Mungkinkah Kembali?

Mungkinkah Kembali?

Bab 1 Perceraian

Mengenalmu dan memberimu kesempatan

adalah kesalahan terbesar dalam hidupku.

Mungkinkah waktu dapat terulang kembali???

...****...

^^^ Januari 2019^^^

Dengan langkah gundah dan wajah muram, aku melangkah ke salah satu gedung, yang berada di salah satu wilayah tempat kakiku kini berpijak. Jantungku mulai kembali berdetak kencang. Keringat dingin pun mulai bercucuran di beberapa bagian tubuhku. Langkah kakiku makin lemas ketika aku mulai menapaki satu persatu anak tangga menuju lantai 2 gedung tersebut.

Ini kedua kalinya  aku memasuki gedung itu, meski aku sudah bekerja di tempat itu selama hampir 11 tahun lamanya.  Namun, aku tak berminat sekali pun juga untuk melangkah ke ruangan itu. Ruangan tempat di mana para  petinggi di sekolah, para pemilik yayasan, berada.

Apalagi kedatanganku kali ini untuk bertemu dengan sosok yang paling berkuasa dan paling ditakuti di tempat kami, Bambang Hartawan, pembina yayasan sekaligus pemilik saham terbesar tempatku mengajar. Sosok yang dikenal otoriter dalam kepemimpinannya.

Mungkin ini juga kedua kalinya aku berurusan dengannya, setelah sebelumnya aku pernah dipanggil kepala sekolah karena sebuah kesalahpahaman yang membawa nama besarnya dan dianggap menyepelekan kemampuannya. Namun, kali ini pemanggilan ku tak ada kaitannya dengan masalah tersebut.

Aku dipanggil karena masalah pribadiku. Masalah yang selama ini aku tutupi dengan rapat, bahkan di depan teman-teman terdekatku karena ini aib bagiku.

Ketika sebuah pintu bercat coklat terpampang jelas di mataku. Pikiranku melayang, kembali pada ingatan beberapa bulan lalu saat aku dipanggil pertama kalinya ke tempat itu karena laporan dari Rayhan, suamiku atau lebih tepat jika aku katakan mantan suamiku. Laki-laki pengecut, licik, dan tak punya malu yang melaporkan masalah rumah tangga kami ke pihak yayasan.

Kecemasan semakin melucuti ku, aku benar-benar tak berani mengetuk pintu itu, apalagi untuk membuka dan masuk ke dalamnya. Namun, aku juga tak bisa menghindar lagi dari situasi ini. Aku menghela nafas panjang, saat aku mencoba memberanikan diri untuk mengetuk pintu itu. Pintu yang berada tepat di depan anak tangga saat pertama kali memasuki lantai dua gedung tersebut.

Tok tok tok

"Masuk," sahut seseorang yang berada di dalam ruangan itu.

"Eh, Ibu Rena, silakan masuk Bu," ucap Pak Ali saat membuka pintu ruangan untukku.

Pak Ali merupakan Kepala Sekolah SD yang berada di bawah naungan yayasan yang sama dengan SMP tempatku mengajar. Pak Ali juga merupakan pimpinan langsung dari Rayhan, mantan suamiku. Dia adalah kepala sekolah SD. Kulitnya hitam dengan rambut cepak, membuatnya tampak terlihat sangar.

"Silakan duduk, Bu," sahut Pak Bambang, laki-laki dengan jenggot yang lebat dan panjang, serta perawakan yang tinggi besar, membuat siapa pun lawan bicaranya bisa menciut nyalinya jika berhadapan langsung dengannya.

Iya, dialah sosok Bambang Hartawan. Laki-laki yang memiliki kedudukan penting di tempat ini, sebagai pembina yayasan sekaligus pemilik saham terbesar di yayasan ini, membuat bawahannya tak berani sedikit pun membantah perkataannya. Meskipun terkadang banyak pemikirannya yang menyimpang di atas logika perasaan.

"Kalau begitu saya permisi dulu, Pak," pamit Pak Ali.

"Tunggu, kamu di sini saja karena masalah ini juga kan masih berkaitan dengan laporan dari anak buah mu!" perintah Pak Bambang. Pak Ali pun mengikuti keinginan atasannya itu. Ia pun kembali duduk di samping Pak Bambang.

"Bagaimana Bu Rena? Pak Rama sudah menyampaikan semuanya kepada Bu Rena?" tanya Pak Bambang tanpa basa-basi.

