Bab 7 Pertemuan 2

Setelah kami puas bermain, aku mengajak Hana dan Haikal untuk membeli berbagai macam camilan dan eskrim yang tersedia di tempat itu. Setelah itu, kami pun menikmati eskrim dan camilan itu bersama. Mereka terlihat sangat senang dan itu membuatku ikut merasa bahagia.

Di saat kami tengah menikmati camilan bersama tiba-tiba...

"Hana, Haikal," terdengar suara lembut seorang wanita dari kejauhan memanggil nama kedua anak itu. Kami pun menoleh secara bersamaan ke arah asal suara tadi.

Deg

Seketika jantungku berdetak lebih cepat, saat

melihat sosok wanita yang tak asing bagiku.

“Mama,” teriak Hana dan Haikal hampir bersamaan seraya melambaikan tangan mereka pada wanita itu.

“Rena,” sahutku lirih.

Aku benar-benar tak menyangka bahwa Hana dan Haikal adalah anak dari Rena, wanita yang pernah aku sayangi dan pernah menjadi bagian penting dalam hidupku. Pantas saja, saat bertemu dengan mereka, aku merasa tidak asing dengan wajah keduanya. Rupanya mereka memiliki paras yang tidak jauh berbeda dengan ibunya.

Sesaat, aku terpaku memandang kedatangannya. Wajahnya tak banyak yang berubah. Ia masih terlihat manis seperti dulu, hanya penampilannya saja yang kini tampak sedikit berubah. Kini, ia tampak terlihat lebih dewasa. Balutan hijab biru tua kini menutupi rambutnya yang hitam dan bergelombang.

Kemudian, ia berjalan mendekat ke arah kami, membuat denyut jantung yang sudah cepat ini seakan berdetak lebih cepat lagi.

Astaga, kenapa dengan jantung ini? Apakah aku masih merasakan perasaan yang sama seperti dulu terhadapnya? Bahkan, setelah 12 tahun? Ya, Tuhan, ini tidak boleh terjadi karena sekarang dia pasti sudah berkeluarga. Hidupnya pasti telah bahagia bersama suami dan kedua anaknya yang manis dan lucu ini.

“Kak Alan,” sapa Rena membuatku tersadar dari lamunanku.

“Rena,” sapaku kembali.

“Sedang apa Kakak bersama Hana dan Haikal di sini?” tanya Rena yang tampak gugup melihatku.

“Oh, aku baru saja mengajak mereka bermain dan menikmati camilan bersama,” jawabku.

“Iya, Mah. Om Tampan ini sangat baik,” sahut Hana yang kemudian mendekat ke arahku dan tiba-tiba..

Cup

Gadis kecil itu mencium pipi kananku, membuatku terkejut dengan tingkah polosnya.

Astaga, kenapa anak ini mirip sekali dengan ibunya? Sering membuatku kaget dengan serangannya yang mendadak. (batinku teringat kenangan antara aku dan Mama mereka)

“Mama, kenal sama Om Alan?” tanya Haikal.

“Iya, Mama kenal. Kebetulan Om Alan ini temannya Mama waktu kuliah dulu. Terus kenapa kalian bisa bersama Om Alan? Lalu bagaimana kalian bisa bermain dan menikmati camilan bersama? Memang kalian kenal Om Alan di mana?” tanya Rena menatap Haikal dan Hana secara bergantian.

Gadis kecil itu tampak bingung menjawab pertanyaan ibunya. Pandangan matanya mengarah kepadaku seolah memohon bantuan kepadaku untuk menjawab pertanyaan dari ibunya itu. Sedangkan, Haikal hanya bisa menundukkan kepala menunjukkan ketakutannya.

“Begini Rena, putra kecilmu itu tadi tidak sengaja menghilangkan uang pemberian darimu yang ingin mereka pakai untuk bermain di sini. Karena aku merasa kasihan dan kebetulan aku juga bosan bermain sendiri di sini. Jadi ya, aku ajak saja mereka bermain bersamaku. Setelah itu, kami bertiga merasa lapar, jadi sekalian saja aku juga ajak mereka makan bersama menikmati camilan ini,” sahutku.

“Oh, begitu. Hana kenapa kamu enggak cerita sama Mama kalau uang adikmu hilang?” tanya Rena memandang putri sulungnya itu yang tampak bingung menjawab pertanyaan ibunya.

