Bab 6 Pertemuan

Langkahku mungkin telah menjauh. Namun, saat setelah kutemukan semua jawabannya, aku pasti kembali

...****...

Alan pov

Rasanya aku memang tidak pernah bisa menolak keinginan Mamaku tersayang. Wanita cantik yang sangat penting dalam kehidupanku di dunia ini.

Setiap kami bertemu, pasti Mama akan selalu merajuk seperti layaknya anak kecil agar aku mau mengantarnya berbelanja. Hobi yang tidak begitu disukai Papa dari Mama tentunya. Bukan karena hobi itu menguras dompetnya karena bagi Papa uang tidak begitu jadi masalah. Akan tetapi, keberatan Papa lantaran Papa menganggap hobi yang satu ini sangat menguras banyak waktunya. Itulah sebabnya setiap kedatanganku, Papa akan menjadikanku sebagai andalannya untuk menolak ajakan Mama.

Aku akui karena kesibukanku, aku jarang sekali berkunjung ke rumah orang tuaku. Terlebih lagi karena aku sangat enggan mendengar pertanyaan Mama yang sering diajukannya berulang-ulang.

"Lan, kapan kamu akan mencarikan Mama menantu baru?" tanya Mama Lana.

Tuh, kan mulai lagi, Mama, Mama, sampai kapan akan terus bertanya tentang itu kepadaku (Pikir Alan)

"Alan, kok kamu enggak jawab sih," sahut Mama dengan nada tinggi.

Aku pun hanya bisa menunjukkan senyum simpul sebelum menjawab pertanyaan Mama.

"Jawaban Alan masih sama, Mama Cantik. Alan masih menanti calon menantu baru Mamah. Jadi yang sabar ya, Mama, ga perlu tanya hal itu terus menerus pada Alan karena Alan pastikan kalo Alan sudah bertemu dengan calon yang sesuai, Alan pasti akan segera mengenalkannya sama Mama." Jawabku.

"Tapi jangan cuma dinanti dong, Alan. Cari dong!" keluh Mama

"Terus Alan harus mencari ke mana Mama? Jodoh itu kan sudah ada di tangan Tuhan, " jawabku.

"Iya, Mama tahu, tapi kamu juga harus ada ikhtiar untuk mendapatkannya Alan Sayang. Dan kalau kamu memang tidak mau mencarinya. Biar Mama sendiri aja yang akan mencarikannya untukmu. Kamu tinggal sebutkan saja kriteria yang kamu inginkan, " ucap Mama.

"Aduh, Mama, Mama... selalu saja memaksa. Ya udah, sekarang semua terserah Mama aja deh. Nanti, Mama bawakan saja wanita yang menurut Mama cocok untuk Alan, tapi Alan enggak janji bakal langsung nerima dia," ucapku mengalah.

Mama yang mendengar jawabanku tampak senang. Hal itu terlihat dari senyum manisnya yang penuh dengan kemenangan.

"Ma, apa masih banyak barang belanjaan yang harus dibeli?" tanyaku sudah mulai merasa bosan.

"Maksud kamu apa Alan? Lihat troli Mama aja isinya masih sedikit," jawab Mama seraya menunjuk troli yang dibawanya yang baru terisi separuhnya.

"Oke, kalau begitu Mama lanjutin belanjanya dan Alan mau keluar dulu. Alan bosan di sini. Nanti, Mama tinggal telepon Alan aja kalau sudah selesai, dan ini pakai aja kartu Alan," sahutku seraya memberikan kartu debit milikku ke tangan Mama.

Setelah itu, aku pun bergegas pergi meninggalkan Mama keluar dari supermarket. Karena aku sudah benar-benar mulai merasa jenuh di tempat itu. Setelah keluar dari supermarket, aku pun mengambil langkahku ke area 'Power Zone' yang letaknya berada di depan supermarket.

'Power Zone' adalah tempat yang dipenuhi berbagai macam jenis permainan. Mulai dari mainan untuk anak-anak hingga orang dewasa. Aku memang sering menghabiskan waktuku di sana setiap kali rasa bosan melanda, selain di perpustakaan tentunya.

Aku mengeluarkan selembar uang dari dalam dompetku dan sebuah kartu bertuliskan "Power Zone". Lalu, aku menyerahkan kartu tersebut pada kasir yang berada di depanku.

"Kartu Anda sudah selesai diisi ulang, Pak. Silakan nikmati berbagai macam permainan di tempat kami, terima kasih," sahut pelayan kasir tadi dengan senyum ramahnya.

Selesai kartunya diisi, aku berjalan menuju arena bermain "Power Zone". Namun, langkah kaki ini terhenti saat aku bertemu dua orang bocah yang terlihat sedang bertengkar.

