BAB 6: Pembelajaran dari Boss

Tak dapat kupungkiri, hati ini masih terasa kacau mengingat kejadian tadi. Membuat selera makanku hilang. Yang bisa kulakukan hanya menghibur diri, dengan menyuapi Anya. Rasanya ingin kuberlari, pergi dari tempat ini. Menghindar dari kegalauan yang menyelimuti hati.

"Dinda kamu tidak makan." kata pak Zaidan. Membuatku kaget dan gugup dihadapannya.

"Masih keyang, Pak."

"Biar aku saja yang menyuapi Anya. Kamu makan dulu."

"Tidak Pak, biar saya saja."

Zaidan termenung, melihat makanan yang masih utuh, belum tersentuh sama sekali.

"Sekali lagi, aku minta maaf atas kejadian tadi. Aku benar-benar tak sangaja."

"Tidak apa-apa"

"Ammah tak makan. Oh ... apa tak nak?" Logat upin ipinnya keluar dari bibir si mungil yang lucu. Aku hanya tersenyum tak bisa menjawab.

"Apa Anya suapin ya ..." Mungkin dengan cara itu ammah Dinda mau makan, pikirnya.

"Wah ...wah ...Anya sekarang sudah pinter. Tapi bukan itu sebabnya sayang. Percaya sama Ammah. Ammah hanya tak biasa makan di luar. Insya Allah ammah akan makan di rumah saja." Aku kehabisan kata-kata untuk menghindarkan diri dari keingintahuannya.

"Ammah jadi gemes sama kamu dech." Sambil kupeluh dia, lupa bahwa  Zaidan  sedang memperhatikan. Zaidan tersenyum melihat sikap Dinda terhadap putri kecilnya itu.

"Makanya jangan suka bohong. Tidak bakat." kata Zaidan tertawa. Sekedar untuk mencairkan suasana yang kaku.

Tapi sayang, Dinda merasa diledek dengan kata-kata itu.

Ya ... terusin sampai puas. Kesal rasanya tak bisa membalas. Dan hanya bisa melotot memandangnya. Tapi buru-buru dia alihkan pandangannya, ke tempat yang lain sebelum ketahuan.

"Sudah kenyang ...." Dia mengangaguk.

" Kita berdo'a ya ...." Segera dia mengangkat kedua tangannya dan menundukkan kepala. Tapi tidak lekas berbunyi. Hanya ekor matanya melirik kesana-kemari.

"Ammah Dinda, apa do'anya?"Setengah berbisik dia menoleh padaku. Aku jadi sadar bahwa aku menyuruhnya tanpa memberi bimbingan terlebih dahulu. Tetapi malah sibuk membereskan kotak makanan yang sudah berserakan di atas meja.

"Alham....dullihi. ladzi ath...amana wa saqona wa ja'alana minal mus...limin."Berlahan-lahan aku melafaldkan do'a itu. Dia mengikuti dengan baik meski terbata-bata.

"Sekarang cuci tangan dulu ...."Dia mengikuti ajakanku dengan senang. Dengan syarat  harus digendong. Karena nyeri  lukanya masih terasa.

"Oke, ammah mau cuci tangan dulu. Setelah ini Anya."

"Terima kasih , Dinda." Zaidan tersentuh melihat sikap Dinda yang begitu tulus menyayangi putrinya.

Kulihat kakak sudah terlebih dulu menyelesaikan makannya. Lalu membereskan sisa-sisa makanan sendiri. Dan berjalan ke wastafel unik yang menempel di  dinding. Tanpa pamit terlebih dahulu, dia meninggalkanku bersama pak Zaidan dan Anya.

Kak Alfath pergi berkeliling melihat-lihat keadaan semua interior. Dari belakang hingga parkiran. Sehingga kubisa leluasa bermain-main dengan putri kecil yang manja ini. Tanpa intervensi darinya.

Tak lama Zaidan juga sudah selesai. Lalu  dia mengajak Dinda untuk melihat-lihat seluruh ruangan. Di lantai bawah ada dapur , tempat cuci-cuci dan kamar mandi. Sedangkan di lantai etas terdapat satu kamar yang  nyaman. Di dalamnya terdapat satu tempat tidur dan satu almari dan juga kamar mandi. Adapun musholla terletak di luar, dekat parkiran, namun terpisah dari bagunan utama.

