Reza oh Reza. Bagaiamana senewennya dirimu bila orang yang engkau kagumi tidak punya rasa padamu. Bisik hati Reza.
Sudah lama dirinya ingin bicara pada Dinda, tentang apa yang tersimpan di hatinya. Tapi mengapa keberanian itu tak pernah bisa dia muncullah. Pikirannya menjadi kalut sendiri. Mau nembak takut ditolak.
"Dinda, kita ke perpustakaan yuk ...!"
"Boleh, tapi kak Reza jalan duluan."jawab Dinda. Tanpa disadari telah membuat Reza merasa diabaikan.
"Sebentar, aku mau telpon kakak Alfath dulu." Sejenak dahi Reza berkerut. Tapi dia mencoba memahaminya. Dan dia berlalu dengan hati kecewa.
Reza menyusuri koridor menuju ruang perpustakaan seorang diri. Meninggalkan Dinda yang tengah serius berbincang-bincang dengan kakaknya yang bernama Alfath melalui telpon.
"Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh. Kak ..."
"Tolong pulangnya jemput bik Sumi di rumahnya ya ...."
"Iya Kak, tadi sudah sanggup...."
"Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh"
Lalu ditutupnya hp. Dan Dinda baru sadar, kalau Reza kecewa. Dan dengan hati gelisah, dia meninggalkan dirinya. Untunglah Reza berjalan belum terlalu jauh.
"Kak Reza, tunggu ...!" panggil Dinda.
"Kak Reza marah ya...." Menyadari Reza membisu, Dinda menjadi salah tingkah. Dan mencoba minta maaf.
Hati Reza akhirnya luluh. Melihat sikap Dinda yang polos.
"Untuk kamu, sulit untuk marah. Sudah, kita ke perpustakaan yuk ...!" Segera Reza menepis kegelisahannya dengan senyum yang menawan. Tapi sayangnya luput dari perhatian Dinda yang berjalan sambil mengamati tanaman anggrek kuning yang menempel di pohon mangga.
Mereka berjalan beriringan menuju perpustakaan dengan diam. Senyap tanpa suara. Hingga mereka tiba di dalam perpustakaan. Mereka memilih buku bacaan yang mereka inginkan dalam keheningan.
Entah mengapa Dinda tertarik untuk menuju rak buku yang berkaitan dengan psykology anak. Bukan buku-buku religi yang biasa dia baca.
"Tumben, kamu pilih buku psikologi." tanya Reza mengagetkan Dinda. Dia mencoba menyembunyikan buku tersebut, tapi terlambat. Reza sudah melihatnya.
"Salah ya...?" tampak wajahnya menyembunyikan rasa malu. Membuat Reza tersenyum.
"Nggak ada yang salah. Justru baik. Mulai bergelut di dunia anak-anak. Sepertinya sudah siap jadi mommy?" kata Reza sekedar menggoda. Membuat Dinda cemberut.
"Sudah jadi koki handal, pengusaha, sekarang psikolog. Hebat ... pastinya beruntung sekali orang yang pendapatmu. Andai itu aku ... " dia coba ungkap perasaannya dengan samar.
"Wow ..." teriak Dinda. Membuat penghuni yang lain merasa terganggu. Dan menegurnya dengan isyarat jari di mulut, tanda untuk diam dan tidak berisik.
"Kok wow ... Apa ada yang salah?" kata Reza sambil tersenyum. Membuat Dinda menahan tawa.
"Kak Reza terlalu berlebih-lebihan." Terlihat Dinda tersipu malu.
"Memang benar adanya."kawan Reza sambil mengangkat kedua alisnya.
"Andai ... itukan hayalan. Dan khayalan adalah permainan setan, Kak Reza." jawab Dinda lembut, agar tak menganggu orang-orang yang sedang membaca di perpustakaan ini.
"Maaf kak Reza. Aku ke sana dulu ya ..." kata Dinda sambil berlalu, meninggalkan Reza yang masih memilih-pilih buku yang akan dibacanya.
Entah mengapa minat membacanya jadi hilang. Dia perhatikan Dinda yang sedang asyik dengan bukunya. Tanpa pikir panjang dia mengambil sebuah buku tanpa melihat judulnya terlebih dahulu. Dan berjalan berlahan menghampirinya. Dengan tenang duduk di hadapannya.
Dia ingin, sangat ingin untuk mengungkapkan perasaannya selama ini yang dia simpan teramat rapat di sisi hatinya yang paling dalam. Berlahan mengambil nafas dan mengeluarkannya dengan teratur.
"Dinda, boleh aku bicara?" tanya Reza. Membuat Dinda menghentikan bacaannya.
"Tentang apa Kak. Jangan membuatku risau gini ah ..." kata Dinda dengan penasaran.
"Begini Din ... Sudah sejak pertama aku ..." berat rasanya mengungkapkan rasa, membuat lidahnya kelu hingga dia tak mampu melanjutkan kata-katanya.
"Ya ...." kata Dinda menunggu kalimat lanjutan yang lama terpotong.
"Ya ... alhamdulillah kamu sudah mengerti." kata Reza bersorak gembira.
"Ya ... Aku tunggu kalimat selanjutnya. Gimana mau ngerti kalau terpotong begini." kata Dinda menjelaskan.