"Kamu ini gimana? Kok uangnya bisa hilang sih, Dek? Kalau Mama tau Mama pasti marah," sahut gadis kecil berkulit putih dengan rambut yang bergelombang.

"Ikal, enggak tau Kakak, kenapa uangnya bisa hilang? Tadi seingat Ikal, Ikal udah masukin ke saku belakang celana Ikal," jawab seorang bocah laki-laki yang memiliki bentuk rambut yang sama dengan gadis itu, namun badan yang lebih kecil.

"Terus gimana kita jadi nggak bisa main dong?" tanya gadis itu kesal.

"Kita minta lagi aja, yuk ke Mamah," sahut bocah itu membujuk Kakaknya.

"Hus, kasihan Mama, Dek! Mama kan sekarang lagi nggak punya banyak uang. Lagian kamu sih.. dari awal Kakak bilang biar Kakak aja yang pegang uangnya," sahut gadis itu dengan wajah cemberut.

Mendengar percakapan dua kakak beradik itu hatiku merasa tidak tega. Aku pun berjalan menghampiri keduanya.

"Hai, Kakak adik, ada apa? Kok malah bertengkar di sini," sapaku kepada kedua anak itu dengan sedikit membungkukkan badan agar sejajar dengan mereka.

"Apa Om bisa mencarikan uang kami yang hilang?" jawab gadis kecil tadi.

"Memang hilang di mana dan untuk apa uang itu?" tanyaku pada gadis kecil yang entah kenapa saat memandangnya aku merasa dia sangat mirip dengan seseorang dari masa laluku.

"Untuk main di sini, Om," jawab anak laki-laki di sebelahnya

"Dan kami nggak tau hilang di mana uang itu, Om. Kalau tau juga pasti sudah ketemu dari tadi, " sahut gadis kecil tadi dengan wajah yang sedih.

"Kalau gitu, kita main bareng, yuk! Om, punya kartu ini," sahutku seraya menunjukkan kartu 'Power Zone' kepada kedua anak itu yang membuat mereka berrdua saling memandang satu dengan lainnya seolah tak mempercayai apa yang aku tawarkan.

"Om, beneran?" tanya anak laki-laki itu.

"Iya, tentu saja," jawabku singkat yang membuat kedua anak itu melompat kegirangan.

"Tapi sebelumnya, Om ingin tau dulu nama-nama kalian," tanyaku

"Tentu saja, Om. Namaku Hana dan ini adikku Haikal," jawab gadis kecil tadi dengan penuh semangat.

"Baiklah, Hana, Haikal, mari kita bermain sekarang," ajak ku sambil menggandeng tangan keduanya.

"Yeayy," teriak keduanya girang.

Kami pun mulai memasuki arena bermain, memilih permainan yang kami inginkan satu persatu. Aku merasa senang melihat kedua anak itu bahagia. Canda tawa menghias wajah keduanya.

"Om, kita ngedance bareng yuk," ajak Hana menunjuk salah satu permainan yang ada di depan kami. Aku pun menganggukkan kepala mengiyakan permintaan Hana.

Kami pun melakukan tarian bersama di lantai dansa permainan. Berbagai gerakan aneh dilakukan Haikal, bocah kecil yang terlihat masih sangat polos itu, membuat kami bertiga tertawa bersama. Selesai dengan permainan itu, aku pun mengajak mereka untuk bermain basket bersama, mereka melempar bola basket itu ke keranjangnya dengan sangat antusias. Sayangnya, tubuh Haikal yang pendek membuatnya berkali-kali gagal memasukan bola ke dalam keranjang. Akhirnya, kuangkat badan kecilnya dan membantunya memasukan bola itu ke dalam keranjang dan ternyata usahaku tadi membuahkan hasil. Haikal pun berhasil memasukan bola basket itu beberapa kali ke dalam keranjangnya.

"Yeaay, makasih, Om," sahutnya penuh semangat.

Tanpa terasa waktu berlalu begitu cepat. Hampir semua permainan telah kami coba, hingga entah berapa banyak kartu 'Power Zone' yang kami dapatkan.

"Om, kita foto box, yuk!" ajak Hana.

Kami bertiga pun foto bersama dengan berbagai macam gaya. Hasil foto dari foto-foto tersebut kami bagi menjadi dua.

"Ini untuk Om, dan ini untuk kalian, simpan sebagai kenang-kenangan ya," sahutku sambil memberikan beberapa lembar foto pada Hana dan Haikal.

"Makasih, Om, baik banget," sahut Hana

"Sam-sama kalau begitu sekarang kita beli camilan, yuk! Tapi, sebelumnya kita tukarkan kartu-kartu ini," ajakku pada Hana dan Haikal yang dijawab anggukkan oleh keduanya.

