama tiap gadis yang ada di depannya.

"Iya, Bu, benar banget. Ibu Rena paling top deh selalu ingat sama nama kita," sahut Riska.

"Oh iya, gimana kabar kalian? Di antara kalian apa sudah ada yang menikah?" tanya Rena.

" Udah, Bu. Tuh, Mili sekarang lagi hamil muda Bu," jawab Sarah menunjuk perempuan di sebelahnya yang hanya bisa tersenyum malu-malu.

" Iya, Bu, masa ngidamnya aneh banget, katanya pengen ketemu Ibu," sahut Laela.

"Eh, Laela jangan gitu dong, jangan suka buka kartu," sahut Mili.

"Gak apa-apa Mil, justru Ibu seneng dengernya," sahut Rena tersenyum simpul.

"Iya, Bu Rena kan cantik, siapa tahu anak lo nantinya cantik juga kayak Bu Rena, daripada ngidam si Riris yang cetar enggak membahana apalagi," sahut Bae l melirik Riska

"Bae .., apa maksud lo ? Lagi bae-bae aja, kan?" ejek Riska.

"Kampret, lo, Ris," umpat Bae sambil melotot, tak terima nama panggilan kesayangannya dipermainkan.

"Tuh, Bu. Bae ngomong kasar, jewer Bu, jewer!" sahut Laela tersenyum mengenang masa-masa sekolah yang sering mendapat jeweran dari Rena kalau kedengeran bicara kasar.

"Alah, lo Lae, mo jadi provokator? Apa perlu gue ingetin lagi siapa yang dulu sempat bikin heboh satu kelas gara-gara typho-nya yang kelewat batas. Nulis kata 'jemput' huruf 'p' nya malah diganti 'b' udah gitu diperiksa sama anak cowok lagi. Kebayangkan kalimat yang seharusnya 'Dina dijemput temannya gara-gara salah nulis akhirnya jadi Dina di..," ucap Bae dengan melafalkan kata terakhir samar-samar yang membuat semua yang ada di situ tertawa terbahak-bahak mengingat kejadian itu.

"Alah, lo lupa ya atau amnesia? Lo juga kan sama nyontek kerjaan gue kayak gitu," timpal Laela.

"Iya, saking ngantuknya gue sampe ikut-ikutan error. Udah gitu, yang meriksa tugas gue, gebetan lagi," sahut Bae yang membuat yang lain kembali tertawa.

"Mama," Haikal dan Hana pun menyapa ibu mereka yang sedang asyik berbincang dengan murid- muridnya.

“Eh, sayang,” ucap Rena saat melihat kedua buah hatinya menghampirinya.

"Ini anak-anak Ibu?" tanya Riska

"Iya," jawab Rena.

"Ini Haikal ya, Bu, yang paling kecil?" tanya Mili menunjuk putra bungsu Rena.

"Iya," jawab Rena

"O ya, sini! Kak Mili punya hadiah buat Haikal. Buat Kakak Hana juga ada," sahut Mili menghampiri kedua anak itu. Kemudian, ia mengeluarkan dua buah kado yang ada dalam tasnya dan memberikan kado itu kepada Haikal dan Hana.

"Makasih, Kak. Boleh dibuka?" tanya Hana.

"Boleh, buka aja," jawab Mili sambil tersenyum senang.

Haikal dan Hana pun membuka kado itu secara bersamaan. Betapa senangnya mereka saat membuka kado yang isinya ternyata baju lebaran yang ingin sekali mereka beli tapi karena harganya terlalu mahal, mereka tak jadi membeli itu.

"Yeaay, makasih Kakak," teriak Haikal dan Hana bersamaan.

Pemandangan itu benar-benar membuat Rena terharu. Tanpa sadar air mata menetes di kedua sudut matanya. Ternyata, setelah begitu lama, murid-muridnya yang kini telah memiliki dunianya masing-masing, masih begitu memperhatikan dirinya. Padahal, bagi Rena sendiri mereka masih mengingat dirinya saja itu sudah cukup membuat ia bahagia.