“Sudahlah, mungkin mereka merasa takut kalau kamu marah, Rena. Lupakan saja. Toh, aku juga senang bisa mengenal dan bermain bersama mereka,” ucapku.

“Tapi tidak boleh seperti itu juga Kak Alan. Harusnya mereka menceritakan semua itu pada ibunya,” sahut Rena memandang Hana dan Haikal dengan wajah penuh kekecewaan.

“Iya, maaf, Ma,” sahut Hana menunduk.

“Ikal juga Mah, maaf,” sahut Haikal mengikuti gaya kakak perempuannya.

“Hana janji kalau ini terjadi lagi Hana pasti akan cerita sama Mamah," lanjut Hana.

“Iya, Ikal juga Ma, suer!” sahut Haikal sambil menunjukkan dua jarinya.

Kepolosan mereka mengundang senyum di hatiku. Entah, mengapa melihat mereka aku jadi ingin memiliki anak. Mungkin benar kata Mama, aku tidak bisa hidup seperti ini terus. Aku harus mulai memikirkan masa depanku, memiliki rumah tangga yang baru. Meskipun itu artinya aku harus siap menerima wanita yang dipilihkan Mama untukku.

“Kak, anak dan istri Kakak di mana? Apa tidak ikut dengan Kakak?" tanya Rena.

Pertanyaan Rena kali ini membuatku terkejut setengah mati. Sungguh, aku bingung harus menjawab apa karena sebenarnya aku enggan menjawab pertanyaan ini. Pertanyaan yang jawabannya pasti akan membuat orang menaruh rasa kasihan kepadaku saat mereka mendengarnya. Beruntung saat itu ponselku tiba-tiba bergetar.

Drrt...drrtt...

Mama, kau menyelamatkan hidupku (ucapku dalam hati begitu melihat nama 'Mama' yang tertera di layar ponselku)

“Maaf, Rena, aku mau mengangkat telepon ini dulu,” sahutku.

Aku pun menekan tombol penerima panggilan.

“Halo, Alan,” sahut Mama.

“Iya, Ma," jawabku.

“Kamu ke sini, ya? Mama sudah selesai belanja nih. Sekarang, Mama sedang mengantri di kasir 4,” pinta Mama.

“Iya, aku segera meluncur ke sana, Ma,” jawabku.

Setelah aku menjawab telepon itu dan menutup panggilan dari Mama, dengan segera aku berpamitan pada Rena dan kedua buah hatinya.

“Rena, maaf ya, aku harus pergi dulu,” ucapku sebelum beranjak pergi meninggalkan mereka bertiga.

“Iya, Kak, silakan! Sekali lagi, terima kasih ya, sudah mengajak anak-anakku makan dan bermain bersama. Tentu itu pasti sangat merepotkan,” sahut Rena.

“Tak masalah, aku senang melakukannya.” jawabku.

“Hana, Haikal, Om pergi dulu, ya,” ucapku.

“Iya, Om,” jawab Haikal.

“Om tunggu, sini dulu!" sahut Hana memintaku mendekatinya.

Kemudian, aku pun melangkah mendekati gadis kecil itu dan duduk di dekatnya.

Cup

Lagi-lagi gadis itu tiba-tiba mencium pipi kananku.

“Ih, Kakak genit! Dari tadi nyiumin Om Alan terus,” protes Haikal.

“Iya, Hana, kamu enggak boleh bersikap seperti itu pada Om Alan. Nanti, kalau ada yang cemburu gimana?” sahut Rena memberi pelototan kepada putrinya.

“Enggak apa-apa, Rena, ibunya juga kalau mau melakukan hal yang sama tak masalah bagiku. Ups!” ucapku tanpa sadar dan benar-benar sangat kusesali.

Astaga, Alan apa yang kamu bicarakan dia itu istri orang lain. Jaga bicaramu! (batinku)

“Maaf, tadi aku benar-benar bercanda, Rena,” sahutku yang saat itu sudah mendapat sorotan tajam dari Rena. Ia masih saja jutek seperti dulu. Dan itu malah membuatnya terlihat semakin menggemaskan.

“Bercandanya Kakak benar-benar enggak lucu,” ucap Rena ketus.

“Maaf,” sahutku lirih penuh penyesalan.

“Ya sudah, cepat sana pergi! Istrimu sekarang pasti sudah menunggu,” ucap Rena masih dengan nada ketus.

