Setelah penampilan Alan dan Dewi, layar panggung pertunjukkan pun ditutup. Dari belakang terdengar sahutan seseorang yang suaranya sudah tak asing di telinga Rena, Novi, dan Rindu.
"Rena, Rindu, Novi, di sini rupanya kalian!" sahut seseorang dari belakang membuat Rena, Rindu, dan Novi menoleh bersamaan ke asal suara itu.
"Eh, Kak Iyus," sahut Rena.
"Kak Iyus, Kak Iyus! Kalian lupa kalau sebentar lagi kita juga harus tampil! Malah asyik di sini!" sahut Iyus sedikit jengkel saat menghampiri mereka bertiga.
Mendengar ucapan Iyus, Rena, Rindu, dan Novi pun saling bertatap satu sama lain.
"O, iya, ya.... Kami benar-benar lupa, Kak Iyus, maaf," sahut Rindu yang diberi anggukan oleh Rena dan Novi.
"Ya sudah, sekarang ikuti saya ke balik panggung!" ajak Iyus masih sedikit kesal.
Rena, Rindu, dan Novi pun mengikuti langkah kaki Iyus menuju ke ruangan yang ada di balik layar.
"Kalian itu dari tadi saya cari-cari tau! Untung saya sudah bilang sama panitia yang lain untuk memundurkan penampilan kita, sesudah makan siang saja nanti," omel Iyus sambil terus berjalan menuju ruangan.
"Maaf," ucap Rindu, Novi, dan Rena serempak sambil memasang muka memelas.
"Maaf, maaf! Kamu juga Rena, mana baju yang saya kasih, kenapa belum dipakai?" bentak Iyus saat menoleh ke arah mereka bertiga yang dari tadi berjalan di belakang Iyus. Rena nampak kaget melihat sikap Iyus. Dia yang biasa penuh canda tawa kini bisa begitu garang.
"Ini ada dalam tas, Kak. Sekarang juga aku pakai," jawab Rena gugup dan langsung mengeluarkan kaos seragam Argentina yang ada di dalam tasnya. Kemudian tanpa pikir panjang lagi Rena langsung memakai kaos itu di hadapan Iyus.
Kaos yang dipakai Rena tampak kebesaran di badannya. Namun, ia tak mau pusing dengan itu semua karena baginya itu lebih baik dari pada ia harus mendengar omelan yang tak ada habisnya dari Iyus.
Melihat Rena memakai kaos yang nampak kebesaran di badannya itu membuat kemarahan dan kejengkelan Iyus seketika itu juga sirna, berganti dengan rasa geli. Ia melihat Rena tampak lucu dengan baju itu. Ia pun berusaha menahan tawanya.
"Ya sudah, sekarang kita masuk ke ruangan itu. Teman-teman yang lain sudah menunggu di sana," ajak Iyus saat tiba di depan sebuah ruangan yang berada persis di belakang panggung.
Begitu masuk ke dalam ruangan, Iyus langsung mendapat sambutan dari Alan yang kebetulan juga ada di ruangan itu.
"Hey, bro, gimana ketemu enggak sama anak- anaknya?" tanya Alan dengan wajah ceria seperti biasa.
Iyus tidak menjawab. Ia hanya melempar pandangannya ke arah Rindu, Rena, dan Novi yang berjalan di belakangnya.
Melihat mereka bertiga masuk ke dalam ruangan, Alan pun menghampiri ketiganya.
"Aku pikir tadinya kalian bakal kabur lagi lewat gerbang belakang," sindir Alan dengan memasang senyum manisnya. Senyum yang tampak menjengkelkan di mata Rena.
"Enggak, Kak. Tadi kami cuma ngeliat penampilan ekskul fakultas kita. Sekalian menghilangkan rasa nervous," sahut Novi.
"Iya, Kak. Kami juga tadi sempet ngeliat penampilan kakak barusan. Kakak tuh tadi keren banget," puji Rindu dengan mengacungkan kedua jempolnya.
"Makasih, aku memang selalu keren," sahut Alan membanggakan diri.
Kemudian, Alan mengalihkan pandangannya ke arah Rena. Ia memperhatikan penampilan Rena yang tampak lucu dengan kaos yang kebesaran di badannya.
