Bab 14 Cinlok

Setelah penampilan Alan dan Dewi, layar panggung pertunjukkan pun ditutup. Dari belakang terdengar sahutan seseorang yang suaranya sudah tak asing di telinga Rena, Novi, dan Rindu.

"Rena, Rindu, Novi, di sini rupanya kalian!" sahut seseorang dari belakang membuat Rena, Rindu, dan Novi menoleh bersamaan ke asal suara itu.

"Eh, Kak Iyus," sahut Rena.

"Kak Iyus, Kak Iyus! Kalian lupa kalau sebentar lagi kita juga harus tampil! Malah asyik di sini!" sahut Iyus sedikit jengkel saat menghampiri mereka bertiga.

Mendengar ucapan Iyus, Rena, Rindu, dan Novi pun saling bertatap satu sama lain.

"O, iya, ya.... Kami benar-benar lupa, Kak Iyus, maaf," sahut Rindu yang diberi anggukan oleh Rena dan Novi.

"Ya sudah, sekarang ikuti saya ke balik panggung!" ajak Iyus masih sedikit kesal.

Rena, Rindu, dan Novi pun mengikuti langkah kaki Iyus menuju ke ruangan yang ada di balik layar.

"Kalian itu dari tadi saya cari-cari tau! Untung saya sudah bilang sama panitia yang lain untuk memundurkan penampilan kita, sesudah makan siang saja nanti," omel Iyus sambil terus berjalan menuju ruangan.

"Maaf," ucap Rindu, Novi, dan Rena serempak sambil memasang muka memelas.

"Maaf, maaf! Kamu juga Rena, mana baju yang saya kasih, kenapa belum dipakai?" bentak Iyus saat menoleh ke arah mereka bertiga yang dari tadi berjalan di belakang Iyus. Rena nampak kaget melihat sikap Iyus. Dia yang biasa penuh canda tawa kini bisa begitu garang.

"Ini ada dalam tas, Kak. Sekarang juga aku pakai," jawab Rena gugup dan langsung mengeluarkan kaos seragam Argentina yang ada di dalam tasnya. Kemudian tanpa pikir panjang lagi Rena langsung memakai kaos itu di hadapan Iyus.

Kaos yang dipakai Rena tampak kebesaran di badannya. Namun, ia tak mau pusing dengan itu semua karena baginya itu lebih baik dari pada ia harus mendengar omelan yang tak ada habisnya dari Iyus.

Melihat Rena memakai kaos yang nampak kebesaran di badannya itu membuat kemarahan dan kejengkelan Iyus seketika itu juga sirna, berganti dengan rasa geli. Ia melihat Rena tampak lucu dengan baju itu. Ia pun berusaha menahan tawanya.

"Ya sudah, sekarang kita masuk ke ruangan itu. Teman-teman yang lain sudah menunggu di sana," ajak Iyus saat tiba di depan sebuah ruangan yang berada persis di belakang panggung.

Begitu masuk ke dalam ruangan, Iyus langsung mendapat sambutan dari Alan yang kebetulan juga ada di ruangan itu.

"Hey, bro, gimana ketemu enggak sama anak- anaknya?" tanya Alan dengan wajah ceria seperti biasa.

Iyus tidak menjawab. Ia hanya melempar pandangannya ke arah Rindu, Rena, dan Novi yang berjalan di belakangnya.

Melihat mereka bertiga masuk ke dalam ruangan, Alan pun menghampiri ketiganya.

"Aku pikir tadinya kalian bakal kabur lagi lewat gerbang belakang," sindir Alan dengan memasang senyum manisnya. Senyum yang tampak menjengkelkan di mata Rena.

"Enggak, Kak. Tadi kami cuma ngeliat penampilan ekskul fakultas kita. Sekalian menghilangkan rasa nervous," sahut Novi.

"Iya, Kak. Kami juga tadi sempet ngeliat penampilan kakak barusan. Kakak tuh tadi keren banget," puji Rindu dengan mengacungkan kedua jempolnya.

"Makasih, aku memang selalu keren," sahut Alan membanggakan diri.

