BAB 3: Kenangan

Pembicaraan ini terasa membosankan. Tetapi dinikmati saja.  Bukankah rancangan yang baik dan cermat, merupakan langkah awal yang selayaknya, agar usaha dapat memperoleh hasil yang menggembirakan.

Tapi rasanya bosan juga. Keinginanku adalah segera eksekusi. Tanpa berlama-lama dalam pembicaraan. Aku sudah tak sabar, untuk mencoba dapur restoran itu. Dan menghidangkan menu-menu yang jadi andalanku.

Untunglah tak lama kemudian, pegawai cafe menghampiri kami, sambil membawa hidangan kecil yang kami pesan, beserta minuman segar.

Dia menatanya di meja kami. Sesekali kami minum dan makan makanan kecil yang tersedia, sambil mengobrol, melanjutkan pembicaraan hingga selesai.

Kulihat  pak Zaidan sangat lelah. Dan ingin beristirahat. Mungkin tidurnya belum cukup malam tadi. Tampak kedua bola matanya  terpejap-pejap. Rasa kantuknya menyerang. Sejenak kami diam dalam kesunyian. Agar tidak menggangu tidurnya. Biarlah dia beristirahat dulu.

"Ah maaf, aku  mengantuk sekali." kata pak Zaidan, ketika sadar dari kantuknya.

"Habis begadang, pak Zaidan?" kata kakak dengan hati-hati.

"Tadi malam, Anya sering terbangun. Sepertinya dia mengalami mimpi buruk lagi."

Kami berdua  terdiam. Mencoba mencerna yang dia katakan. Meski kami masih bertanya-tanya arah ceritanya.

"Bayangan peristiwa itu sangat lekat pada ingatan Putriku. Entah sampai kapan dia mampu menghapus dari pikirannya. Semoga Anya bisa segera melupakannya."

"Peristiwa apa, Pak?" membuatku bertanya.

"Peristiwa yang merengut nyawa bundanya."

"Apa yang menimpa lbunda dan Anya?"

Ah, mengapa kata-kata itu meluncur dari bibirku. Tanpa bisa dicegah. Membuat pak Zaidan terlihat semakin sedih. Lalu dia menarik nafas panjang. Mengeluarkannya pelan-pelan. 

"4 bulan yang lalu, saat ada pekerjaan di Kalimantan,  rumah kami didatangi perampok. Tapi sepertinya mereka datang bukan untuk merampok. Karena semua barang masih dalam keadaan utuh. Mobil, motor, perhiasan, leptop semua tak ada yang disentuhnya. Apalagi dibawa pergi.  Entah apa yang mereka inginkan."

"Seandainya saat itu aku segera pulang, mungkin itu takkan terjadi." lanjutnya sambil menutup wajah dengan kedua tangannya. Terlihat jelas bahwa dia sangat menyesal dengan apa yang menimpa keluarganya.

"Mengapa saat bundanya menelpon,  aku abaikan. Aku tak tahu kalau jiwanya terancam."

Lalu dia berhenti sejenak. Mengambil nafas dan menghembuskannya dengan berat.

"Sebenarnya saat aku tidak mengangkat telponnya. Aku ingin memberikannya sebuah kejutan. "

Mata pak Zaidan mulai berkaca-kaca. Lalu diam sejenak. Tak lama kemudian mengalihkan pandangan dan  menghentikan cerita yang ingin dia sampaikan. Terlihat beliau  larut dalam kenangan duka masa lalu beserta istrinya. Membuatnya tertunduk sedih.

Aku bisa merasakan duka yang mendalam, tersimpan di hatinya, sejak pertama berjumpa. Mungkin dengan mengungkapkan pada kami saat ini, akan membuatnya merasa  ringan.

"Ah sudahlah, aku kok jadi cengeng di depan kalian. Maaf jadi merusak suasana."

"Tak mengapa pak Zaidan. Saya merasa tersanjung bisa mendengarkan kisah bapak yang sesungguhnya. Bila itu membuat bapak lebih tenang."