"Kamu cocok juga pakai kaos itu," ucap Alan dengan senyum yang memperlihatkan kedua lesung di pipinya.
"Makasih," jawab Rena ketus.
"Oh ya, kalian sudah makan siang belum? Kalau belum, makanlah dulu karena satu jam lagi kalian akan tampil," sahut Alan sambil melihat jam yang ada di tangan kirinya.
"Belum, Kak," jawab Rindu semangat.
"Boy, tolong berikan nasi kotaknya," perintah Alan.
Boy lekas memberikan tiga bungkus nasi kotak pada Rindu, Rena, dan Novi. Mereka pun menerima nasi kotak itu dan langsung menikmati makan siangnya di kursi belakang paling pojok ruangan itu.
Tak lama Faizal masuk ke dalam ruangan itu.
"Halo semua, serius amat nih makannya," sahut Faizal menghampiri Iyus dan Alan.
"Eh, gimana, Lan? Kayaknya bakalan cinlok nih," tanya Faiz yang langsung duduk dekat Alan.
"Maksudnya apa, Bro? Datang-datang langsung ngomongin cinlok, kebanyakan makan cilok, kamu, ya?" sahut Alan.
"Alah pake ngeles! Di luar udah rame, Lan," sahut Faiz.
"Bener tuh Lan, waktu kamu tampil sama Dewi. Wuih, heboh, pada rame banget pada bilang kalian tuh, kayak Romeo and Juliet," sahut Mauri yang dari tadi sibuk makan.
"Eh, nyambung aja, sih, Ndut," timpal Faiz.
"Apa kutilang?!" sahut Mauri sambil melotot ke arah Faiz.
"Tapi bener kata Faiz sama Mauri, kalian tuh cocok banget, dan kayaknya Dewi juga ada rasa sama kamu tuh Lan," sambung Dania.
"Rasa apa? Manis, asam, asin, pahit, atau pedas," tanya Alan sambil cengar cengir.
"Ah, gak bisa serius banget sih kamu, Lan," sahut Bela ikut menimpali.
Saat mereka tengah asyik berbincang tentang Alan dan Dewi, tiba-tiba Rena, Rindu, dan Novi beranjak dari kursinya dan hendak keluar dari ruangan itu.
"Eh, mau ke mana lagi kalian?" tanya Iyus sambil melotot ke arah Rena, Rindu, dan Novi.
"Ke toilet, Kak," sahut Rena.
"Ya sudah, 5 menit," ucap Iyus.
"Bentar banget itu mah cuma buat kentut doang, " sahut Rindu.
"Oke, 15 menit gak ada tawar menawar lagi, bentar lagi kita tampil," sahut Iyus.
"Iya," jawab Rena, Rindu, dan Novi serempak sambil berjalan meninggalkan ruangan itu.
"Galak banget sih, Pak sutradara," ledek Alan.
"Biarin," sahut Iyus melanjutkan makannya.
"Eh, Lan, kok wajah mereka kayaknya gak asing, ya?" tanya Faizal pelan ketika melihat Rena, Rindu, dan Novi keluar dari ruangan itu.
Mendengar ucapan Faizal, Alan pun membisikkan sesuatu ke telinganya.
"Serius?! Jadi yang kemarin itu mereka?" tanya Faizal yang tampak tak percaya dan Alan menjawab pertanyaan Faizal dengan anggukan.
Flashback on
Saat itu Alan dan Faizal keluar dari kamar kost mereka yang berada di belakang kampus. Mereka hendak mencari makan untuk mengisi perut yang lapar. Mereka bermaksud membeli makanan di warung yang berada di belakang gerbang kampus.
Saat melewati gerbang belakang kampus, dari kejauhan Alan melihat pemandangan yang tak lazim. Ia melihat tiga orang perempuan sedang berusaha memanjat gerbang belakang kampus tersebut.
"Faiz, coba liat!" ucap Alan sambil menunjuk ke arah tiga perempuan yang sedang berusaha melewati gerbang kampus.
"Waduh, enggak salah tuh, Lan? Berani betul mereka," sahut Faiz begitu melihat ke arah yang ditunjuk Alan.
