BAB 15: Kantor Polisi

Zaidan memperhatikan Dinda yang duduk dengan gelisah, dengan pandangan menerawang jauh ke depan. Sejenak dia diam, serta mengurungkan niat untuk menjalankan mobilnya. Mencoba merasakan apa yang Dinda pikirkan.

Beberapa kali Dinda mengambil nafas serta mengeluarkan dengan berlahan. Dada ini terasa sesak. Ingin segera melepaskannya. Ada getar yang dia rasakan bila berdekatan dengan Zaidan. Dia berusaha menata hati dalam diamnya.

"Dinda."

"Ya. mas." Kata itu tiba-tiba meluncur dari bibirnya. Tak biasa dia memanggil dirinya dengan sebutan itu. Membuat Zaidan menarik nafas dan terdiam. Ada mahnet yang dihantarkan dalam kata 'mas' yang diucapkan oleh Dinda. Namun juga gembira. Sinyal penerimaan atas keinginannya telah ditunjukkan.

"Aku suka panggilan ya engkau pakai barusan" Timbul keisengannya. Kira-kira sadar apa tidak Dinda mengucapkan kata-kata yang membuat angannya melambung.

"Tak bolehkah aku memanggilmu dengan sebutan itu?" jawab Dinda dengan tertunduk malu. Membuatnya Zaidan gemes. Dia hanya tersenyum menatap Dinda. Alhamdulillah...hatinya bersorak. Ternyata sadar. Lalu dia konsentrasi kembali mengemudi.

"Seandainya dalam waktu minggu ini aku menemui kakakmu, apa engkau siap?"tanya Zaidan tiba-tiba.

"Secepat itukah?"

"Mas takut, kedekatan kita akan mengundang pandangan yang tidak baik terhadapmu nantinya."

"Ijinkan sesaat aku mengadu pada yang di atas, agar  jalan kita menjadi terang. "

Tak disangka pemikiran Dinda sangat hati-hati dalam menata hatinya untuk mengambil keputusan. Membuat Zaidan makin terpesona.

"Baiklah aku menunggu dengan iringan doaku juga."

"Tapi mas berharap tidak terlalu lama ."

Sebenarnya ingin kujawab sekarang. Tapi aku belum sanggup mengatakanya. Bisik  hati Dinda dalam diamnya. Sekilas ditatapnya Zaidan dengan senyuman.

"Oke ...maafkan mas nggak sabar."

Perlahan dihidupkan mesin mobilnya. Dan membawanya menuju jalan yang masih lenggang meski matahari sudah mendekati puncaknya.  Sekarang memang bukan hari libur, hingga tak banyak yang berkunjung di pantai. Mereka bisa menikmati pemandangan dengan leluasa. Sebelum kembali pada rutinitas semula.

Mobil berjalan dengan kencang setelah memasuki jalan raya perkotaan. Berpacu dengan kendaraan yang juga melintas sama.

Sekilas Zaidan melihat Dinda yang sedang duduk disampingnya, memainkan hpnya. Tampak ia serius menaggapi chat yang masuk.

"Dari siapa?" Tanyanya penasaran.

"Silvi ... temanku di toko."jawab Dinda santai.

"Ada apa?"

"Rahasia perusahaanlah." jawabnya santai.

"Oh...."

Mendengar itu Dinda tersenyum menatapnya. Jangan bilang kalau kamu cemburu ya ....

Kembali Zaidan sibuk dengan kemudinya. Dan menjalankan mobil lebih pelan.

"Kita mampir ke kantor polisi dulu ya."

"Ada apa mas?"tanya Dinda agak terkejut dan bertanya-tanya.

"Ada urusan sedikit." jawabnya. Setelah parkir segera dia turun dan berjalan menuju ke dalam kantor polisi seorang diri. Meninggalkan Dinda di dalam mobil, dan juga Anya yang masih tidur di jok tengah.