Tak dapat kupungkiri, diriku terbawa juga ke dalam ceritakannya. Hingga tanpa terasa, air mata ini tak bisa dicegah untuk menetes. Segera kuusap dengan tissu yang selalu kubawa.  Kok aku jadi ikutan cengeng ya ....

Kami semua membisu beberapa saat. Sampai si kecil Anya datang, dengan membawa keceriannya, sehingga suasana menjadi cair kembali. Dengan langkah santai, dia duduk di antara kami. Minum dengan tenang dari gelas yang masih penuh isinya.

"Aku kembali, Bunda. "Dia berkata sambil berdiri, hendak berpindah tempat ke arahku. Lalu rebahan dalam pangkuanku. Dan bermanja, sambil memainkan rambutnya yang ikal. Membuat kak Alfath semakin bertanya-tanya. Tentang kedekatanku dengan mereka berdua.

"Sebentar-sebentar, apa aku tak salah dengar ya ... Anya memanggilmu bunda?!" Kak Alfath memandang ke arahku dengan tatapan penuh selidik.

"Dinda, kamu ini ada hubungan apa dengan pak Zaidan?"

Ups ... kak Alfath kok bisa ngomong seperti itu sich. Di depan pak Zaidan lagi. Bagaimanapun,  aku tak bisa menyembunyikan rasa maluku. Aku hanya bisa memalingkan muka dari tatapannya.

Melihat itu, pak Zaidan hanya tersenyum, menghentikan minumnya. Serta meletakkan cangkir ke atas meja.

"Kami belum punya hubungan apa-apa Alfath. Hanya hubungan kerja ini tadi. Kenalnya juga baru saja." jawab pak Zaidan dengan santai.

Rasanya sudah kayak udang rebus saja wajah ini, menahan malu atas sikap Kak Alfath terhadapku kali ini.

" Dinda, kamu itu adik perempuan kakak satu-satunya. kalau terjadi apa-apa sama kamu, kakak juga yang susah."

"Iya, Kak." jawabku singkat, hampir-hampir tak bisa menahan keluarnya air mata. Ternyata di balik sikapnya yang keras tadi, ada kasih sayang di dalamnya.

"Sudahlah Alfath. Percayalah sama adikmu. Insya Allah baik-baik saja. Lagian dia sudah besar. Sudah saatnya untuk bisa memutuskan sesuatu untuk kehidupannya." pak Zaidan mencoba membelaku. Yang membuat kak Alfath diam membisu.

"Anya, mulai sekarang jangan panggil ammah dengan sebutan bunda ya .... Nanti om Alfath marah. Dan ayah jadi sedih. Mengertikan Anya." kucoba menghibur diri dengan bercakap-cakap dengan si mungil Anya.  Sedari tadi memperhatikan kami, yang sedikit panas. Tapi dia hanya tersenyum saja sambil menikmati makanan yang ada. Ini yang membuatku gemas dan segera mencubit hidungnya.

"Lalu Anya harus panggil apa?" tanyanya polos.

"Ammah Dinda. Bisakan sayang?" Sambil kukecup pipinya yang tembem persis bakpao itu.

"Baik ammah Dinda yang cantik. Anya sayang sama ammah. Dan semoga Ammah nanti jadi bunda Anya sesungguhnya." Aku hanya bisa menarik nafas panjang. Sedangkan pak Zaidan hampir-hampir tidak bisa mengusai diri untuk tertawa. Lain lagi sama kakak yang dikit-dikit marah itu. Ah sudahlah...

Anggap saja nasib sial.

"Wah ... tak adil dong. Tadi ibu. Giliran Anya jadi ammah." kata pak Zaidan yang membuatku sebel.

"Aku panggil Dinda saja ah ...."

Enggghhhh ... hatiku dibikin gemes olehnya. Benar-benar menyebalkan.

"Terserah bapak." aku mengalah.

Ada-ada saja orang satu ini. Batinku ....