"Ya sudah, gimana kalau kita teriakin aja, yuk!" ajak Alan yang dijawab anggukan oleh Faizal.
Faizal dan Alan pun berteriak bersamaan,
"Woi!!! "
Alan sempat melihat mereka dan memberikan tatapan tajam sambil terus menggerakkan jari telunjuknya.
Setelah mendengar teriakan Alan, ketiga perempuan itu menoleh ke arahnya. Sadar perbuatan mereka itu salah, ketiganya pun langsung berlari terbirit-birit meninggalkan tempat itu.
Melihat hal tersebut Alan dan Faizal hanya bisa tertawa terbahak-bahak.
"Hahaha... perlu dikejar enggak, Lan?" tanya Faizal seraya memegangi perutnya mencoba menahan tawa.
"Hahaha.. enggak usah, itu sudah jadi shock teraphy bagi mereka," jawab Alan.
"Tapi kayaknya kalo diliat dari kaos yang mereka gunakan, mereka itu mahasiswa baru ya?" sahut Faizal.
"Sepertinya," jawab Alan.
Flashback off
Alan dan Faiz yang mengingat kejadian itu tak berhenti tertawa.
"Eh, ketawa mulu sih, masih ngebahas tentang cinlok, ya?" tanya Mauri.
"Iya, cinlok kamu sama Faiz," sahut Alan asal.
"Huh, apa sih?" langsung menoyor kepala Alan.
***
Rena, Rindu, dan Novi pun kembali ke ruangan itu setelah mereka selesai melaksanakan urusan mereka di kamar mandi. Namun, sebelum mereka sampai...
"Aduh, kenapa rasanya masih mules ya?" ucap Rena, memegangi perutnya.
"Mang tadi kamu makan apa aja?" tanya Rindu.
"Aku cuma makan nasi kotak yang tadi aja. Belum makan apa-apa lagi," jawab Rena.
"Mungkin mulesnya bukan dari makanan kali, Na. Mulesnya karena kamu terlalu tegang," sahut Novi.
"Iya kali," sahut Rena.
"Sebenarnya bukan cuma kamu, Na. Aku juga sama," sahut Novi.
"Kalau begitu sekarang kita tarik nafas dalam-dalam bersama-sama untuk mengurangi ketegangan," ucap Rindu.
Rindu mulai menghitung, "satu.., dua..., tiga..."
Rindu yang menghitung sambil memperagakan gaya menarik nafas itu tiba-tiba...
Tut..tut...tut...
"Hahaha.." Rena dan Novi tertawa bersama-sama mendengar suara kentut milik Rindu.
"Kamu tarik nafas apa buang angin?" tanya Novi meledek Rindu sambil menutup hidungnya.
"Hahaha, maaf, kelepasan. Bis lagi nervous sih," ucap Rindu malu-malu.
***
Sementara itu di tempat lain...
"Duh, mana sih mereka? Kita mau latihan pemanasan dulu nih," ucap Iyus panik. Ia pun terus berjalan bolak-balik ke sana kemari.
"Tenang, Bro. Semua pasti lancar," sahut Alan mencoba menenangkan kepanikan Iyus.
"Iya nih, jangan muter-muter terus dong kayak setrikaan bikin kita ikut panik tau enggak?" sahut Mauri.
"Tuh, Miss Argentina dan teman-temannya udah dateng," sahut Dania saat melihat Rena, Rindu, dan Novi memasuki ruangan itu.
“Akhirnya,” gumam Iyus.
"Oke, semua. Kalau gitu aku permisi dulu ya, semoga sukses," ucap Alan seraya beranjak keluar meninggalkan tempat itu.
" Makasih, Lan," sahut Mauri.
Setelah melihat Rena, Novi, dan Rindu sudah kembali ke ruangan itu, mereka semua pun melakukan latihan pemanasan selama 10 menit sebelum mereka tampil.
****
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Siapa aku?
lanjut ah
2021-12-02
2
Kadek
hai kk.. aku mmpir nih
ijin baca kk
2020-07-12
0
Sasa (fb. Sasa Sungkar)
makin sedih ini...
4 bab like ya thor 🤗🤗
2020-07-10
0