***

Bersambung

Terima kasih yang telah memberikan dukungan berupa like, komen, dan vote nya serta menjadikan karya ini sebagai favorit.. 🤗🤗🤗

💐💐💐

Terpopuler

Comments

Opung Boru Caroline

Opung Boru Caroline

Kemana tuan takur reyhan mantan suami.tdk beli baju lebaran
apa sd dicucikh otaknya sama selingkuhan sampai lupa anak

2022-01-28

3

Siapa aku?

Siapa aku?

Sedih

2021-12-02

3

Airin

Airin

Baca lagi ternyata isi bab udah berubah.. revisi ya

2021-07-04

4

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Perceraian
2 Bab 2 Kecewa
3 Bab 3 Baju Lebaran
4 Bab 4 Duka di Malam Takbir
5 Bab 5 Celoteh Haikal
6 Bab 6 Pertemuan
7 Bab 7 Pertemuan 2
8 Bab 8 Kisah Lalu
9 Bab 9 Aktor
10 Bab 10 Kena Kamu!
11 Bab 11 Renata Aja!
12 Bab 12 Latihan di DPR
13 Bab 13 Tiga Cahaya Asia
14 Bab 14 Cinlok
15 Bab 15 Teater Cinta
16 Visualisasi pemain
17 Bab 16 Kaos Bola
18 Bab 17 Kenangan Pilu
19 Bab 18 Alan vs Arka
20 Bab 19 Gol!!!
21 Bab 20 Terluka
22 Bab 21 Dia Telah Pergi
23 Bab 22 Dia Telah Pergi 2
24 Bab 23 Berikan Aku Sesuatu
25 Bab 24 Sahabat Baru
26 Bab 25 Patah Hati
27 Bab 27 Perasaan Aneh
28 Bab 28 Sang Penyelamat
29 Bab 29 Sadar
30 Bab 30 Cincin
31 Bab 31 Serangan Dadakan
32 Bab 32 Aku Menyukainya
33 Bab 33 Sesak
34 Bab 34 Menjauh
35 Bab 35 Pertikaian
36 Bab 36 Retak
37 Bab 37 Kepergian
38 Bab 38 Galau
39 Bab 39 Sesal
40 Bab 40 Perjodohan
41 Bab 41 Dewi
42 Bab 42 SMP Cinta Kasih
43 Bab 43 Sebuah Alasan
44 Bab 44 Membuka Hati
45 Bab 45 Lamaran
46 Bab 46 Bimbang
47 Bab 47 Penolakan
48 Bab 48 Kejutan
49 Bab 49 Dunia ini sempit
50 Bab 50 CLBK
51 Bab 51 Rindu
52 Bsb 52 Foto
53 Bab 53 Kisah Baru
54 Bab 54 Mengejar Cinta
55 Bab 55 Strawbery Mint
56 Bab 56 Jodi
57 Bab 57 Reuni
58 Bab 58 Jangan Bersedih
59 Bab 59 Permen Cinta
60 Bab 60 Duren
61 Bab 61 Nasi Goreng Spesial
62 Bab 62 Naya Atmaja
63 Bab 63 Obsesi Naya
64 Bab 64 Kakak Ipar
65 Bab 65 Asisten Dosen
66 Bab 66 Pemilik Hati
67 Bab 67 Perempuan Munafik
68 Bab 68 Perhatian
69 Bab 69 Wanita Penggoda
70 Bab 70 Masalah
71 Bab 71 Meriang
72 Bab 72 Aku Mencintaimu
73 Bab 73 PDKT
74 Bab 74 Nomor Ponsel
75 Bab 75 Ganas
76 Bab 76 Rencana
77 Bab 77 Pesta Penyambutan
78 Bab 78 Marah
79 Bab 79 Khawatir
80 Bab 80 Luluh
81 Bab 81 Siasat
82 Bab 82 Siasat 2
83 Bab 83 Ketahuan
84 Bab 84 Calon Menantu
85 Bab 85 Pulang
86 Bab 86 Mitos
87 Bab 87 Laporan
88 Bab 88 Cemas
89 Bab 89 Tak Disangka
90 Bab 90 Belahan Jiwa
91 Bab 91 Reuni Akbar
92 Bab 92 Izinkan Aku
93 Bab 93 Jawaban
94 Bab 94 Ketakutan
95 Bab 95 Sakit
96 Bab 96 Doa
97 Bab 97 Tantangan
98 Bab 98 Kritis
99 Bab 99 Kembali
100 Bab 100 Pernikahan (Tamat)
101 Ucapan Terima Kasih
102 Ekstra Part -Tamu Spesial
103 Ekstra Part 2-Rahasia Abi
Episodes