Kemudian, Alan mengalihkan pandangannya ke arah Rena. Ia memperhatikan penampilan Rena yang tampak lucu dengan kaos yang kebesaran di badannya.

"Kamu cocok juga pakai kaos itu," ucap Alan dengan senyum yang memperlihatkan kedua lesung di pipinya.

"Makasih," jawab Rena ketus.

"Oh ya, kalian sudah makan siang belum? Kalau belum, makanlah dulu karena satu jam lagi kalian akan tampil," sahut Alan sambil melihat jam yang ada di tangan kirinya.

"Belum, Kak," jawab Rindu semangat.

"Boy, tolong berikan nasi kotaknya," perintah Alan.

Boy lekas memberikan tiga bungkus nasi kotak pada Rindu, Rena, dan Novi. Mereka pun menerima nasi kotak itu dan langsung menikmati makan siangnya di kursi belakang paling pojok ruangan itu.

Tak lama Faizal masuk ke dalam ruangan itu.

"Halo semua, serius amat nih makannya," sahut Faizal menghampiri Iyus dan Alan.

"Eh, gimana, Lan? Kayaknya bakalan cinlok nih," tanya Faiz yang langsung duduk dekat Alan.

"Maksudnya apa, Bro? Datang-datang langsung ngomongin cinlok, kebanyakan makan cilok, kamu, ya?" sahut Alan.

"Alah pake ngeles! Di luar udah rame, Lan," sahut Faiz.

"Bener tuh Lan, waktu kamu tampil sama Dewi. Wuih, heboh, pada rame banget pada bilang kalian tuh, kayak Romeo and Juliet," sahut Mauri yang dari tadi sibuk makan.

"Eh, nyambung aja, sih, Ndut," timpal Faiz.

"Apa kutilang?!" sahut Mauri sambil melotot ke arah Faiz.

"Tapi bener kata Faiz sama Mauri, kalian tuh cocok banget, dan kayaknya Dewi juga ada rasa sama kamu tuh Lan," sambung Dania.

"Rasa apa? Manis, asam, asin, pahit, atau pedas," tanya Alan sambil cengar cengir.

"Ah, gak bisa serius banget sih kamu, Lan," sahut Bela ikut menimpali.

Saat mereka tengah asyik berbincang tentang Alan dan Dewi, tiba-tiba Rena, Rindu, dan Novi beranjak dari kursinya dan hendak keluar dari ruangan itu.

"Eh, mau ke mana lagi kalian?" tanya Iyus sambil melotot ke arah Rena, Rindu, dan Novi.

"Ke toilet, Kak," sahut Rena.

"Ya sudah, 5 menit," ucap Iyus.

"Bentar banget itu mah cuma buat kentut doang, " sahut Rindu.

"Oke, 15 menit gak ada tawar menawar lagi, bentar lagi kita tampil," sahut Iyus.

"Iya," jawab Rena, Rindu, dan Novi serempak sambil berjalan meninggalkan ruangan itu.

"Galak banget sih, Pak sutradara," ledek Alan.

"Biarin," sahut Iyus melanjutkan makannya.

"Eh, Lan, kok wajah mereka kayaknya gak asing, ya?" tanya Faizal pelan ketika melihat Rena, Rindu, dan Novi keluar dari ruangan itu.

Mendengar ucapan Faizal, Alan pun membisikkan sesuatu ke telinganya.

"Serius?! Jadi yang kemarin itu mereka?" tanya Faizal yang tampak tak percaya dan Alan menjawab pertanyaan Faizal dengan anggukan.

Flashback on

Saat itu Alan dan Faizal keluar dari kamar kost mereka yang berada di belakang kampus. Mereka hendak mencari makan untuk mengisi perut yang lapar. Mereka bermaksud membeli makanan di warung yang berada di belakang gerbang kampus.

Saat melewati gerbang belakang kampus, dari kejauhan Alan melihat pemandangan yang tak lazim. Ia melihat tiga orang perempuan sedang berusaha memanjat gerbang belakang kampus tersebut.

"Faiz, coba liat!" ucap Alan sambil menunjuk ke arah tiga perempuan yang sedang berusaha melewati gerbang kampus.