Adapun peralatan dapur sepertinya sudah lengkap. Lalu peralatan untuk menyajikan makanan juga lengkap. Alhamdulillah, sepertinya untuk peralatan sudah beres. Tetapi ada beberapa kekurangan kecil dan itu bukan masalah. Tinggal ajukan proposal beres. Adapun untuk masalah interior menjadi tugas kakak.

"Oh ya ... jika tidak keberatan aku titip mang Udin. Orang yang selalu membersihkan tempat ini."

"Baik boss." Jawabku senang.

Zaidan terheran-heran dengan kata-kata  yang baru keluar dari bibir Dinda. Sejenak dia tertegun. Dipandangannya Dinda yang asyik bermain dengan Anya, putrinya. Dia geleng-geleng kepala. Apa yang merasukimu, Dinda ....

"Apa aku nggak salah dengar ya!"

"Ada apa, Pak."

Dinda tak perduli, karena tidak sadar dengan apa yang diucapkannya.

"Tentang apa ..., Pak?"Jawab Dinda sekenanya. Belum menangkap maksud dari  kata-kata bossnya. Dia teramat sibuk dengan tingkah Anya, yang minta diturunkan dari gendongannya. Ingin melihat ikan -ikan kecil yang sedang berenang.

Baru setelah menurunkan Anya, dan menuntunnya berjalan ke kolam kecil yang ada di hadapan mereka. Baru kemudian fokus memperhatikan apa yang dikatakan bossnya.

Kemudian Dinda  menatap Zaidan dengan tenang. Sayang bertepatan saat Zaidan menatapnya juga. Pandangan mereka beradu, membuat Dinda tertunduk malu. Zaidan memahami itu segera mengalihkan pandangannya.

"Tadi bapak bicara apa ya?" Tanya Dinda

"Terserah, mau panggil apa."

"Boleh bapak boleh juga boss."Jawab Zaidan tertawa.

"Maksud bapak apa ya ... saya benar-benar tidak mengerti." Jawab Dinda penasaran.  Ketika Zaidan tertawa.

"Bagaimana tadi tentang mang Udin, Dinda?"

"Siap boss."Sekali lagi Dinda mengucap kata yang salah. What is it ... Apa yang saya ucapkan ...  dia kaget dengan kata-kata yang baru saja keluar dari bibirnya. Jadi ini tadi yang bikin pak Zaidan tertawa. Mau diletakkan dimana muka ini. Dinda tersipu ....

"Maaf pak. Nggak sengaja."

"Kenapa harus minta maaf. Aku memang bossmu. Dan kamu bawahanku."Jawabnya santai. Hanya untuk menguji mental Dinda. Karena orang seperti Dinda  paling tidak suka dalam hubungan kerja ada istilah bawahan dan atasan. Yang ada adalah mitra.

"Justru lebih akrab kalau kamu panggil aku boss dari pada bapak. karena kalau bapak rasanya kok formal banget. Dan kamu tidak akan keliru menyebutku lagi ... bla ... bla ... bla" Panjang lebar Zaidan menerangkan dengan senyum yang masih tetap cool dan tenang. Membuat Dinda tak berkutik, diam dan membisu.

Akhirnya Zaidan tidak tahan juga. Lama-lama bisa menangis gadis manja ini.

"Hai ... mikirkan apa?" Suaranya membuat Dinda kaget. Seketika dia membalas dengan senyum walau tidak tulus-tulus amat, sedikit dipaksakan.

"Jadi pemimpin itu belajar fokus dan jangan sampai membingungkan dalam membuat kebijaksanaan. Bisa-bisa bawahanmu nanti tak beres melaksanakan tugas bukan karena tidak bisa tapi karena kebijaksanaan boss yang membingungkan. Bagaimanapun juga pemimpin dan yang dipimpin harus bisa menunjukkan eksitensi masing-masing dalam kebersamaan sehingga mencapai tujuan yang diinginkan." Dinda hanya bisa melongo mendengarkan ceramah bossnya yang seperti dosen killer di kampus. Nggak ada yang masuk ke otak. Bukan karena tidak paham tapi karena terpesona.