Lebih kurang 1 jam Zaidan di dalam kantor polisi membuat Dinda bosan. Dia turun  sejenak melepas penat yang dirasakan di sendi-sendinya. Secara tidak sengaja dia melihat sebuah mobil berwarna hitam. Sejak memasuki kota, mobil itu selalu di belakangnya. Dindapun menghentikan geraknya. Segera masuk ke mobil kembali. Hatinya risau. Sebenarnya ada apa ini?

Dia hanya bisa mengamati dari dalam,  Sampai mobil itu pergi.

Sementara Zaidan di dalam kantor polisi menemui seseorang yang tadi malam masuk ke rumahnya tanpa diundang. Dia duduk berhadapan dengan seorang laki-laki. Yang mempunyai postur tubuh tinggi, gempal, kulit sawo matang dan berambut ikal agak panjang. Dan hanya dibatasi sebuah meja.

Lama mereka diam dan berpandangan.

"Mengapa engkau diam?" tanya Zaidan keras. Tetap saja dia membisu.

"Aku tak pernah berurusan denganmu. Siapa yang menyuruhmu." Dengan nafas panjang Zaidan pun berdiri.

"Baiklah kalau kamu diam." Dia hendak berlalu pergi. Namun di cegah oleh lelaki itu.

"Maafkan aku. Sebenarnya aku tidak ingin menyakiti keluargamu. Tapi ibuku dan putriku dalam bahaya. Bila kamu bisa menyelamatkannya, aku akan memberitahumu siapa dalang pembunuh istrimu."

"Mengapa aku harus percaya. Katakan saja pada polisi. Mereka pasti akan melindunginya."

"Tak semudah itu."

"Baiklah, tapi katakanlah!"

"Yang diincar olehnya sebenarnya bukanlah istrimu tapi putrimu."

"Bagaimana kamu tahu? Apakah kamu yang membunuh istriku."

"Aku tak ingin terlibat dalam pembunuhan. Saat itu aku tak mau. Lalu ia menyuruh orang lain melakukannya. Karena tak berhasil, sekarang dia menyuruhku melakukannya. Aku tak berdaya. Ibuku dan anakku dijadikan tawanannya. Keluargamulah yang menginginkan putrimu tiada."

"Tak mungkin. Aku makin tak percaya padamu. Keluargaku yang mana?"tanya Zaidan tajam.

"Pamanmu!"

"Jangan bohong, kamu ingin memecah belah keluarga yang selama ini membesarkanku." kata Zaidan tak kalah sengitnya.

"Terserah ..."

Zaidan diam dan berpikir sejenak. Mencoba mencerna kata-kata orang itu. Antara percaya dan tidak.

"Kenapa baru kau katakan sekarang. Mengapa sebelumnya engkau diam. Seandainya sebelum kejadian ini kamu mengatakannya padaku kita bisa bersama-sama mengungkap pembunuhnya. Dan kamu tidak harus mendekam di sini. Bila kamu keluar segeralah pergi jauh bersama keluargamu. Aku tak ingin melihatmu lagi."

"Baiklah."

"Tapi biarlah ini menjadi urusan polisi." jawab Zaidan. Dan pergi meninggalkannya.

Dengan menyembunyikan resah di hatinya dia berjalan keluar, kembali ke mobil. Menemui Dinda yang sedang binggung dengan mobil yang baru saja dilihatnya. Lalu duduk di belakang kemudi tanpa sedikitpun menoleh pada Dinda. Fokus hendak menjalankan mobil. Dinda ingin menceritakan apa yang tadi dilihatnya namun ditahan melihat wajah Zaidan yang tegang.

"Oh ya sekarang aku antar engkau ke rumahmu." Setelah lama diam membisu.

Dinda menganguk dan mencoba tersenyum.

"Mas, sebenarnya ada apa?" tanya Dinda hati-hati.

"Tadi malam rumahku disatroni orang. Itu saja." jawab Zaidan tenang.

"Boleh aku ngomong?" tanya Dinda hati-hati. Zaidan hanya tersenyum simpul.

"Waktu mas masuk, aku lihat ada mobil berhenti lama disana seperti sedang mengawasi. Mobil yang sama, yang selalu di belakang kita, saat masuk ke dalam kota."

"Mulai sekarang kamu harus hati-hati. Tapi harus tetap tenang."