Aku pun menukarkan kartu-kartu itu dengan sebuah boneka dan robot kecil. Lalu, kuberikan kepada keduanya.

"Makasih, Om," jawab keduanya secara serempak.

Setelah kami puas bermain, aku mengajak Hana dan Haikal untuk membeli berbagai macam camilan dan eskrim yang tersedia di tempat itu. Setelah itu, kami pun menikmati eskrim dan camilan itu bersama. Mereka terlihat sangat senang dan itu membuatku ikut merasa bahagia.

"Hana, Haikal," sahut suara lembut dari kejauhan memanggil nama kedua anak tadi. Kami pun menoleh secara bersamaan ke arah suara tadi.

Deg

Jantungku berdetak kencang, saat melihat sosok wanita yang tak asing bagiku.

***

Bersambung

Selalu dukung karya author ya.. dengan like, vote, dan jadikan favorit.. Baca juga cerita "Mengaku Tunangan CEO". Terima kasih 😘💕😘💕😘💕

Terpopuler

Comments

Elisabeth Ratna Susanti

Elisabeth Ratna Susanti

hadir 😍

2021-11-17

2

Rena

Rena

Akhirnya mereka dipertemukan

2021-07-04

4

Yana Picisan

Yana Picisan

Semangat kak

2020-08-08

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Perceraian
2 Bab 2 Kecewa
3 Bab 3 Baju Lebaran
4 Bab 4 Duka di Malam Takbir
5 Bab 5 Celoteh Haikal
6 Bab 6 Pertemuan
7 Bab 7 Pertemuan 2
8 Bab 8 Kisah Lalu
9 Bab 9 Aktor
10 Bab 10 Kena Kamu!
11 Bab 11 Renata Aja!
12 Bab 12 Latihan di DPR
13 Bab 13 Tiga Cahaya Asia
14 Bab 14 Cinlok
15 Bab 15 Teater Cinta
16 Visualisasi pemain
17 Bab 16 Kaos Bola
18 Bab 17 Kenangan Pilu
19 Bab 18 Alan vs Arka
20 Bab 19 Gol!!!
21 Bab 20 Terluka
22 Bab 21 Dia Telah Pergi
23 Bab 22 Dia Telah Pergi 2
24 Bab 23 Berikan Aku Sesuatu
25 Bab 24 Sahabat Baru
26 Bab 25 Patah Hati
27 Bab 27 Perasaan Aneh
28 Bab 28 Sang Penyelamat
29 Bab 29 Sadar
30 Bab 30 Cincin
31 Bab 31 Serangan Dadakan
32 Bab 32 Aku Menyukainya
33 Bab 33 Sesak
34 Bab 34 Menjauh
35 Bab 35 Pertikaian
36 Bab 36 Retak
37 Bab 37 Kepergian
38 Bab 38 Galau
39 Bab 39 Sesal
40 Bab 40 Perjodohan
41 Bab 41 Dewi
42 Bab 42 SMP Cinta Kasih
43 Bab 43 Sebuah Alasan
44 Bab 44 Membuka Hati
45 Bab 45 Lamaran
46 Bab 46 Bimbang
47 Bab 47 Penolakan
48 Bab 48 Kejutan
49 Bab 49 Dunia ini sempit
50 Bab 50 CLBK
51 Bab 51 Rindu
52 Bsb 52 Foto
53 Bab 53 Kisah Baru
54 Bab 54 Mengejar Cinta
55 Bab 55 Strawbery Mint
56 Bab 56 Jodi
57 Bab 57 Reuni
58 Bab 58 Jangan Bersedih
59 Bab 59 Permen Cinta
60 Bab 60 Duren
61 Bab 61 Nasi Goreng Spesial
62 Bab 62 Naya Atmaja
63 Bab 63 Obsesi Naya
64 Bab 64 Kakak Ipar
65 Bab 65 Asisten Dosen
66 Bab 66 Pemilik Hati
67 Bab 67 Perempuan Munafik
68 Bab 68 Perhatian
69 Bab 69 Wanita Penggoda
70 Bab 70 Masalah
71 Bab 71 Meriang
72 Bab 72 Aku Mencintaimu
73 Bab 73 PDKT
74 Bab 74 Nomor Ponsel
75 Bab 75 Ganas
76 Bab 76 Rencana
77 Bab 77 Pesta Penyambutan
78 Bab 78 Marah
79 Bab 79 Khawatir
80 Bab 80 Luluh
81 Bab 81 Siasat
82 Bab 82 Siasat 2
83 Bab 83 Ketahuan
84 Bab 84 Calon Menantu
85 Bab 85 Pulang
86 Bab 86 Mitos
87 Bab 87 Laporan
88 Bab 88 Cemas
89 Bab 89 Tak Disangka
90 Bab 90 Belahan Jiwa
91 Bab 91 Reuni Akbar
92 Bab 92 Izinkan Aku
93 Bab 93 Jawaban
94 Bab 94 Ketakutan
95 Bab 95 Sakit
96 Bab 96 Doa
97 Bab 97 Tantangan
98 Bab 98 Kritis
99 Bab 99 Kembali
100 Bab 100 Pernikahan (Tamat)
101 Ucapan Terima Kasih
102 Ekstra Part -Tamu Spesial
103 Ekstra Part 2-Rahasia Abi
Episodes