"Woi...paham tidak." Kembali Dinda senyum-senyum. Takut mengakui kalau tadi otak lagi blenk. Pikirannya hilang, mendengar ceramah yang panjang.

"Iya, ammah dari tadi nggak paham-paham juga."Anya ikut-ikutan membela ayahnya.

"Wah, ammah dikeroyok nich."

Kami lanjutkan obrolan sambil bermain-main dengan Anya. Yang sedang asyik  menggoda ikan sedang berenang.

Sementara itu, kulihat kakak sudah selesai mengamati interior di seluruh tempat, masuk ke dalam. Menghampiri kami yang sedang bercanda, sambil menemani Anya.

"Bagaimana Alfath, kira-kira apa yang dibutuhkan." Kakak mengangguk dan ingin menjawab dengan segera. Tapi dicegah oleh pak Zaidan.

"Tolong nanti ajukan proposal ke saya. Jadikan satu dengan apa yang dibutuhkan Dinda. Agar kita bisa membuka restoran ini dengan segera. Paling lambat saya tunggu senin."

"Oh ya, ajari Dinda untuk membuat proposal, karena ini wewenang Dinda."

Kalau hanya bikin proposal mengapa harus minta bantuan ke kakak. Pak Zaidan ini ada-ada saja.

"Baik pak."

"Bagaimana Dinda. Sanggup?"

"Insya Allah."

"Senin."

"Oke."

Dari arah luar terlihat sebuah mobil  berjalan berlahan. memasuki parkiran. Sepertinya mobil pak Zaidan sudah datang. Lalu terlihat ada seseorang yang keluar dari mobil,  berjalan ke arah kami yang tengah mengobrol.

"Pak Aris, Tunggu  sebentar."

"Baik pak."

"Kalau begitu saya undur diri dulu pak Zaidan."

"Ya Alfath, Dinda sampai ketemu lagi. Semoga minggu depan restoran ini sudah bisa dibuka."

"Amin ...."

"Anya ammah pergi dulu ya ... sampai ketemu lagi." Kukecup pipinya yang menggemaskan itu.

"Ya, Ammah Dinda."

"Baik-baik ya sayang sama ayah."

"Ya, Ammah Dinda." dengan wajah sedikit cemberut.

Kamipun pergi meninggalkan pak Zaidan, pak Aris dan Anya. Kembali pulang dengan setumpuk pekerjaan yang mengasyikkan.

Terpopuler

Comments

Neng Yuni (Ig @nona_ale04)

Neng Yuni (Ig @nona_ale04)