"Sebenarnya ada apa?"tanya Dinda serius

"Sebelum dalang dibalik pembunuhan terhadap istriku, keluargaku akan selalu dalam bahaya." jawab Zaidan dengan tetap fokus di belakang kemudi.

"Rumahmu yang mana..?" Setelah kami memasuki kawasan pertokoan yang ada di depan  perumahan elite.

"Masuk situ ...!"

Kemudian dia putar kemudinya mengarahkan pada gang yang ditunjuk Dinda. Setelah berjalan 25 meter dari belokan, sampailah di depan toko roti

"Sudah. Berhenti."

"Yang mana...?"

"Yang bercat putih. Ada pohon lelengkeng dan jambu airnya."

"Oh ... itu...."

"Thanks, untuk hari ini." ucap Zaidan. Dari Anya dan aku yang selalu menunggumu untuk selalu bersama kembali. Kata-kata yang ingin dia ucapkan tapi susah untuk keluar.

"Oh ya, itu toko rotiku."

"Kamu juga punya toko roti?" kata Zaidan demi dilihat nya sebuah toko yang cukup besar dengan etalase dan meja kursi yang tertata rapi.

"Hebat ..." ujar Zaidan.

"Mampir!"

"Tidak. Siang ini aku ada meeting."

"Oh ya. Selamat bekerja. Dan terima kasih sudah diantar...!" kata Dinda sambil membuka pintu mobil. Kemudian keluar menuju tokonya.

"Assalamualaikum ... by ... by." kata Zaidan.

"Walaikum salam.." jawab Dinda dengan lembut.

Dengan santai Dinda melangkah menuju tokonya yang tampak ramai dengan pembeli.

Terpopuler

Comments

Neng Yuni (Ig @nona_ale04)

Neng Yuni (Ig @nona_ale04)

Mampir lagi kak, semangat 😊

2020-11-23

1

My sister...

My sister...

hadir kak..