Updated 103 Episodes

1
Bab 1 Perceraian
2
Bab 2 Kecewa
3
Bab 3 Baju Lebaran
4
Bab 4 Duka di Malam Takbir
5
Bab 5 Celoteh Haikal
6
Bab 6 Pertemuan
7
Bab 7 Pertemuan 2
8
Bab 8 Kisah Lalu
9
Bab 9 Aktor
10
Bab 10 Kena Kamu!
11
Bab 11 Renata Aja!
12
Bab 12 Latihan di DPR
13
Bab 13 Tiga Cahaya Asia
14
Bab 14 Cinlok
15
Bab 15 Teater Cinta
16
Visualisasi pemain
17
Bab 16 Kaos Bola
18
Bab 17 Kenangan Pilu
19
Bab 18 Alan vs Arka
20
Bab 19 Gol!!!
21
Bab 20 Terluka
22
Bab 21 Dia Telah Pergi
23
Bab 22 Dia Telah Pergi 2
24
Bab 23 Berikan Aku Sesuatu
25
Bab 24 Sahabat Baru
26
Bab 25 Patah Hati
27
Bab 27 Perasaan Aneh
28
Bab 28 Sang Penyelamat
29
Bab 29 Sadar
30
Bab 30 Cincin
31
Bab 31 Serangan Dadakan
32
Bab 32 Aku Menyukainya
33
Bab 33 Sesak
34
Bab 34 Menjauh
35
Bab 35 Pertikaian
36
Bab 36 Retak
37
Bab 37 Kepergian
38
Bab 38 Galau
39
Bab 39 Sesal
40
Bab 40 Perjodohan
41
Bab 41 Dewi
42
Bab 42 SMP Cinta Kasih
43
Bab 43 Sebuah Alasan
44
Bab 44 Membuka Hati
45
Bab 45 Lamaran
46
Bab 46 Bimbang
47
Bab 47 Penolakan
48
Bab 48 Kejutan
49
Bab 49 Dunia ini sempit
50
Bab 50 CLBK
51
Bab 51 Rindu
52
Bsb 52 Foto
53
Bab 53 Kisah Baru
54
Bab 54 Mengejar Cinta
55
Bab 55 Strawbery Mint
56
Bab 56 Jodi
57
Bab 57 Reuni
58
Bab 58 Jangan Bersedih
59
Bab 59 Permen Cinta
60
Bab 60 Duren
61
Bab 61 Nasi Goreng Spesial
62
Bab 62 Naya Atmaja
63
Bab 63 Obsesi Naya
64
Bab 64 Kakak Ipar
65
Bab 65 Asisten Dosen
66
Bab 66 Pemilik Hati
67
Bab 67 Perempuan Munafik
68
Bab 68 Perhatian
69
Bab 69 Wanita Penggoda
70
Bab 70 Masalah
71
Bab 71 Meriang
72
Bab 72 Aku Mencintaimu
73
Bab 73 PDKT
74
Bab 74 Nomor Ponsel
75
Bab 75 Ganas
76
Bab 76 Rencana
77
Bab 77 Pesta Penyambutan
78
Bab 78 Marah
79
Bab 79 Khawatir
80
Bab 80 Luluh
81
Bab 81 Siasat
82
Bab 82 Siasat 2
83
Bab 83 Ketahuan
84
Bab 84 Calon Menantu
85
Bab 85 Pulang
86
Bab 86 Mitos
87
Bab 87 Laporan
88
Bab 88 Cemas
89
Bab 89 Tak Disangka
90
Bab 90 Belahan Jiwa
91
Bab 91 Reuni Akbar
92
Bab 92 Izinkan Aku
93
Bab 93 Jawaban
94
Bab 94 Ketakutan
95
Bab 95 Sakit
96
Bab 96 Doa
97
Bab 97 Tantangan
98
Bab 98 Kritis
99
Bab 99 Kembali
100
Bab 100 Pernikahan (Tamat)
101
Ucapan Terima Kasih
102
Ekstra Part -Tamu Spesial
103
Ekstra Part 2-Rahasia Abi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!