"Oh ya .... Apa kamu  kuliah?" kata pak Zaidan. Membuatku bersorak. Alhamdulillah, akhirnya kembali ke leptop.

"Ya pak, masih semester empat."

"Saya tidak ingin nanti kuliahmu terganggu. Jadi kalau ada apa-apa laporkan ke saya. Kalau pingin angkat pegawai angkatlah. Mungkin untuk spesifiknya kamu yang lebih tahu ." kata Zaidan dengan pasti.

Aku mengagumi pemikirannya untuk mencapai tujuan yang diinginkannya. Kurasa ini keputusan yang baik. Agar usaha ini bisa terwujud dan berjalan dengan baik.

"Dan Alfath sementara ini tolong bantu Dinda. Tapi tugasmu di kantor jangan sampai terbelangkai."

"Siap pak." Jawab kami hampir bersamaan. Membuat pak Zaidan tertawa.

"Ternyata kalian bisa kompak juga." kata pak Zaidan, yang melihat kami selalu  bersamaan, ketika menjawab pertanyaan darinya.

Ini sich bukan sekedar jadi chef. Tapi hampir-hampir kayak wakil direktur urusan rumah makan. Gumanku dalam hati.

Aku bersyukur, akhirnya  bisa membuka restoran sendiri, meskipun modalnya masih milik orang lain. Yang bisa mengelolanya sesuai dengan bakat yang kupunya.