"Sudah, Pak. Jujur saya terkejut dengan berita yang Pak Rama sampaikan kepada saya dan saya pikir bahwa saya harus mengklarifikasi ini kepada Bapak," jawabku dengan nada sedikit tinggi karena menahan  emosi dan sesak di dada.

"Klarifikasi apa lagi?" tanya Pak Bambang seolah tak suka dengan nada bicaraku.

"Pak, apa benar Pak Rayhan sudah mendaftarkan perceraian kami ke pengadilan?" tanyaku dengan nada yang kembali rendah.

"Benar dan Pak Rayhan bilang besok akta cerainya sudah bisa diambil," jawab Pak Bambang yang membuatku sangat terkejut.

"Apa?! Tapi saya tidak tahu menahu tentang hal itu, Pak. Bagaimana bisa? Bagaimana bisa sebuah perceraian terjadi tanpa ada satu pun pemberitahuan kepada saya?" tanyaku dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Sedangkan, Pak Bambang dan Pak Ali sepertinya juga terkejut, mereka hanya bisa saling menatap satu dengan lainnya.

"Maaf, Bu Rena. Kami tidak tahu tentang hal ini, kami pikir Ibu sudah mengetahui ini sebelumnya," jawab Pak Bambang.

"Pak Rayhan memang pernah menyodorkan surat talak kepada saya, tapi surat itu saya robek karena saya anggap surat itu tidak sah. Di dalam surat itu sudah ada tanda tangan Ketua RT dan RW sebagai saksi. Sementara mereka tidak pernah dihadapkan di depan saya. Bukan kah itu saja sudah tidak benar?"

"Selain itu, Pak Rayhan juga ingin mengambil hak asuh atas kedua anak dari saya dan membuat saya semakin emosi sehingga dengan pikiran pendek saya pun merobek surat itu karena saya tidak ingin kehilangan anak-anak saya. Lagi pula yang menginginkan perceraian ini Rayhan dan itu karena adanya wanita lain Pak," keluhku.

"Kemudian setelah itu saya berpikir dia tidak akan bisa mendaftarkan perceraian kami ke pengadilan sehingga mau tidak mau dia harus mengalah dan menyerahkan kedua anak-anak saya kepada saya. Tapi sekarang, saya mendapat kabar bahwa tanpa persetujuan saya dia telah mengajukan perceraian nya," ucapku dengan menahan segala sesak di dada.

"Meski tanpa surat persetujuan dari pihak istri, seorang suami tetap bisa mengajukan gugatan perceraian terhadap istrinya, Bu. Karena syarat yang terpenting adalah dia memiliki buku nikah sebagai bukti bahwa dia telah menikah, " Ucap Pak Bambang tenang.

"Iya, saya pernah mendengar dan membaca itu Pak, tapi setidaknya seharusnya saya tetap mendapat surat panggilan dari pengadilan kan, Pak? Saya harus tetap diikut sertakan dalam prosesnya kan Pak?"

"Lalu kenapa selama persidangan berlangsung saya sama sekali tidak pernah mendapatkan surat itu dan kenapa Pak Rayhan tidak pernah memberi tahu saya apa pun tentang hal ini. Padahal, hampir setiap hari kami bertemu di lembaga ini karena kami bekerja di bawah atap yang sama, "

"Dan tentunya selama Rayhan menjalani proses persidangan dia pasti minta izin kepada Bapak untuk menghadiri sidang di pengadilan itu kan?" tanyaku memandang Pak Bambang dan Pak Ali secara bergantian.

"Iya, Pak Rayhan selalu meminta izin kepada saya," jawab Pak Ali.

"Lalu kenapa sebelumnya tidak ada satu pun dari kalian yang memberi tahu saya tentang hal tersebut?! Padahal saya juga sudah mengontak Ketua RT dan RW setempat untuk memberitahu saya, kalau-kalau ada surat untuk saya dan segera menghubungi saya. Khawatir Pak Rayhan memang melakukan itu dengan sengaja tanpa sepengetahuan saya,"

"Saya juga sudah pernah membahas masalah itu kepada Pak Rama sebelumnya, tapi Pak Rama sama sekali tidak pernah menyinggung adanya sidang perceraian ini. Kenapa? Kenapa? Kenapa tidak ada satu pun dari pihak sekolah yang memberi tahu saya, " protes ku kecewa.