"Waduh, enggak salah tuh, Lan? Berani betul mereka," sahut Faiz begitu melihat ke arah yang ditunjuk Alan.

"Ya sudah, gimana kalau kita teriakin aja, yuk!" ajak Alan yang dijawab anggukan oleh Faizal.

Faizal dan Alan pun berteriak bersamaan,

"Woi!!! "

Alan sempat melihat mereka dan memberikan tatapan tajam sambil terus menggerakkan jari telunjuknya.

Setelah mendengar teriakan Alan, ketiga perempuan itu menoleh ke arahnya. Sadar perbuatan mereka itu salah, ketiganya pun langsung berlari terbirit-birit meninggalkan tempat itu.

Melihat hal tersebut Alan dan Faizal hanya bisa tertawa terbahak-bahak.

"Hahaha... perlu dikejar enggak, Lan?" tanya Faizal seraya memegangi perutnya mencoba menahan tawa.

"Hahaha.. enggak usah, itu sudah jadi shock teraphy bagi mereka," jawab Alan.

"Tapi kayaknya kalo diliat dari kaos yang mereka gunakan, mereka itu mahasiswa baru ya?" sahut Faizal.

"Sepertinya," jawab Alan.

Flashback off

Alan dan Faiz yang mengingat kejadian itu tak berhenti tertawa.

"Eh, ketawa mulu sih, masih ngebahas tentang cinlok, ya?" tanya Mauri.

"Iya, cinlok kamu sama Faiz," sahut Alan asal.

"Huh, apa sih?" langsung menoyor kepala Alan.

***

Rena, Rindu, dan Novi  pun kembali ke ruangan itu setelah mereka selesai melaksanakan urusan mereka di kamar mandi. Namun, sebelum mereka sampai...

"Aduh, kenapa rasanya masih mules ya?" ucap Rena, memegangi perutnya.

"Mang tadi kamu makan apa aja?" tanya Rindu.

"Aku cuma makan nasi kotak yang tadi aja. Belum makan apa-apa lagi," jawab Rena.

"Mungkin mulesnya bukan dari makanan kali, Na. Mulesnya karena kamu terlalu tegang," sahut Novi.

"Iya kali," sahut Rena.

"Sebenarnya bukan cuma kamu, Na. Aku juga sama," sahut Novi.

"Kalau begitu sekarang kita tarik nafas dalam-dalam bersama-sama untuk mengurangi ketegangan," ucap Rindu.

Rindu mulai menghitung, "satu.., dua..., tiga..."

Rindu yang menghitung sambil memperagakan gaya menarik nafas itu tiba-tiba...

Tut..tut...tut...

"Hahaha.." Rena dan Novi tertawa bersama-sama mendengar suara kentut milik Rindu.

"Kamu tarik nafas apa buang angin?" tanya Novi meledek Rindu sambil menutup hidungnya.

"Hahaha, maaf, kelepasan. Bis lagi nervous sih," ucap Rindu malu-malu.

***

Sementara itu di tempat lain...

"Duh, mana sih mereka? Kita mau latihan pemanasan dulu nih," ucap Iyus panik. Ia pun terus berjalan bolak-balik ke sana kemari.

"Tenang, Bro. Semua pasti lancar," sahut Alan mencoba menenangkan kepanikan Iyus.

"Iya nih, jangan muter-muter terus dong kayak setrikaan bikin kita ikut panik tau enggak?" sahut Mauri.

"Tuh, Miss Argentina dan teman-temannya udah dateng," sahut Dania saat melihat Rena, Rindu, dan Novi memasuki ruangan itu.

“Akhirnya,” gumam Iyus.

"Oke, semua. Kalau gitu aku permisi dulu ya, semoga sukses," ucap Alan seraya beranjak keluar meninggalkan tempat itu.

" Makasih, Lan," sahut Mauri.

Setelah melihat Rena, Novi, dan Rindu sudah kembali ke ruangan itu, mereka semua pun melakukan latihan pemanasan selama 10 menit sebelum mereka tampil.

****

Bersambung

Terpopuler

Comments

Siapa aku?

Siapa aku?

lanjut ah

2021-12-02

2

Kadek

Kadek

hai kk.. aku mmpir nih
ijin baca kk

2020-07-12

0

Sasa (fb. Sasa Sungkar)

Sasa (fb. Sasa Sungkar)

makin sedih ini...