Terpopuler

Comments

Titin

Titin

semangat thor

2021-03-07

0

Anjelina Gulo

Anjelina Gulo

like untukmu kak

2021-01-01

1

_rus

_rus

Sudah aku like Thor 👍🏽👍🏽
tetap semangat pokoknya 💪🏽💪🏽

Salam hangat dari "Sebuah Kisah Cintaku" 😁🙏🏽

2020-11-20

3

lihat semua
Episodes
1 BAB 1: Pertemuan
2 BAB 2: Mengembangkan Sayap
3 BAB 3: Kenangan
4 BAB 4: Perjalanan
5 BAB 5 : Sampai Tujuan
6 BAB 6: Pembelajaran dari Boss
7 BAB 7: Zaidan
8 BAB 8 : Iseng
9 BAB 9:Malam Menjelang Fajar
10 BAB 10: Adinda
11 BAB 11: Repotnya Pagi Ini
12 BAB 12: Anya Hari Ini
13 BAB 13: Piknik ke Pantai
14 BAB 14 : Maukah Engkau Jadi Istriku.
15 BAB 15: Kantor Polisi
16 BAB 16: Karyawan
17 BAB 17: Folder baru
18 BAB 18: di Kampus
19 Bab 19 : Reza oh Reza
20 BAB 20 : Teman Lama
21 BAB 21 : Mommy
22 BAB 22 : Bercanda
23 BAB 23 : Puzzle-puzzle Misteri
24 BAB 24 : Sepi tanpa Anya
25 BAB 25: Menaklukan Hati Dinda
26 BAB 26 : Mami, Bimbinglah Dinda
27 BAB 27 : Surat Cinta
28 BAB 28 : Layla Haydi
29 BAB 29 : Hantaran
30 BAB 30 : Persiapan
31 BAB 31 : Khitbah
32 BAB 32 : Permintaan Anya
33 BAB 33 : Ijab Qobul
34 BAB 34 : Menginap di Rumah Dinda
35 BAB 35 : Tidak malam ini
36 BAB 36 : Bukan Pak Aslam
37 BAB 37 : Pernik-pernik Sesaat dalam Pernikahan
38 BAB 38 : Bunda Anya
39 BAB 39 : Kecemasan Anya
40 BAB 40 : Hasrat
41 BAB 41 : HAYDI
42 BAB 42 : Masa Lalu Haydi
43 BAB 43 : Sesal Tak Berarti
44 BAB 44 : Jelas Sudah
45 BAB 45 : Bergambar kupu-kupu
46 BAB 46 : Dia Istriku
47 BAB 47: Kita Keluarga
48 BAB 48 : Ungkap Rasa dalam Satu Irama
49 BAB 49 : Foto Ini Bercerita
50 BAB 50 : Hangatnya Senja
51 BAB 51 : Dia Mayasa
52 BAB 52 : Ajari Aku, Bunda (menyambut HUT RI)
53 BAB 53 : Penculikan
54 BAB 54 : Melarikan Diri
55 BAB 55 : Misi Layla dkk.
56 BAB 56 : Penyergapan
57 BAB 57 : Mas, Aku di Sini (Reza POV)
58 BAB 58 : Jadilah Cantik
59 BAB 59 : Kak Aris
60 BAB 60 : Selamat Kembali, Cinta
61 BAB 61 : Maaf Itu Indah (Mayasa POV)
62 BAB 62 : Aku bersyukur Engkau Ada di Sisiku
63 BAB 63 : Aturan Mami
64 BAB 64 : Mengikuti Imamku
65 BAB 65 : Anya, Kita Pulang
66 BAB 66 : Maafkan Tante, Anya
67 BAB 67 : Menjadi Model Lukisan Ammah
68 BAB 68 : Kakak Anya
69 BAB 69 : Bahagia Itu Sederhana
70 BAB 70 : Tidurlah Dengan Tenang, Zahara
71 BAB 71 : Dalam Bayang-bayangmu (Aris POV)
72 BAB 72: Ini Untukmu
73 BAB 73 : Aris dan Layla
74 BAB 74 : Aku Merestuimu
75 BAB 75 : Panti Asuhan
76 BAB 76 : Berubahlah Fadly
77 BAB 77 : Gigitan Anya
78 BAB 78 : Bertemu Mayasa
79 BAB 79 : Untuk Si Kembar
80 BAB 80 : Hadiah Untuk dan Dari Anya
81 BAB 81 : Tes Awal
82 BAB 82 : Menghafal AyatMu (Fadly POV)
83 BAB 83 : Bertukar Peran
84 BAB 84 : Lulus
85 BAB 85 : Paman Handoko
86 BAB 86 : Gagal
87 BAB 87 : Selalu Siap
88 BAB 88 : Bukan Hukuman Tapi Hadiah
89 BAB 89 : Masuk Tol saja
90 BAB 90 : Aksi Fadly
91 BAB 91 : Mommy dan Daddy Kamal
92 BAB 92 : Dimana Fadly
93 BAB 93 : Rindu Untuk Berjumpa
94 BAB 94 : Kalau Mommy Ana Sudah Bertindak
95 BAB 95 : Malam Pertama
96 BAB 96 : Mengingat Rencana Awal
97 BAB 97 : Memendam Rindu
98 BAB 98 : Resepsi
99 BAB 99 : Permulaan Pesta
100 BAB 100 : Pesta Berakhir (end)
101 extra part
102 pengumuman
103 pengumuman karya baru
Episodes