Astaga, istri? Jadi, Rena pikir kalau yang menelepon tadi istriku. Tapi, biarlah daripada dia harus tahu yang sebenarnya.

Selesai berpamitan aku berlalu meninggalkan Rena dan kedua buah hatinya. Entah, mengapa aku merasa sangat bahagia bisa kembali melihatnya, meskipun aku sadar bahwa ini adalah perasaan terlarang yang harus ku buang jauh-jauh.

***

Author pov

Alan berjalan menghampiri sang Mama yang tengah berdiri mengantri di depan meja kasir nomor 4. Wanita paruh baya yang masih terlihat cantik itu nampak sedang menunggu kasir menghitung barang belanjaannya. Ia pun memberikan kartu debit yang diberikan Alan tadi kepada kasir itu setelah semua barang belanjaannya selesai dihitung.

“Sepertinya rekor kemarin terpecahkan ya, Ma. Kali ini, Mama belanja lebih lama dari biasanya,” goda Alan pada Mamanya.

“Ah, bisa saja kamu. Enggak tahu aja tadi Mama baru saja mengalami insiden kecil,” sahut Mama Alan.

“Insiden? Insiden apa, Ma?” tanya Alan khawatir.

“Tadi Mamah sempat pingsan di dalam,” sahut Mama.

“Apa? Tapi Mama enggak apa-apa kan?” tanya Alan setengah berteriak karena kaget.

“Alhamdulillah, enggak apa-apa. Untung tadi Mama ditolong oleh seorang perempuan muda yang baik hati. Namanya siapa ya? Aduh, Mama lupa,” ucap Mama Alan sambil berusaha mengingat nama wanita yang telah menolongnya tadi.

“Sudahlah Ma, kalau memang Mama lupa. Sekarang kita pulang, yuk!” ajak Alan.

Mama Alan pun mengangguk. Ia kemudian berjalan mengikuti Alan menuju mobil yang ada di parkiran.

Setelah selesai menyimpan semua barang belanjaannya ke dalam bagasi mobil. Mereka berdua segera masuk ke dalam mobil. Lalu memakai sabuk pengaman yang ada di tiap kursi mobil.

“Lan, ini kartu debitmu,” ucap Mama sambil memberikan kartu yang tadi diberikan Alan kepadanya.

“Tolong, simpan saja di dompet Alan, Ma,” pinta Alan menunjuk pada dompet yang ia letakkan di depan mobilnya.

Mama Alan meraih dompet itu dan perlahan membukanya. Dan saat ia hendak memasukan kartu debit itu ke dalam dompet Alan, matanya terpaku pada sebuah foto yang sepertinya baru saja diambil di dalam dompet Alan.

Mama Alan pun mengeluarkan foto yang di dalam dompet Alan itu. Dipandanginya dengan seksama gambar yang ada dalam foto tersebut dengan jelas.

“Mereka ini siapa, Lan? Kamu tampak dekat sekali dengan mereka seperti ayah dan anak-anaknya saja” tanya Mama Alan sambil menunjukkan foto yang telah diambilnya dari dompet Alan.

“Oh, mereka itu anak temannya Alan, Ma," jawab Alan singkat, saat melihat fotonya bersama Hana dan Haikal yang diambilnya saat foto box bersama mereka tadi.

“Anak teman kamu? Ya ampun, Alan apa kamu tidak iri? Temanmu saja sudah punya anak dua seperti ini. Lucu-lucu dan menggemaskan lagi. Sedang kamu sendiri? Jangankan anak, istri aja belum punya,” sindir Mama Alan.

“Ah, Mama mulai lagi,” sahut Alan.

“Eh, ngomong-ngomong temanmu ini laki-laki atau perempuan, ya?” tanya Mama Alan penasaran.

“Memang kalau perempuan kenapa? Dia sudah punya suami kali, Ma,” jawab Alan.

“Oh, berarti benar perempuan? Wah, sayang sekali ya, sudah punya suami. Kalau dia janda, Mama pasti sudah jodohkan dia dengan kamu,” ucap Mama penuh semangat.

“Hus, Mama bicara apa sih?” sahut Alan.

Dalam hati jiwa Alan meringis mendengar ucapan sang Mama. Mamanya tidak tahu saja kalau wanita itu adalah wanita yang dulu pernah dicintai Alan. Wanita yang mungkin hingga saat ini belum benar-benar ia lupakan dan masih memiliki tempat tersendiri di dalam hatinya.