4 bab like ya thor 🤗🤗

2020-07-10

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Perceraian
2 Bab 2 Kecewa
3 Bab 3 Baju Lebaran
4 Bab 4 Duka di Malam Takbir
5 Bab 5 Celoteh Haikal
6 Bab 6 Pertemuan
7 Bab 7 Pertemuan 2
8 Bab 8 Kisah Lalu
9 Bab 9 Aktor
10 Bab 10 Kena Kamu!
11 Bab 11 Renata Aja!
12 Bab 12 Latihan di DPR
13 Bab 13 Tiga Cahaya Asia
14 Bab 14 Cinlok
15 Bab 15 Teater Cinta
16 Visualisasi pemain
17 Bab 16 Kaos Bola
18 Bab 17 Kenangan Pilu
19 Bab 18 Alan vs Arka
20 Bab 19 Gol!!!
21 Bab 20 Terluka
22 Bab 21 Dia Telah Pergi
23 Bab 22 Dia Telah Pergi 2
24 Bab 23 Berikan Aku Sesuatu
25 Bab 24 Sahabat Baru
26 Bab 25 Patah Hati
27 Bab 27 Perasaan Aneh
28 Bab 28 Sang Penyelamat
29 Bab 29 Sadar
30 Bab 30 Cincin
31 Bab 31 Serangan Dadakan
32 Bab 32 Aku Menyukainya
33 Bab 33 Sesak
34 Bab 34 Menjauh
35 Bab 35 Pertikaian
36 Bab 36 Retak
37 Bab 37 Kepergian
38 Bab 38 Galau
39 Bab 39 Sesal
40 Bab 40 Perjodohan
41 Bab 41 Dewi
42 Bab 42 SMP Cinta Kasih
43 Bab 43 Sebuah Alasan
44 Bab 44 Membuka Hati
45 Bab 45 Lamaran
46 Bab 46 Bimbang
47 Bab 47 Penolakan
48 Bab 48 Kejutan
49 Bab 49 Dunia ini sempit
50 Bab 50 CLBK
51 Bab 51 Rindu
52 Bsb 52 Foto
53 Bab 53 Kisah Baru
54 Bab 54 Mengejar Cinta
55 Bab 55 Strawbery Mint
56 Bab 56 Jodi
57 Bab 57 Reuni
58 Bab 58 Jangan Bersedih
59 Bab 59 Permen Cinta
60 Bab 60 Duren
61 Bab 61 Nasi Goreng Spesial
62 Bab 62 Naya Atmaja
63 Bab 63 Obsesi Naya
64 Bab 64 Kakak Ipar
65 Bab 65 Asisten Dosen
66 Bab 66 Pemilik Hati
67 Bab 67 Perempuan Munafik
68 Bab 68 Perhatian
69 Bab 69 Wanita Penggoda
70 Bab 70 Masalah
71 Bab 71 Meriang
72 Bab 72 Aku Mencintaimu
73 Bab 73 PDKT
74 Bab 74 Nomor Ponsel
75 Bab 75 Ganas
76 Bab 76 Rencana
77 Bab 77 Pesta Penyambutan
78 Bab 78 Marah
79 Bab 79 Khawatir
80 Bab 80 Luluh
81 Bab 81 Siasat
82 Bab 82 Siasat 2
83 Bab 83 Ketahuan
84 Bab 84 Calon Menantu
85 Bab 85 Pulang
86 Bab 86 Mitos
87 Bab 87 Laporan
88 Bab 88 Cemas
89 Bab 89 Tak Disangka
90 Bab 90 Belahan Jiwa
91 Bab 91 Reuni Akbar
92 Bab 92 Izinkan Aku
93 Bab 93 Jawaban
94 Bab 94 Ketakutan
95 Bab 95 Sakit
96 Bab 96 Doa
97 Bab 97 Tantangan
98 Bab 98 Kritis
99 Bab 99 Kembali
100 Bab 100 Pernikahan (Tamat)
101 Ucapan Terima Kasih
102 Ekstra Part -Tamu Spesial
103 Ekstra Part 2-Rahasia Abi
Episodes