Updated 103 Episodes

1
Bab 1 Perceraian
2
Bab 2 Kecewa
3
Bab 3 Baju Lebaran
4
Bab 4 Duka di Malam Takbir
5
Bab 5 Celoteh Haikal
6
Bab 6 Pertemuan
7
Bab 7 Pertemuan 2
8
Bab 8 Kisah Lalu
9
Bab 9 Aktor
10
Bab 10 Kena Kamu!
11
Bab 11 Renata Aja!
12
Bab 12 Latihan di DPR
13
Bab 13 Tiga Cahaya Asia
14
Bab 14 Cinlok
15
Bab 15 Teater Cinta
16
Visualisasi pemain
17
Bab 16 Kaos Bola
18
Bab 17 Kenangan Pilu
19
Bab 18 Alan vs Arka
20
Bab 19 Gol!!!
21
Bab 20 Terluka
22
Bab 21 Dia Telah Pergi
23
Bab 22 Dia Telah Pergi 2
24
Bab 23 Berikan Aku Sesuatu
25
Bab 24 Sahabat Baru
26
Bab 25 Patah Hati
27
Bab 27 Perasaan Aneh
28
Bab 28 Sang Penyelamat
29
Bab 29 Sadar
30
Bab 30 Cincin
31
Bab 31 Serangan Dadakan
32
Bab 32 Aku Menyukainya
33
Bab 33 Sesak
34
Bab 34 Menjauh
35
Bab 35 Pertikaian
36
Bab 36 Retak
37
Bab 37 Kepergian
38
Bab 38 Galau
39
Bab 39 Sesal
40
Bab 40 Perjodohan
41
Bab 41 Dewi
42
Bab 42 SMP Cinta Kasih
43
Bab 43 Sebuah Alasan
44
Bab 44 Membuka Hati
45
Bab 45 Lamaran
46
Bab 46 Bimbang
47
Bab 47 Penolakan
48
Bab 48 Kejutan
49
Bab 49 Dunia ini sempit
50
Bab 50 CLBK
51
Bab 51 Rindu
52
Bsb 52 Foto
53
Bab 53 Kisah Baru
54
Bab 54 Mengejar Cinta
55
Bab 55 Strawbery Mint
56
Bab 56 Jodi
57
Bab 57 Reuni
58
Bab 58 Jangan Bersedih
59
Bab 59 Permen Cinta
60
Bab 60 Duren
61
Bab 61 Nasi Goreng Spesial
62
Bab 62 Naya Atmaja
63
Bab 63 Obsesi Naya
64
Bab 64 Kakak Ipar
65
Bab 65 Asisten Dosen
66
Bab 66 Pemilik Hati
67
Bab 67 Perempuan Munafik
68
Bab 68 Perhatian
69
Bab 69 Wanita Penggoda
70
Bab 70 Masalah
71
Bab 71 Meriang
72
Bab 72 Aku Mencintaimu
73
Bab 73 PDKT
74
Bab 74 Nomor Ponsel
75
Bab 75 Ganas
76
Bab 76 Rencana
77
Bab 77 Pesta Penyambutan
78
Bab 78 Marah
79
Bab 79 Khawatir
80
Bab 80 Luluh
81
Bab 81 Siasat
82
Bab 82 Siasat 2
83
Bab 83 Ketahuan
84
Bab 84 Calon Menantu
85
Bab 85 Pulang
86
Bab 86 Mitos
87
Bab 87 Laporan
88
Bab 88 Cemas
89
Bab 89 Tak Disangka
90
Bab 90 Belahan Jiwa
91
Bab 91 Reuni Akbar
92
Bab 92 Izinkan Aku
93
Bab 93 Jawaban
94
Bab 94 Ketakutan
95
Bab 95 Sakit
96
Bab 96 Doa
97
Bab 97 Tantangan
98
Bab 98 Kritis
99
Bab 99 Kembali
100
Bab 100 Pernikahan (Tamat)
101
Ucapan Terima Kasih
102
Ekstra Part -Tamu Spesial
103
Ekstra Part 2-Rahasia Abi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!