****

Bersambung

💐💐💐

Setelah menantikan keromantisan kisah ini.. Baca juga kisah author yang tidak kalah seru, romantis, dan lucu dalam "Mengaku Tunangan CEO"

Terpopuler

Comments

Opung Boru Caroline

Opung Boru Caroline

sudah janda buk

2022-01-28

2

Yana Picisan

Yana Picisan

Lanjut thor

2020-08-08

3

Sugianti Bisri

Sugianti Bisri

lanjut Thor

2020-07-18

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Perceraian
2 Bab 2 Kecewa
3 Bab 3 Baju Lebaran
4 Bab 4 Duka di Malam Takbir
5 Bab 5 Celoteh Haikal
6 Bab 6 Pertemuan
7 Bab 7 Pertemuan 2
8 Bab 8 Kisah Lalu
9 Bab 9 Aktor
10 Bab 10 Kena Kamu!
11 Bab 11 Renata Aja!
12 Bab 12 Latihan di DPR
13 Bab 13 Tiga Cahaya Asia
14 Bab 14 Cinlok
15 Bab 15 Teater Cinta
16 Visualisasi pemain
17 Bab 16 Kaos Bola
18 Bab 17 Kenangan Pilu
19 Bab 18 Alan vs Arka
20 Bab 19 Gol!!!
21 Bab 20 Terluka
22 Bab 21 Dia Telah Pergi
23 Bab 22 Dia Telah Pergi 2
24 Bab 23 Berikan Aku Sesuatu
25 Bab 24 Sahabat Baru
26 Bab 25 Patah Hati
27 Bab 27 Perasaan Aneh
28 Bab 28 Sang Penyelamat
29 Bab 29 Sadar
30 Bab 30 Cincin
31 Bab 31 Serangan Dadakan
32 Bab 32 Aku Menyukainya
33 Bab 33 Sesak
34 Bab 34 Menjauh
35 Bab 35 Pertikaian
36 Bab 36 Retak
37 Bab 37 Kepergian
38 Bab 38 Galau
39 Bab 39 Sesal
40 Bab 40 Perjodohan
41 Bab 41 Dewi
42 Bab 42 SMP Cinta Kasih
43 Bab 43 Sebuah Alasan
44 Bab 44 Membuka Hati
45 Bab 45 Lamaran
46 Bab 46 Bimbang
47 Bab 47 Penolakan
48 Bab 48 Kejutan
49 Bab 49 Dunia ini sempit
50 Bab 50 CLBK
51 Bab 51 Rindu
52 Bsb 52 Foto
53 Bab 53 Kisah Baru
54 Bab 54 Mengejar Cinta
55 Bab 55 Strawbery Mint
56 Bab 56 Jodi
57 Bab 57 Reuni
58 Bab 58 Jangan Bersedih
59 Bab 59 Permen Cinta
60 Bab 60 Duren
61 Bab 61 Nasi Goreng Spesial
62 Bab 62 Naya Atmaja
63 Bab 63 Obsesi Naya
64 Bab 64 Kakak Ipar
65 Bab 65 Asisten Dosen
66 Bab 66 Pemilik Hati
67 Bab 67 Perempuan Munafik
68 Bab 68 Perhatian
69 Bab 69 Wanita Penggoda
70 Bab 70 Masalah
71 Bab 71 Meriang
72 Bab 72 Aku Mencintaimu
73 Bab 73 PDKT
74 Bab 74 Nomor Ponsel
75 Bab 75 Ganas
76 Bab 76 Rencana
77 Bab 77 Pesta Penyambutan
78 Bab 78 Marah
79 Bab 79 Khawatir
80 Bab 80 Luluh
81 Bab 81 Siasat
82 Bab 82 Siasat 2
83 Bab 83 Ketahuan
84 Bab 84 Calon Menantu
85 Bab 85 Pulang
86 Bab 86 Mitos
87 Bab 87 Laporan
88 Bab 88 Cemas
89 Bab 89 Tak Disangka
90 Bab 90 Belahan Jiwa
91 Bab 91 Reuni Akbar
92 Bab 92 Izinkan Aku
93 Bab 93 Jawaban
94 Bab 94 Ketakutan
95 Bab 95 Sakit
96 Bab 96 Doa
97 Bab 97 Tantangan
98 Bab 98 Kritis
99 Bab 99 Kembali
100 Bab 100 Pernikahan (Tamat)
101 Ucapan Terima Kasih
102 Ekstra Part -Tamu Spesial
103 Ekstra Part 2-Rahasia Abi
Episodes