Updated 103 Episodes

1
Bab 1 Perceraian
2
Bab 2 Kecewa
3
Bab 3 Baju Lebaran
4
Bab 4 Duka di Malam Takbir
5
Bab 5 Celoteh Haikal
6
Bab 6 Pertemuan
7
Bab 7 Pertemuan 2
8
Bab 8 Kisah Lalu
9
Bab 9 Aktor
10
Bab 10 Kena Kamu!
11
Bab 11 Renata Aja!
12
Bab 12 Latihan di DPR
13
Bab 13 Tiga Cahaya Asia
14
Bab 14 Cinlok
15
Bab 15 Teater Cinta
16
Visualisasi pemain
17
Bab 16 Kaos Bola
18
Bab 17 Kenangan Pilu
19
Bab 18 Alan vs Arka
20
Bab 19 Gol!!!
21
Bab 20 Terluka
22
Bab 21 Dia Telah Pergi
23
Bab 22 Dia Telah Pergi 2
24
Bab 23 Berikan Aku Sesuatu
25
Bab 24 Sahabat Baru
26
Bab 25 Patah Hati
27
Bab 27 Perasaan Aneh
28
Bab 28 Sang Penyelamat
29
Bab 29 Sadar
30
Bab 30 Cincin
31
Bab 31 Serangan Dadakan
32
Bab 32 Aku Menyukainya
33
Bab 33 Sesak
34
Bab 34 Menjauh
35
Bab 35 Pertikaian
36
Bab 36 Retak
37
Bab 37 Kepergian
38
Bab 38 Galau
39
Bab 39 Sesal
40
Bab 40 Perjodohan
41
Bab 41 Dewi
42
Bab 42 SMP Cinta Kasih
43
Bab 43 Sebuah Alasan
44
Bab 44 Membuka Hati
45
Bab 45 Lamaran
46
Bab 46 Bimbang
47
Bab 47 Penolakan
48
Bab 48 Kejutan
49
Bab 49 Dunia ini sempit
50
Bab 50 CLBK
51
Bab 51 Rindu
52
Bsb 52 Foto
53
Bab 53 Kisah Baru
54
Bab 54 Mengejar Cinta
55
Bab 55 Strawbery Mint
56
Bab 56 Jodi
57
Bab 57 Reuni
58
Bab 58 Jangan Bersedih
59
Bab 59 Permen Cinta
60
Bab 60 Duren
61
Bab 61 Nasi Goreng Spesial
62
Bab 62 Naya Atmaja
63
Bab 63 Obsesi Naya
64
Bab 64 Kakak Ipar
65
Bab 65 Asisten Dosen
66
Bab 66 Pemilik Hati
67
Bab 67 Perempuan Munafik
68
Bab 68 Perhatian
69
Bab 69 Wanita Penggoda
70
Bab 70 Masalah
71
Bab 71 Meriang
72
Bab 72 Aku Mencintaimu
73
Bab 73 PDKT
74
Bab 74 Nomor Ponsel
75
Bab 75 Ganas
76
Bab 76 Rencana
77
Bab 77 Pesta Penyambutan
78
Bab 78 Marah
79
Bab 79 Khawatir
80
Bab 80 Luluh
81
Bab 81 Siasat
82
Bab 82 Siasat 2
83
Bab 83 Ketahuan
84
Bab 84 Calon Menantu
85
Bab 85 Pulang
86
Bab 86 Mitos
87
Bab 87 Laporan
88
Bab 88 Cemas
89
Bab 89 Tak Disangka
90
Bab 90 Belahan Jiwa
91
Bab 91 Reuni Akbar
92
Bab 92 Izinkan Aku
93
Bab 93 Jawaban
94
Bab 94 Ketakutan
95
Bab 95 Sakit
96
Bab 96 Doa
97
Bab 97 Tantangan
98
Bab 98 Kritis
99
Bab 99 Kembali
100
Bab 100 Pernikahan (Tamat)
101
Ucapan Terima Kasih
102
Ekstra Part -Tamu Spesial
103
Ekstra Part 2-Rahasia Abi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!