"Maaf, Bu Rena. Sekali lagi kami sampaikan bahwa kami sama sekali tidak tahu kalau Ibu sama sekali tidak mengetahui masalah ini. Kami pikir Ibu sudah menerima surat panggilan dari pengadilan, hanya Ibu mungkin menolak untuk hadir," ucap Pak Ali.

“Sungguh, Pak. Saya sama sekali tidak pernah menerima surat panggilan itu, Bapak bisa bertanya kepada teman-teman saya. Bahkan, saya sempat berniat untuk mengajukan kasus ini sendiri ke pengadilan jika Pak Rayhan terus menggantung status saya,” jawabku.

“Mungkin Pak Rayhan sengaja tidak memberi tahu Ibu agar sidang perceraian lebih cepat selesai karena mungkin dia khawatir Ibu kembali tidak setuju dan membuat perceraian berjalan semakin lambat,” ucap Pak Bambang yang seolah-olah membela Rayhan.

"Tapi bukannya Bapak bilang sendiri bahwa Bapak memanggil saya kemari, memaksa saya untuk menceritakan semua hal yang menjadi aib bagi saya dan sebenarnya tidak ingin saya ceritakan hanya karena Bapak ingin rumah tangga saya dan Rayhan rujuk kembali kan? Lalu sekarang kalian berdua mendukung Pak Rayhan agar perceraian tidak berjalan lambat. Sebenarnya apa yang kalian inginkan?" protes ku.

"Tapi Pak Rayhan sudah tidak ingin rujuk kembali, " sahut Pak Ali.

"Kalau Bapak sudah tahu itu lalu apa gunanya sebelum sidang ini Bapak berdua memanggil saya dan menjadikan syarat rujuk sebagai syarat untuk bisa mempertahankan salah satu dari kami berdua masih bisa bertahan di tempat ini? Kalau pada akhirnya Bapak meminta Pak Rayhan untuk mengurus perceraian kami dengan tanpa kehadiran saya. Padahal, Bapak tahu, kalau saya tidak dihadirkan dalam persidangan itu bagaimana bisa terjadi rujuk? Entah apa yang terjadi dan dikatakan Pak Rayhan selama sidang di pengadilan. Entah itu kebenaran atau fitnah belaka saya pun tak tahu,"

"Perkara talak tiga yang sempat Bapak tanyakan kepada saya pun saya masih belum bisa mendapat jawabannya dengan pasti. Mengingat talak 2 nya saja yang tahu hanya Pak Rayhan. Saya yang ditalak pun malah tidak mengetahuinya. Dan menurut saya ini sudah sangat jelas, Pak. Pak Rayhan telah bertindak curang kepada saya,” keluhku geram.

"Maaf, kami sama sekali tidak mengetahui hal ini, Bu Rena. Apa yang dikatakan Pak Rayhan dan mengenai masalah talak tiga ini, Ibu bisa tanyakan sendiri pada Pak Rayhan? Atau jika Ibu tidak puas dan ingin mengetahui semuanya, Ibu bisa datang langsung ke pengadilan dan meminta salinan isi sidang perceraian Ibu ke pengadilan. Sekarang, ada baiknya kita langsung saja kembali ke persoalan awal alasan kenapa Ibu dipanggil lagi kemari, " sahut Pak Bambang.

"Seperti yang pernah saya sampaikan bahwa yang kami inginkan adalah Ibu dengan Pak Rayhan bisa rujuk kembali, dan jika kalian berdua berhasil rujuk, maka kalian berdua masih boleh bertahan di sini. Namun jika tidak dan perceraian tetap terjadi, maka Ibu kami minta untuk mengundurkan diri dari yayasan ini," ucap Pak Bambang.

Aku menarik nafasku dalam.

"Baik, Pak, saya bersedia mundur, tapi saya minta tolong bantu saya untuk mendapatkan anak-anak saya kembali dan minta Pak Rayhan untuk memberikan nafkah yang layak untuk anak-anaknya. Karena tentu Bapak tahu bahwa adanya pengadilan sepihak telah memberikan kerugian yang sangat besar kepada saya. Dan itu seharusnya di bawah pengawasan dan tanggung jawab Bapak yang telah menyarankan adanya persidangan itu,"

"Selain itu, akibat perceraian ini saya pun tidak bisa mempertahankan pekerjaan saya di sini. Kemungkinan besar hak-hak yang seharusnya saya dapatkan sebagai seorang istri pun tidak akan diberikan oleh Rayhan termasuk hak asuh anak-anaknya juga. Bukan kah itu sangat tidak adil bagi saya dan anak-anak, Pak?" ucapku penuh harap agar mereka mau membantu dan Rayhan tidak bertindak semena-semena.