Updated 103 Episodes

1
Bab 1 Perceraian
2
Bab 2 Kecewa
3
Bab 3 Baju Lebaran
4
Bab 4 Duka di Malam Takbir
5
Bab 5 Celoteh Haikal
6
Bab 6 Pertemuan
7
Bab 7 Pertemuan 2
8
Bab 8 Kisah Lalu
9
Bab 9 Aktor
10
Bab 10 Kena Kamu!
11
Bab 11 Renata Aja!
12
Bab 12 Latihan di DPR
13
Bab 13 Tiga Cahaya Asia
14
Bab 14 Cinlok
15
Bab 15 Teater Cinta
16
Visualisasi pemain
17
Bab 16 Kaos Bola
18
Bab 17 Kenangan Pilu
19
Bab 18 Alan vs Arka
20
Bab 19 Gol!!!
21
Bab 20 Terluka
22
Bab 21 Dia Telah Pergi
23
Bab 22 Dia Telah Pergi 2
24
Bab 23 Berikan Aku Sesuatu
25
Bab 24 Sahabat Baru
26
Bab 25 Patah Hati
27
Bab 27 Perasaan Aneh
28
Bab 28 Sang Penyelamat
29
Bab 29 Sadar
30
Bab 30 Cincin
31
Bab 31 Serangan Dadakan
32
Bab 32 Aku Menyukainya
33
Bab 33 Sesak
34
Bab 34 Menjauh
35
Bab 35 Pertikaian
36
Bab 36 Retak
37
Bab 37 Kepergian
38
Bab 38 Galau
39
Bab 39 Sesal
40
Bab 40 Perjodohan
41
Bab 41 Dewi
42
Bab 42 SMP Cinta Kasih
43
Bab 43 Sebuah Alasan
44
Bab 44 Membuka Hati
45
Bab 45 Lamaran
46
Bab 46 Bimbang
47
Bab 47 Penolakan
48
Bab 48 Kejutan
49
Bab 49 Dunia ini sempit
50
Bab 50 CLBK
51
Bab 51 Rindu
52
Bsb 52 Foto
53
Bab 53 Kisah Baru
54
Bab 54 Mengejar Cinta
55
Bab 55 Strawbery Mint
56
Bab 56 Jodi
57
Bab 57 Reuni
58
Bab 58 Jangan Bersedih
59
Bab 59 Permen Cinta
60
Bab 60 Duren
61
Bab 61 Nasi Goreng Spesial
62
Bab 62 Naya Atmaja
63
Bab 63 Obsesi Naya
64
Bab 64 Kakak Ipar
65
Bab 65 Asisten Dosen
66
Bab 66 Pemilik Hati
67
Bab 67 Perempuan Munafik
68
Bab 68 Perhatian
69
Bab 69 Wanita Penggoda
70
Bab 70 Masalah
71
Bab 71 Meriang
72
Bab 72 Aku Mencintaimu
73
Bab 73 PDKT
74
Bab 74 Nomor Ponsel
75
Bab 75 Ganas
76
Bab 76 Rencana
77
Bab 77 Pesta Penyambutan
78
Bab 78 Marah
79
Bab 79 Khawatir
80
Bab 80 Luluh
81
Bab 81 Siasat
82
Bab 82 Siasat 2
83
Bab 83 Ketahuan
84
Bab 84 Calon Menantu
85
Bab 85 Pulang
86
Bab 86 Mitos
87
Bab 87 Laporan
88
Bab 88 Cemas
89
Bab 89 Tak Disangka
90
Bab 90 Belahan Jiwa
91
Bab 91 Reuni Akbar
92
Bab 92 Izinkan Aku
93
Bab 93 Jawaban
94
Bab 94 Ketakutan
95
Bab 95 Sakit
96
Bab 96 Doa
97
Bab 97 Tantangan
98
Bab 98 Kritis
99
Bab 99 Kembali
100
Bab 100 Pernikahan (Tamat)
101
Ucapan Terima Kasih
102
Ekstra Part -Tamu Spesial
103
Ekstra Part 2-Rahasia Abi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!