"Din ... Kamu menganggapku sebagai apa?"kata Reza yang membuat Dinda makin bingung.
"Sebagai apa ...?" Dinda makin dibuat berkerut dahinya.
"Maksud kak Reza apa, aku bingung sama pertanyaan kak Reza dech."
"Sudah ... sudah. Kapan-kapan saja aku jelaskan." jawab Reza salah tingkah. Dan membuat Dinda semakin penasaran.
"Kak Reza. To the point saja dech!" kata Dinda tanpa malu.
"Baiklah kali begitu, ... Bolehkah aku jadi pacarmu." akhirnya keluar juga kata-kata itu. Namun diluar sangkanya malah membuat Dinda tertawa.
Karena di perpustakaan, maka tertawanya ditahan dengan tangan untuk menutup mulutnya. Membuat Reza salah tingkah.
"Hanya itu?"
"Tak bolehkah ?"
Dinda hanya tersenyum menanggapinya.
"Ada saja kak Reza ini..." jawab Dinda.
"Bukan begitu kak .... Sejak kapan kakak mengenal kata pacar. Aku benar-benar heran. Bukankah kita sudah diajarkan bahwa pacar kita itu pasangan yang sudah halal. ya suami atau istri."
"Ups ... maafkan aku." kata Reza salah tingkah.
"Tak apa-apa, Kak. Aku menganggapnya nggak serius kok." jawab Dinda terus terang.
"Jadi kak Reza tak apa-apa kan kalau aku tolak. Karena bukan masanya." lanjutnya.
"Aku mengerti, Dinda." jawab Reza kecewa.
"Untuk sementara ini aku mengganggap kak Reza hanya sebagai saudara. Saudara seiman. Nggak lebih. Boleh ya ...?" kata Dinda.
"Tapi Din. Tak bolehkah aku menjadi saudara yang bisa mengisi hatimu?"Dinda kaget. Tapi disembunyikaannya rasa itu dalam senyumannya.
"Kak Reza. Bolehkah saat ini kita tidak membicarakan itu. Dan aku nyaman kalau kakak sebagai kakakku saja."
"Tak pantaskah aku menjadi imammu...?"
"Kak Reza, jangan membuat diriku resah dengan pertanyaan itu." jawab Dinda bingung.
"Kak Reza terlalu baik untuk saya ..." jawab Dinda semakin bingung. Terlihat kesedihan di wajahnya.
"Maafkan diriku, Dinda. Yang telah membuat dirimu bingung." kata Reza dengan lembut mencoba menenangkan hati Dinda.
Dinda mengangguk pelan.
Ada sedikit kekecewaan di wajah Reza. Membuat Dinda tak enak hati. Tapi dia sudah memberikan isyarat hatinya pada Zaidan yang kemarin melamarnya.
Lama kesunyian menyelimuti mereka berdua. Mereka larut dalam pikiran masing-masing. Reza masih berfikir, andaikan Dinda menjawab jelas pertanyaannya tadi, maka akan berusaha mewujudkannya dalam mahligai rumah tangga.
Sedangkan Dinda mencoba mengusir kegelisahannya, kembali konsentrasi melanjutkan membaca buku.
"Kak boleh tanya ... ?" tanya Dinda memecah kesunyian dan menghilangkan kekakuan yang baru saja tercipta.
"Aku sama sekali nggak tahu tentang psikologi."
"Aku tahu untuk yang ini, pasti kakak tahu. karena jurusannya kak Reza.
Anak kecil yang menyaksikan kekerasan di depan matanya. Apakah kalau dewasa masih mengingatnya ?"
"Ingat sih iya, hanya saja kalau perlu sesegera mungkin disembuhkan. Sebelum dia mencapai dewasa, agar tidak mempengaruhi perkembangannya."
"Ada apa?" tanya Reza
Tak biasanya Dinda membahas hal-hal demikian ....
"Nggak ada apa-apa." jawab Dinda misterius.
Tapi pembicaraan mereka terhenti ketika ada wa di lintasan hp Dinda. Dinda segera membukanya. Dia mencari tempat lain. Meninggalkan Reza duduk seorang diri dengan terbengong-bengong.
[Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh]
[Lagi apa?]
[Wa alaikum salam warohmatullahi wabarokatuh]
[Baca buku di perpustakaan]
[Sudah sholat ashar?]
[Sudah waktunya apa?]
[Belum, persiapan ...]
[Baiklah]
[Dah...]
[Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh]
[Waalaikum dalam warohmatullahi wabarokatuh.]
Ada perasaan senang dalam diri Dinda. Dan membuatnya tersenyum sendiri. Semuanya tak luput dari Reza, yang sejak tadi memperhatikannya.
____________________________________________
Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh .
Hallo reader ... ijinkan saya untuk mengucapkan :
Taqobbalallahu minna wa minkum.
Selamat hari raya idul fitri
Mohon maaf lahir dan batin
dan juga, mohon dukungannya berupa vote , like atau saran-saran agar bisa berkarya lebih baik lagi dan lebih bersemangat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Neng Yuni (Ig @nona_ale04)
Mampir lagi kak, semangat 😊
2020-12-13
0
MomZiee
kereen
2020-09-23
0
San Si
like
2020-09-20
0