Sejak pulang dari pantai hingga mendekati jam pulang kantor, Anya masih tidur. Perutnya sudah terisi dan juga lelah, menyebabkan terlelap. Sehingga Zaidan bisa leluasa beraktifitas, melanjutkan pekerjaan kantor yang menumpuk.
Hari ini kamu manis sekali putri kecilku. Tawamu, ceriamu, manjamu, membuat ayah punya keberanian untuk mengatakan isi hati ayah. Moga-moga ammah Dinda segera memberi jawaban. Bisik Zaidan di telinga putrinya yang tertidur pulas di sofa di ruang kerjanya.
"Ammah ... ." bibir mungil memanggil seseorang dalam keadaan mata terpejam. Lalu tertidur lagi dengan berbalik arah dari posisi awal menghadap sandaran. Membelakangi Zaidan yang menatapnya dengan kasih sayang. Dia tersenyum mendengar kata-kata yang baru saja keluar dari bibir mungil putrinya. Kemudian dikecup dahinya dengan lembut.
"Ayah ...." Dia kibaskan wajah ayahnya, lalu tertidur lagi.
Lalu Zaidan berlalu meninggalkanya. Menuju ke tempat kebesarannya. Untuk melanjutkan memeriksa file-file yang masuk. Terlihat wajahnya kerut. Begitulah Zaidan kalau sudah bekerja, sangat fokus dan teliti. Namun tak banyak bicara. Sehingga disegani semua pegawai dan karyawan.
Adapun Aris sahabat beliau semasa sma adalah seorang sekretaris yang handal, sudah mengikuti Zaidan sejak pertama merintis usaha tersebut. Mengerti benar keadaan bossnya. Maka Zaidan sangat percaya padanya.
"Aris ... tolong bawa berkas keuangan dari Aifiyer."
Tak lama kemudian Aris masuk dengan membawa berkas yang dimaksud.
"Sebentar, Ris." lalu pak Aris duduk di depan meja Zaidan.
"Mengapa Aifiyer belakangan ini tidak ada perkembangannya. Malah justru menurun."
"Saya juga merasa begitu. Pak."
"Tolong ... besok Laila suruh sini."
"Baik, Pak."
"Ya sudah."
"Saya kembali, Pak."
"Oh, ya ...." jawabnya tanpa mengalihkan pandangannya pada berkas-berkas yang ada di depannya. Sampai-sampai tidak tahu, kalau ada panggilan yang masuk di hpnya. Baru setelah berkas itu terangkat, terdengar bunyi panggilan telpon dengan jelas.
Tanpa mengalihkan pandangan, dia mengangkat telpon dan bicara. Pada awalnya terkejut, tak lama kemudian terlihat kegembiraan di wajahnya.
"Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh."
"Maaf, Mon. Tadi tertutup kertas."
"Mommy, kapan tibanya ...?"
"Okey ... Mon."
"Nanti aku jemput. "
Segera Zaidan membereskan berkas-berkas di atas mejanya. Menutup laptopnya. Merapikan mejanya. Lalu berjalan berlahan ke arah putrinya yang masih tidur. Dan membangunkannya dengan kasih sayang.
"Anya sayang ... Ayo bangun. Eyang putri mau datang." bisik Zaidan di telinga putrinya yang tertidur pulas di sofa ruang kerjanya.
"Benar Ayah ...?" tanya Anya dengan mata yang masih rapat terpejam.
"Benar. Baru saja aya mendapat telpon dari eyang putri di Singapura. Mungkin sekarang sudah di dalam pesawat. Ayo bangun ... Nanti telat
Menjemputnya." Sambil mengecup pipi putri kecilnya dengan lembut.
"Oke ... anak ayah yang manis." sambil menuntun Anya berjalan. Menuju toilet yang ada di samping ruangan. Karena mata Anya yang belum sempurna terbuka.
Sstelan selesai membersihkan mukanya, dengan telaten Zaidan merapikan rambut Anya yang berantakan. Dan menata pakaiannya pula, agar telihat lebih rapi.
Dengan menggandeng Anya, Zaidan meninggalkan ruangan, hendak bergegas ke bandara. Tapi sebelum meninggalkan kantor, dia menuju ke meja pak Aris untuk memberikan beberapa petunjuk pekerjaan yang harus diselesaikan.
"Anya ... Alhamdulillah Allah sudah menjawab kerinduanmu pada eyang putri." kata Zaidan ketika mereka menuju parkiran. Membuat Anya sangat senang.
"Kalau kita meminta, pasti Allah akan kasih ya, Ayah."
"Iya pasti, sayang. Buktinya kemarin Anya bilang kangen sama eyang putri. Hari ini, eyang putri mau datang." jawab Zaidan dengan lembut.
"Berarti kalau Anya minta agar ammah Dinda jadi bunda Anya. Allah juga kasih."
Zaidan tersenyum dan menghentikan langkahnya, serta membelai rambut putrinya dengan gemas.
"Kapan Anya minta ke Allah."kata Zaidan sambil membukakan pintu untuk tuan putri kecilnya itu. Lalu berlalu ke sisi yang lain. Membuka pintu mobil untuk dirinya sendiri. Zaidan duduk di belakang kemudi dengan tenang. Dan menjalankan mobil, berlahan meninggalkan kompleks perkantoran. Menuju kawasan bandara, yang berjarak +_ 15 menit dari kantornya.