Jika selama ini jika ada yang berhutang kepada mereka, mereka bisa langsung potong gaji karena dianggap itu kewajiban. Maka seharusnya, permintaanku ini tidak ada salahnya kan, mengingat menafkahi anak-anaknya adalah kewajiban seorang ayah.

"Maaf, Bu, untuk masalah ini kami tidak ingin ikut campur. Ini masalah pribadi Ibu dan Pak Rayhan. Sebaiknya, Ibu bicarakan baik-baik dengan Pak Rayhan sendiri," ucap Pak Bambang.

Apa? lucu sekali, dia mengatakan itu masalah pribadi saya? Apa dia lupa alasan saat meminta saya untuk berhenti dari tempat ini pun karena berhubungan dengan masalah pribadi saya bukan karena masalah profesionalisme kerja? Apalagi selama ini saya ini saya belum pernah terkena SP. Bahkan, sertifikat penghargaan sebagai guru terbaik selama tiga tahun berturut-turut saya dapatkan. Tapi mereka tidak pernah mempertimbangkan hal itu hanya karena masalah pribadi. Hanya karena saya perempuan. Hanya karena laporan seorang Rayhan dan wali murid pengacau rumah tangga orang. Lalu, sekarang ketika saya meminta keadilan kepadanya. Dia menolak dengan mudah, dengan alasan tidak mau ikut campur masalah pribadi saya. Dasar manusia bermuka dua! (umpatku dalam hati)

Sebenarnya apa yang ada dalam pikiran kalian? Kalau Rayhan dan keluarganya memang bisa diajak bicara baik-baik, tidak mungkin kan saya sampai tidak mengetahui adanya sidang sama sekali. Harapan untuk mendapatkan pihak ketiga yang lebih kompeten dalam memberi nasihat kepada Rayhan pun jelas sudah tidak ada lagi. Perlindungan hukum untuk saya dan anak-anak pun jelas tidak bisa lagi saya dapatkan.

Kenapa? Kenapa waktu itu saya begitu bodoh, begitu naif, harusnya waktu itu saya tidak percaya kata-kata dua orang di depan saya ini. Orang-orang yang hanya melakukan mall praktik, tidak kompeten tapi masih saja sok, harusnya waktu itu saya langsung ke pengadilan saja, tak perlu lagi menghormati mereka yang tak pantas dihormati (Pikirku).

Rasa kecewa, sedih, marah merasuk dalam jiwa. Ternyata aku terlalu menyimpan banyak harapan. Aku pun meninggalkan tempat itu dengan penuh rasa kesedihan dan kecewa.

Kecewa karena bertahun-tahun mengabdikan diri pada tempat yang salah. Kecewa karena ternyata mereka yang paham tentang ilmu agama, ternyata bisa memiliki pemikiran yang sangat dangkal hingga memberikan begitu banyak kerugian bagi pihak wanita.

Apalagi yang aku dengar dari Pak Rama, alasan mereka lebih mempertahankan Rayhan di sana adalah karena Rayhan laki-laki yang memiliki peran memberi nafkah. Lalu, tanpa adanya jaminan apakah mereka yakin Rayhan akan menafkahi kami dengan layak. Sedangkan, ketika masih berstatus suami pun dia menafkahi kami dengan semaunya.

Lalu wanita ini? Yang telah mereka ambil pekerjaan nya. Yang sama sekali tak mendapatkan apa-apa dari 10 tahun pernikahannya karena pengadilan yang dilakukan secara sepihak tanpa tahu apa pun yang terjadi. Hanya bisa kembali kepada laki-laki tua yang sekarang sudah tidak punya pekerjaan dan hanya mengharapkan warung kecil untuk menafkahi istrinya.

Laki-laki tua yang dengan kepercayaannya telah menjabat tangan laki-laki itu di hadapan semua orang. Menyerahkan putri tercintanya untuk disayangi, dilindungi, dan dikasihi. Dan sekarang puteri itu dikembalikan begitu saja. Layaknya sepah yang dibuang setelah hilang manisnya.