2020-10-23

0

✰ཽᴰˢVenthy Vey💫ƒσε✰ཽ

✰ཽᴰˢVenthy Vey💫ƒσε✰ཽ

tinggalkan jejak kakak😘😘😘

2020-09-26

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 1: Pertemuan
2 BAB 2: Mengembangkan Sayap
3 BAB 3: Kenangan
4 BAB 4: Perjalanan
5 BAB 5 : Sampai Tujuan
6 BAB 6: Pembelajaran dari Boss
7 BAB 7: Zaidan
8 BAB 8 : Iseng
9 BAB 9:Malam Menjelang Fajar
10 BAB 10: Adinda
11 BAB 11: Repotnya Pagi Ini
12 BAB 12: Anya Hari Ini
13 BAB 13: Piknik ke Pantai
14 BAB 14 : Maukah Engkau Jadi Istriku.
15 BAB 15: Kantor Polisi
16 BAB 16: Karyawan
17 BAB 17: Folder baru
18 BAB 18: di Kampus
19 Bab 19 : Reza oh Reza
20 BAB 20 : Teman Lama
21 BAB 21 : Mommy
22 BAB 22 : Bercanda
23 BAB 23 : Puzzle-puzzle Misteri
24 BAB 24 : Sepi tanpa Anya
25 BAB 25: Menaklukan Hati Dinda
26 BAB 26 : Mami, Bimbinglah Dinda
27 BAB 27 : Surat Cinta
28 BAB 28 : Layla Haydi
29 BAB 29 : Hantaran
30 BAB 30 : Persiapan
31 BAB 31 : Khitbah
32 BAB 32 : Permintaan Anya
33 BAB 33 : Ijab Qobul
34 BAB 34 : Menginap di Rumah Dinda
35 BAB 35 : Tidak malam ini
36 BAB 36 : Bukan Pak Aslam
37 BAB 37 : Pernik-pernik Sesaat dalam Pernikahan
38 BAB 38 : Bunda Anya
39 BAB 39 : Kecemasan Anya
40 BAB 40 : Hasrat
41 BAB 41 : HAYDI
42 BAB 42 : Masa Lalu Haydi
43 BAB 43 : Sesal Tak Berarti
44 BAB 44 : Jelas Sudah
45 BAB 45 : Bergambar kupu-kupu
46 BAB 46 : Dia Istriku
47 BAB 47: Kita Keluarga
48 BAB 48 : Ungkap Rasa dalam Satu Irama
49 BAB 49 : Foto Ini Bercerita
50 BAB 50 : Hangatnya Senja
51 BAB 51 : Dia Mayasa
52 BAB 52 : Ajari Aku, Bunda (menyambut HUT RI)
53 BAB 53 : Penculikan
54 BAB 54 : Melarikan Diri
55 BAB 55 : Misi Layla dkk.
56 BAB 56 : Penyergapan
57 BAB 57 : Mas, Aku di Sini (Reza POV)
58 BAB 58 : Jadilah Cantik
59 BAB 59 : Kak Aris
60 BAB 60 : Selamat Kembali, Cinta
61 BAB 61 : Maaf Itu Indah (Mayasa POV)
62 BAB 62 : Aku bersyukur Engkau Ada di Sisiku
63 BAB 63 : Aturan Mami
64 BAB 64 : Mengikuti Imamku
65 BAB 65 : Anya, Kita Pulang
66 BAB 66 : Maafkan Tante, Anya
67 BAB 67 : Menjadi Model Lukisan Ammah
68 BAB 68 : Kakak Anya
69 BAB 69 : Bahagia Itu Sederhana
70 BAB 70 : Tidurlah Dengan Tenang, Zahara
71 BAB 71 : Dalam Bayang-bayangmu (Aris POV)
72 BAB 72: Ini Untukmu
73 BAB 73 : Aris dan Layla
74 BAB 74 : Aku Merestuimu
75 BAB 75 : Panti Asuhan
76 BAB 76 : Berubahlah Fadly
77 BAB 77 : Gigitan Anya
78 BAB 78 : Bertemu Mayasa
79 BAB 79 : Untuk Si Kembar
80 BAB 80 : Hadiah Untuk dan Dari Anya
81 BAB 81 : Tes Awal
82 BAB 82 : Menghafal AyatMu (Fadly POV)
83 BAB 83 : Bertukar Peran
84 BAB 84 : Lulus
85 BAB 85 : Paman Handoko
86 BAB 86 : Gagal
87 BAB 87 : Selalu Siap
88 BAB 88 : Bukan Hukuman Tapi Hadiah
89 BAB 89 : Masuk Tol saja
90 BAB 90 : Aksi Fadly
91 BAB 91 : Mommy dan Daddy Kamal
92 BAB 92 : Dimana Fadly
93 BAB 93 : Rindu Untuk Berjumpa
94 BAB 94 : Kalau Mommy Ana Sudah Bertindak
95 BAB 95 : Malam Pertama
96 BAB 96 : Mengingat Rencana Awal
97 BAB 97 : Memendam Rindu
98 BAB 98 : Resepsi
99 BAB 99 : Permulaan Pesta
100 BAB 100 : Pesta Berakhir (end)
101 extra part
102 pengumuman
103 pengumuman karya baru
Episodes