Updated 103 Episodes

1
BAB 1: Pertemuan
2
BAB 2: Mengembangkan Sayap
3
BAB 3: Kenangan
4
BAB 4: Perjalanan
5
BAB 5 : Sampai Tujuan
6
BAB 6: Pembelajaran dari Boss
7
BAB 7: Zaidan
8
BAB 8 : Iseng
9
BAB 9:Malam Menjelang Fajar
10
BAB 10: Adinda
11
BAB 11: Repotnya Pagi Ini
12
BAB 12: Anya Hari Ini
13
BAB 13: Piknik ke Pantai
14
BAB 14 : Maukah Engkau Jadi Istriku.
15
BAB 15: Kantor Polisi
16
BAB 16: Karyawan
17
BAB 17: Folder baru
18
BAB 18: di Kampus
19
Bab 19 : Reza oh Reza
20
BAB 20 : Teman Lama
21
BAB 21 : Mommy
22
BAB 22 : Bercanda
23
BAB 23 : Puzzle-puzzle Misteri
24
BAB 24 : Sepi tanpa Anya
25
BAB 25: Menaklukan Hati Dinda
26
BAB 26 : Mami, Bimbinglah Dinda
27
BAB 27 : Surat Cinta
28
BAB 28 : Layla Haydi
29
BAB 29 : Hantaran
30
BAB 30 : Persiapan
31
BAB 31 : Khitbah
32
BAB 32 : Permintaan Anya
33
BAB 33 : Ijab Qobul
34
BAB 34 : Menginap di Rumah Dinda
35
BAB 35 : Tidak malam ini
36
BAB 36 : Bukan Pak Aslam
37
BAB 37 : Pernik-pernik Sesaat dalam Pernikahan
38
BAB 38 : Bunda Anya
39
BAB 39 : Kecemasan Anya
40
BAB 40 : Hasrat
41
BAB 41 : HAYDI
42
BAB 42 : Masa Lalu Haydi
43
BAB 43 : Sesal Tak Berarti
44
BAB 44 : Jelas Sudah
45
BAB 45 : Bergambar kupu-kupu
46
BAB 46 : Dia Istriku
47
BAB 47: Kita Keluarga
48
BAB 48 : Ungkap Rasa dalam Satu Irama
49
BAB 49 : Foto Ini Bercerita
50
BAB 50 : Hangatnya Senja
51
BAB 51 : Dia Mayasa
52
BAB 52 : Ajari Aku, Bunda (menyambut HUT RI)
53
BAB 53 : Penculikan
54
BAB 54 : Melarikan Diri
55
BAB 55 : Misi Layla dkk.
56
BAB 56 : Penyergapan
57
BAB 57 : Mas, Aku di Sini (Reza POV)
58
BAB 58 : Jadilah Cantik
59
BAB 59 : Kak Aris
60
BAB 60 : Selamat Kembali, Cinta
61
BAB 61 : Maaf Itu Indah (Mayasa POV)
62
BAB 62 : Aku bersyukur Engkau Ada di Sisiku
63
BAB 63 : Aturan Mami
64
BAB 64 : Mengikuti Imamku
65
BAB 65 : Anya, Kita Pulang
66
BAB 66 : Maafkan Tante, Anya
67
BAB 67 : Menjadi Model Lukisan Ammah
68
BAB 68 : Kakak Anya
69
BAB 69 : Bahagia Itu Sederhana
70
BAB 70 : Tidurlah Dengan Tenang, Zahara
71
BAB 71 : Dalam Bayang-bayangmu (Aris POV)
72
BAB 72: Ini Untukmu
73
BAB 73 : Aris dan Layla
74
BAB 74 : Aku Merestuimu
75
BAB 75 : Panti Asuhan
76
BAB 76 : Berubahlah Fadly
77
BAB 77 : Gigitan Anya
78
BAB 78 : Bertemu Mayasa
79
BAB 79 : Untuk Si Kembar
80
BAB 80 : Hadiah Untuk dan Dari Anya
81
BAB 81 : Tes Awal
82
BAB 82 : Menghafal AyatMu (Fadly POV)
83
BAB 83 : Bertukar Peran
84
BAB 84 : Lulus
85
BAB 85 : Paman Handoko
86
BAB 86 : Gagal
87
BAB 87 : Selalu Siap
88
BAB 88 : Bukan Hukuman Tapi Hadiah
89
BAB 89 : Masuk Tol saja
90
BAB 90 : Aksi Fadly
91
BAB 91 : Mommy dan Daddy Kamal
92
BAB 92 : Dimana Fadly
93
BAB 93 : Rindu Untuk Berjumpa
94
BAB 94 : Kalau Mommy Ana Sudah Bertindak
95
BAB 95 : Malam Pertama
96
BAB 96 : Mengingat Rencana Awal
97
BAB 97 : Memendam Rindu
98
BAB 98 : Resepsi
99
BAB 99 : Permulaan Pesta
100
BAB 100 : Pesta Berakhir (end)
101
extra part
102
pengumuman
103
pengumuman karya baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!