Tapi aku Rena, walaupun aku seorang wanita. Aku berjanji aku masih bisa terus berdiri. Aku tidak akan memberi beban berat pada laki-laki tua yang seharusnya memang sudah beristirahat ini. Aku yakin Tuhan ada bersamaku.

****

Bersambung

Jangan lupa berikan like, vote, dan komen terbaikmu untuk karya pertama author terima kasih 🤗🤗

Terpopuler

Comments

Novita_Wu

Novita_Wu

yuk mampir juga d karya baru

Novita_Wu
Masih ada harapan

bantu support karya aq ya☺️

2022-05-03

2

Indah Nihayati

Indah Nihayati

bagus thorr

2022-02-25

2

Siti Dede

Siti Dede

kayak kisah aku, berakhir di Januari

2021-09-17

4

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Perceraian
2 Bab 2 Kecewa
3 Bab 3 Baju Lebaran
4 Bab 4 Duka di Malam Takbir
5 Bab 5 Celoteh Haikal
6 Bab 6 Pertemuan
7 Bab 7 Pertemuan 2
8 Bab 8 Kisah Lalu
9 Bab 9 Aktor
10 Bab 10 Kena Kamu!
11 Bab 11 Renata Aja!
12 Bab 12 Latihan di DPR
13 Bab 13 Tiga Cahaya Asia
14 Bab 14 Cinlok
15 Bab 15 Teater Cinta
16 Visualisasi pemain
17 Bab 16 Kaos Bola
18 Bab 17 Kenangan Pilu
19 Bab 18 Alan vs Arka
20 Bab 19 Gol!!!
21 Bab 20 Terluka
22 Bab 21 Dia Telah Pergi
23 Bab 22 Dia Telah Pergi 2
24 Bab 23 Berikan Aku Sesuatu
25 Bab 24 Sahabat Baru
26 Bab 25 Patah Hati
27 Bab 27 Perasaan Aneh
28 Bab 28 Sang Penyelamat
29 Bab 29 Sadar
30 Bab 30 Cincin
31 Bab 31 Serangan Dadakan
32 Bab 32 Aku Menyukainya
33 Bab 33 Sesak
34 Bab 34 Menjauh
35 Bab 35 Pertikaian
36 Bab 36 Retak
37 Bab 37 Kepergian
38 Bab 38 Galau
39 Bab 39 Sesal
40 Bab 40 Perjodohan
41 Bab 41 Dewi
42 Bab 42 SMP Cinta Kasih
43 Bab 43 Sebuah Alasan
44 Bab 44 Membuka Hati
45 Bab 45 Lamaran
46 Bab 46 Bimbang
47 Bab 47 Penolakan
48 Bab 48 Kejutan
49 Bab 49 Dunia ini sempit
50 Bab 50 CLBK
51 Bab 51 Rindu
52 Bsb 52 Foto
53 Bab 53 Kisah Baru
54 Bab 54 Mengejar Cinta
55 Bab 55 Strawbery Mint
56 Bab 56 Jodi
57 Bab 57 Reuni
58 Bab 58 Jangan Bersedih
59 Bab 59 Permen Cinta
60 Bab 60 Duren
61 Bab 61 Nasi Goreng Spesial
62 Bab 62 Naya Atmaja
63 Bab 63 Obsesi Naya
64 Bab 64 Kakak Ipar
65 Bab 65 Asisten Dosen
66 Bab 66 Pemilik Hati
67 Bab 67 Perempuan Munafik
68 Bab 68 Perhatian
69 Bab 69 Wanita Penggoda
70 Bab 70 Masalah
71 Bab 71 Meriang
72 Bab 72 Aku Mencintaimu
73 Bab 73 PDKT
74 Bab 74 Nomor Ponsel
75 Bab 75 Ganas
76 Bab 76 Rencana
77 Bab 77 Pesta Penyambutan
78 Bab 78 Marah
79 Bab 79 Khawatir
80 Bab 80 Luluh
81 Bab 81 Siasat
82 Bab 82 Siasat 2
83 Bab 83 Ketahuan
84 Bab 84 Calon Menantu
85 Bab 85 Pulang
86 Bab 86 Mitos
87 Bab 87 Laporan
88 Bab 88 Cemas
89 Bab 89 Tak Disangka
90 Bab 90 Belahan Jiwa
91 Bab 91 Reuni Akbar
92 Bab 92 Izinkan Aku
93 Bab 93 Jawaban
94 Bab 94 Ketakutan
95 Bab 95 Sakit
96 Bab 96 Doa
97 Bab 97 Tantangan
98 Bab 98 Kritis
99 Bab 99 Kembali
100 Bab 100 Pernikahan (Tamat)
101 Ucapan Terima Kasih
102 Ekstra Part -Tamu Spesial
103 Ekstra Part 2-Rahasia Abi
Episodes