Updated 103 Episodes

1
BAB 1: Pertemuan
2
BAB 2: Mengembangkan Sayap
3
BAB 3: Kenangan
4
BAB 4: Perjalanan
5
BAB 5 : Sampai Tujuan
6
BAB 6: Pembelajaran dari Boss
7
BAB 7: Zaidan
8
BAB 8 : Iseng
9
BAB 9:Malam Menjelang Fajar
10
BAB 10: Adinda
11
BAB 11: Repotnya Pagi Ini
12
BAB 12: Anya Hari Ini
13
BAB 13: Piknik ke Pantai
14
BAB 14 : Maukah Engkau Jadi Istriku.
15
BAB 15: Kantor Polisi
16
BAB 16: Karyawan
17
BAB 17: Folder baru
18
BAB 18: di Kampus
19
Bab 19 : Reza oh Reza
20
BAB 20 : Teman Lama
21
BAB 21 : Mommy
22
BAB 22 : Bercanda
23
BAB 23 : Puzzle-puzzle Misteri
24
BAB 24 : Sepi tanpa Anya
25
BAB 25: Menaklukan Hati Dinda
26
BAB 26 : Mami, Bimbinglah Dinda
27
BAB 27 : Surat Cinta
28
BAB 28 : Layla Haydi
29
BAB 29 : Hantaran
30
BAB 30 : Persiapan
31
BAB 31 : Khitbah
32
BAB 32 : Permintaan Anya
33
BAB 33 : Ijab Qobul
34
BAB 34 : Menginap di Rumah Dinda
35
BAB 35 : Tidak malam ini
36
BAB 36 : Bukan Pak Aslam
37
BAB 37 : Pernik-pernik Sesaat dalam Pernikahan
38
BAB 38 : Bunda Anya
39
BAB 39 : Kecemasan Anya
40
BAB 40 : Hasrat
41
BAB 41 : HAYDI
42
BAB 42 : Masa Lalu Haydi
43
BAB 43 : Sesal Tak Berarti
44
BAB 44 : Jelas Sudah
45
BAB 45 : Bergambar kupu-kupu
46
BAB 46 : Dia Istriku
47
BAB 47: Kita Keluarga
48
BAB 48 : Ungkap Rasa dalam Satu Irama
49
BAB 49 : Foto Ini Bercerita
50
BAB 50 : Hangatnya Senja
51
BAB 51 : Dia Mayasa
52
BAB 52 : Ajari Aku, Bunda (menyambut HUT RI)
53
BAB 53 : Penculikan
54
BAB 54 : Melarikan Diri
55
BAB 55 : Misi Layla dkk.
56
BAB 56 : Penyergapan
57
BAB 57 : Mas, Aku di Sini (Reza POV)
58
BAB 58 : Jadilah Cantik
59
BAB 59 : Kak Aris
60
BAB 60 : Selamat Kembali, Cinta
61
BAB 61 : Maaf Itu Indah (Mayasa POV)
62
BAB 62 : Aku bersyukur Engkau Ada di Sisiku
63
BAB 63 : Aturan Mami
64
BAB 64 : Mengikuti Imamku
65
BAB 65 : Anya, Kita Pulang
66
BAB 66 : Maafkan Tante, Anya
67
BAB 67 : Menjadi Model Lukisan Ammah
68
BAB 68 : Kakak Anya
69
BAB 69 : Bahagia Itu Sederhana
70
BAB 70 : Tidurlah Dengan Tenang, Zahara
71
BAB 71 : Dalam Bayang-bayangmu (Aris POV)
72
BAB 72: Ini Untukmu
73
BAB 73 : Aris dan Layla
74
BAB 74 : Aku Merestuimu
75
BAB 75 : Panti Asuhan
76
BAB 76 : Berubahlah Fadly
77
BAB 77 : Gigitan Anya
78
BAB 78 : Bertemu Mayasa
79
BAB 79 : Untuk Si Kembar
80
BAB 80 : Hadiah Untuk dan Dari Anya
81
BAB 81 : Tes Awal
82
BAB 82 : Menghafal AyatMu (Fadly POV)
83
BAB 83 : Bertukar Peran
84
BAB 84 : Lulus
85
BAB 85 : Paman Handoko
86
BAB 86 : Gagal
87
BAB 87 : Selalu Siap
88
BAB 88 : Bukan Hukuman Tapi Hadiah
89
BAB 89 : Masuk Tol saja
90
BAB 90 : Aksi Fadly
91
BAB 91 : Mommy dan Daddy Kamal
92
BAB 92 : Dimana Fadly
93
BAB 93 : Rindu Untuk Berjumpa
94
BAB 94 : Kalau Mommy Ana Sudah Bertindak
95
BAB 95 : Malam Pertama
96
BAB 96 : Mengingat Rencana Awal
97
BAB 97 : Memendam Rindu
98
BAB 98 : Resepsi
99
BAB 99 : Permulaan Pesta
100
BAB 100 : Pesta Berakhir (end)
101
extra part
102
pengumuman
103
pengumuman karya baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!