Mampir lagi kak, semangat

2020-10-08

0

Sept September

Sept September

semangat kakakkkk 🤗

2020-09-12

0

Erlina Khopiani

Erlina Khopiani

😍😍😍😍 semangat kak

2020-08-30

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 1: Pertemuan
2 BAB 2: Mengembangkan Sayap
3 BAB 3: Kenangan
4 BAB 4: Perjalanan
5 BAB 5 : Sampai Tujuan
6 BAB 6: Pembelajaran dari Boss
7 BAB 7: Zaidan
8 BAB 8 : Iseng
9 BAB 9:Malam Menjelang Fajar
10 BAB 10: Adinda
11 BAB 11: Repotnya Pagi Ini
12 BAB 12: Anya Hari Ini
13 BAB 13: Piknik ke Pantai
14 BAB 14 : Maukah Engkau Jadi Istriku.
15 BAB 15: Kantor Polisi
16 BAB 16: Karyawan
17 BAB 17: Folder baru
18 BAB 18: di Kampus
19 Bab 19 : Reza oh Reza
20 BAB 20 : Teman Lama
21 BAB 21 : Mommy
22 BAB 22 : Bercanda
23 BAB 23 : Puzzle-puzzle Misteri
24 BAB 24 : Sepi tanpa Anya
25 BAB 25: Menaklukan Hati Dinda
26 BAB 26 : Mami, Bimbinglah Dinda
27 BAB 27 : Surat Cinta
28 BAB 28 : Layla Haydi
29 BAB 29 : Hantaran
30 BAB 30 : Persiapan
31 BAB 31 : Khitbah
32 BAB 32 : Permintaan Anya
33 BAB 33 : Ijab Qobul
34 BAB 34 : Menginap di Rumah Dinda
35 BAB 35 : Tidak malam ini
36 BAB 36 : Bukan Pak Aslam
37 BAB 37 : Pernik-pernik Sesaat dalam Pernikahan
38 BAB 38 : Bunda Anya
39 BAB 39 : Kecemasan Anya
40 BAB 40 : Hasrat
41 BAB 41 : HAYDI
42 BAB 42 : Masa Lalu Haydi
43 BAB 43 : Sesal Tak Berarti
44 BAB 44 : Jelas Sudah
45 BAB 45 : Bergambar kupu-kupu
46 BAB 46 : Dia Istriku
47 BAB 47: Kita Keluarga
48 BAB 48 : Ungkap Rasa dalam Satu Irama
49 BAB 49 : Foto Ini Bercerita
50 BAB 50 : Hangatnya Senja
51 BAB 51 : Dia Mayasa
52 BAB 52 : Ajari Aku, Bunda (menyambut HUT RI)
53 BAB 53 : Penculikan
54 BAB 54 : Melarikan Diri
55 BAB 55 : Misi Layla dkk.
56 BAB 56 : Penyergapan
57 BAB 57 : Mas, Aku di Sini (Reza POV)
58 BAB 58 : Jadilah Cantik
59 BAB 59 : Kak Aris
60 BAB 60 : Selamat Kembali, Cinta
61 BAB 61 : Maaf Itu Indah (Mayasa POV)
62 BAB 62 : Aku bersyukur Engkau Ada di Sisiku
63 BAB 63 : Aturan Mami
64 BAB 64 : Mengikuti Imamku
65 BAB 65 : Anya, Kita Pulang
66 BAB 66 : Maafkan Tante, Anya
67 BAB 67 : Menjadi Model Lukisan Ammah
68 BAB 68 : Kakak Anya
69 BAB 69 : Bahagia Itu Sederhana
70 BAB 70 : Tidurlah Dengan Tenang, Zahara
71 BAB 71 : Dalam Bayang-bayangmu (Aris POV)
72 BAB 72: Ini Untukmu
73 BAB 73 : Aris dan Layla
74 BAB 74 : Aku Merestuimu
75 BAB 75 : Panti Asuhan
76 BAB 76 : Berubahlah Fadly
77 BAB 77 : Gigitan Anya
78 BAB 78 : Bertemu Mayasa
79 BAB 79 : Untuk Si Kembar
80 BAB 80 : Hadiah Untuk dan Dari Anya
81 BAB 81 : Tes Awal
82 BAB 82 : Menghafal AyatMu (Fadly POV)
83 BAB 83 : Bertukar Peran
84 BAB 84 : Lulus
85 BAB 85 : Paman Handoko
86 BAB 86 : Gagal
87 BAB 87 : Selalu Siap
88 BAB 88 : Bukan Hukuman Tapi Hadiah
89 BAB 89 : Masuk Tol saja
90 BAB 90 : Aksi Fadly
91 BAB 91 : Mommy dan Daddy Kamal
92 BAB 92 : Dimana Fadly
93 BAB 93 : Rindu Untuk Berjumpa
94 BAB 94 : Kalau Mommy Ana Sudah Bertindak
95 BAB 95 : Malam Pertama
96 BAB 96 : Mengingat Rencana Awal
97 BAB 97 : Memendam Rindu
98 BAB 98 : Resepsi
99 BAB 99 : Permulaan Pesta
100 BAB 100 : Pesta Berakhir (end)
101 extra part
102 pengumuman
103 pengumuman karya baru
Episodes