Updated 103 Episodes

1
Bab 1 Perceraian
2
Bab 2 Kecewa
3
Bab 3 Baju Lebaran
4
Bab 4 Duka di Malam Takbir
5
Bab 5 Celoteh Haikal
6
Bab 6 Pertemuan
7
Bab 7 Pertemuan 2
8
Bab 8 Kisah Lalu
9
Bab 9 Aktor
10
Bab 10 Kena Kamu!
11
Bab 11 Renata Aja!
12
Bab 12 Latihan di DPR
13
Bab 13 Tiga Cahaya Asia
14
Bab 14 Cinlok
15
Bab 15 Teater Cinta
16
Visualisasi pemain
17
Bab 16 Kaos Bola
18
Bab 17 Kenangan Pilu
19
Bab 18 Alan vs Arka
20
Bab 19 Gol!!!
21
Bab 20 Terluka
22
Bab 21 Dia Telah Pergi
23
Bab 22 Dia Telah Pergi 2
24
Bab 23 Berikan Aku Sesuatu
25
Bab 24 Sahabat Baru
26
Bab 25 Patah Hati
27
Bab 27 Perasaan Aneh
28
Bab 28 Sang Penyelamat
29
Bab 29 Sadar
30
Bab 30 Cincin
31
Bab 31 Serangan Dadakan
32
Bab 32 Aku Menyukainya
33
Bab 33 Sesak
34
Bab 34 Menjauh
35
Bab 35 Pertikaian
36
Bab 36 Retak
37
Bab 37 Kepergian
38
Bab 38 Galau
39
Bab 39 Sesal
40
Bab 40 Perjodohan
41
Bab 41 Dewi
42
Bab 42 SMP Cinta Kasih
43
Bab 43 Sebuah Alasan
44
Bab 44 Membuka Hati
45
Bab 45 Lamaran
46
Bab 46 Bimbang
47
Bab 47 Penolakan
48
Bab 48 Kejutan
49
Bab 49 Dunia ini sempit
50
Bab 50 CLBK
51
Bab 51 Rindu
52
Bsb 52 Foto
53
Bab 53 Kisah Baru
54
Bab 54 Mengejar Cinta
55
Bab 55 Strawbery Mint
56
Bab 56 Jodi
57
Bab 57 Reuni
58
Bab 58 Jangan Bersedih
59
Bab 59 Permen Cinta
60
Bab 60 Duren
61
Bab 61 Nasi Goreng Spesial
62
Bab 62 Naya Atmaja
63
Bab 63 Obsesi Naya
64
Bab 64 Kakak Ipar
65
Bab 65 Asisten Dosen
66
Bab 66 Pemilik Hati
67
Bab 67 Perempuan Munafik
68
Bab 68 Perhatian
69
Bab 69 Wanita Penggoda
70
Bab 70 Masalah
71
Bab 71 Meriang
72
Bab 72 Aku Mencintaimu
73
Bab 73 PDKT
74
Bab 74 Nomor Ponsel
75
Bab 75 Ganas
76
Bab 76 Rencana
77
Bab 77 Pesta Penyambutan
78
Bab 78 Marah
79
Bab 79 Khawatir
80
Bab 80 Luluh
81
Bab 81 Siasat
82
Bab 82 Siasat 2
83
Bab 83 Ketahuan
84
Bab 84 Calon Menantu
85
Bab 85 Pulang
86
Bab 86 Mitos
87
Bab 87 Laporan
88
Bab 88 Cemas
89
Bab 89 Tak Disangka
90
Bab 90 Belahan Jiwa
91
Bab 91 Reuni Akbar
92
Bab 92 Izinkan Aku
93
Bab 93 Jawaban
94
Bab 94 Ketakutan
95
Bab 95 Sakit
96
Bab 96 Doa
97
Bab 97 Tantangan
98
Bab 98 Kritis
99
Bab 99 Kembali
100
Bab 100 Pernikahan (Tamat)
101
Ucapan Terima Kasih
102
Ekstra Part -Tamu Spesial
103
Ekstra Part 2-Rahasia Abi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!