Updated 103 Episodes

1
BAB 1: Pertemuan
2
BAB 2: Mengembangkan Sayap
3
BAB 3: Kenangan
4
BAB 4: Perjalanan
5
BAB 5 : Sampai Tujuan
6
BAB 6: Pembelajaran dari Boss
7
BAB 7: Zaidan
8
BAB 8 : Iseng
9
BAB 9:Malam Menjelang Fajar
10
BAB 10: Adinda
11
BAB 11: Repotnya Pagi Ini
12
BAB 12: Anya Hari Ini
13
BAB 13: Piknik ke Pantai
14
BAB 14 : Maukah Engkau Jadi Istriku.
15
BAB 15: Kantor Polisi
16
BAB 16: Karyawan
17
BAB 17: Folder baru
18
BAB 18: di Kampus
19
Bab 19 : Reza oh Reza
20
BAB 20 : Teman Lama
21
BAB 21 : Mommy
22
BAB 22 : Bercanda
23
BAB 23 : Puzzle-puzzle Misteri
24
BAB 24 : Sepi tanpa Anya
25
BAB 25: Menaklukan Hati Dinda
26
BAB 26 : Mami, Bimbinglah Dinda
27
BAB 27 : Surat Cinta
28
BAB 28 : Layla Haydi
29
BAB 29 : Hantaran
30
BAB 30 : Persiapan
31
BAB 31 : Khitbah
32
BAB 32 : Permintaan Anya
33
BAB 33 : Ijab Qobul
34
BAB 34 : Menginap di Rumah Dinda
35
BAB 35 : Tidak malam ini
36
BAB 36 : Bukan Pak Aslam
37
BAB 37 : Pernik-pernik Sesaat dalam Pernikahan
38
BAB 38 : Bunda Anya
39
BAB 39 : Kecemasan Anya
40
BAB 40 : Hasrat
41
BAB 41 : HAYDI
42
BAB 42 : Masa Lalu Haydi
43
BAB 43 : Sesal Tak Berarti
44
BAB 44 : Jelas Sudah
45
BAB 45 : Bergambar kupu-kupu
46
BAB 46 : Dia Istriku
47
BAB 47: Kita Keluarga
48
BAB 48 : Ungkap Rasa dalam Satu Irama
49
BAB 49 : Foto Ini Bercerita
50
BAB 50 : Hangatnya Senja
51
BAB 51 : Dia Mayasa
52
BAB 52 : Ajari Aku, Bunda (menyambut HUT RI)
53
BAB 53 : Penculikan
54
BAB 54 : Melarikan Diri
55
BAB 55 : Misi Layla dkk.
56
BAB 56 : Penyergapan
57
BAB 57 : Mas, Aku di Sini (Reza POV)
58
BAB 58 : Jadilah Cantik
59
BAB 59 : Kak Aris
60
BAB 60 : Selamat Kembali, Cinta
61
BAB 61 : Maaf Itu Indah (Mayasa POV)
62
BAB 62 : Aku bersyukur Engkau Ada di Sisiku
63
BAB 63 : Aturan Mami
64
BAB 64 : Mengikuti Imamku
65
BAB 65 : Anya, Kita Pulang
66
BAB 66 : Maafkan Tante, Anya
67
BAB 67 : Menjadi Model Lukisan Ammah
68
BAB 68 : Kakak Anya
69
BAB 69 : Bahagia Itu Sederhana
70
BAB 70 : Tidurlah Dengan Tenang, Zahara
71
BAB 71 : Dalam Bayang-bayangmu (Aris POV)
72
BAB 72: Ini Untukmu
73
BAB 73 : Aris dan Layla
74
BAB 74 : Aku Merestuimu
75
BAB 75 : Panti Asuhan
76
BAB 76 : Berubahlah Fadly
77
BAB 77 : Gigitan Anya
78
BAB 78 : Bertemu Mayasa
79
BAB 79 : Untuk Si Kembar
80
BAB 80 : Hadiah Untuk dan Dari Anya
81
BAB 81 : Tes Awal
82
BAB 82 : Menghafal AyatMu (Fadly POV)
83
BAB 83 : Bertukar Peran
84
BAB 84 : Lulus
85
BAB 85 : Paman Handoko
86
BAB 86 : Gagal
87
BAB 87 : Selalu Siap
88
BAB 88 : Bukan Hukuman Tapi Hadiah
89
BAB 89 : Masuk Tol saja
90
BAB 90 : Aksi Fadly
91
BAB 91 : Mommy dan Daddy Kamal
92
BAB 92 : Dimana Fadly
93
BAB 93 : Rindu Untuk Berjumpa
94
BAB 94 : Kalau Mommy Ana Sudah Bertindak
95
BAB 95 : Malam Pertama
96
BAB 96 : Mengingat Rencana Awal
97
BAB 97 : Memendam Rindu
98
BAB 98 : Resepsi
99
BAB 99 : Permulaan Pesta
100
BAB 100 : Pesta Berakhir (end)
101
extra part
102
pengumuman
103
pengumuman karya baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!