"Kapan ya ..." terlihat alisnya diangkat seakan-akan ingin mengingat sesuatu.
Sampai di bandaran menjelang sholat ashar. Zaidan kemudian memarkirkan kendaraannya. Mencari sebuah masjid. Kebetulan letaknya tak jauh dari tempat dia memarkir kendaraan.Yang berdada di kawasan bandara tersebut.
"Ayo kita sholat ashar dulu, minta sama Allah agar ammah Dinda jadi bunda Anya." jawab Zaidan sambil tersenyum.
Ngomongin eyang putri kok larinya ke ammah Dinda. Anya ... Anya ....
Semoga keinginanmu cepat terwujud. Doakan ayah ya ... Anya. Kata Zaidan dalam hati.
Membuat Zaidan jadi teringat akan Dinda. Dan ingin menghubunginya. Siapa tahu dia lagi online.
[Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh]
[Lagi apa?]
[Wa alaikum salam warohmatullahi wabarokatuh]
[Baca buku di perpustakaan]
[Sudah sholat ashar?]
[Sudah waktunya apa?]
[Belum, persiapan ...]
[Baiklah]
[Dah...]
[Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh]
[Waalaikum dalam warohmatullahi wabarokatuh.]
Entah kenapa semakin dilarang oleh Dinda, Zaidan semakin penasaran.
Ah ... sudahlah hari ini cukup. Melepaskan 'merindukannya' pada seseorang yang senantiasa mengusik kegelisahannya.
Lalu dia pergi ke tempat wudhu untuk bersuci, sambil menggandeng tangan Anya. Yang mengikutinya terus, dan menirukan apa yang Zaidan perbuat.
Sambil menunggu imam datang, Zaidan melakukan sholat sunnah dan berdzikir. Dia duduk tenang seorang diri. Sedangkan Anya duduk dekat pintu, menunggu ayahnya yang sedang sholat.
Tak berselang lama, ada seseorang yang mengumandangkan iqomah, bertanda sholat akan dimulai. Seseorang yang memakai jas abu-abu maju ke depan, untuk mengimami sholat. Zaidan berdiri tepat di belakang imam yang ditunjuk tadi. Mengikutinya dengan berusaha khusyu.
Selesai salam, Zaidan berdoa sejenak lalu bersalam-salaman dengan orang di sekitarnya.
"Syarief." sebut Zaidan ketika bersalaman dengan orang yang mengimani sholatnya tadi.
"Zaidankah?" jawabnya.
Syarief adalah teman kuliahnya, saat menempuh S1 di kota ini. Lalu keduanya berangkulan. 2 orang sahabat yang lama tak jumpa.
"Selama ini kamu kemana saja Syarief?"
"Aku tak kemana-mana. Tetap nyaman di kota kita tercinta ini. Kamunya ini yang kita tak tahu rimbanya. Hilang entah kemana." jawab Syarief senang.
"Bisa saja kamu, Syarief. Dari dulu tidak pernah berubah."
"Ada nich." Sambil menunjukkan badannya yang bertambah gemuk.
"Tidak terlalu juga. Kamu sendirian?"
"Ada 2 teman tuch." sambil menunjuk 2 orang yang sedang duduk di beranda masjid, menikmati senja yang menghias langit, dengan warna merah saganya.
"Maksudku ... kamu bersama keluargamu ...."
"Ya ... aku tinggal di rumahlah. Masa kemana-mana aku bawa. Lagian ini tugas, bukan pribadi. Ke Balikpapan, hanya 2 hari."
"Anakmu berapa?"
"Baru dua."
"Ini putrimu ya ...?" tanya Syarief. Ketika melihat Anya datang, lalu duduk dipangkuan Zaidan.
"Ya ." sambil mencium ubun-ubun putrinya dengan manja.
"Kamu?"
"Ceritanya panjang." jawab Zaidan.
Lalu dialihkannya pertanyaan itu pada putri kecil yang ada di pangkuan Zaidan.
"Mana bunda?" sambil melihat Anya dengan senyum gemas.
"Sudah meninggal." jawab Zaidan sedih.
"Oh ... maaf."
"Ayah, tadi aku sudah minta sama Allah, supaya Ammah Dinda jadi bunda Anya ...."
Mendengar itu, senyum Syarief jadi mengembang.
"Ups ... kesenangan itu ...." sambil melirik Zaidan.
"Ayah yang baik harus nurut sama keinginan anaklah ... tidak ada salahnya, kan?"
"Undang ya ...!"
"Ku undang harus siap khotbah."
"Baik, Boss."
"Ngomong-ngomong kamu masih di Islamic Center?"
"Tetap. Sekali-kali mampirlah ... Jangan bisnis melulu."
"Insya Allah." Lalu Zaidan berdiri sambil menggendong Anya.
" Mau menjemput mommy."
"Sama. Aku juga mau berangkat."
"Lanjut kapan-kapan ya ....."
"Ku tunggu."
"Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh."
"Waalaikum salam warohmatullahi wabarokatuh."
Belum lama Zaidan berjalan, ada panggilan masuk dari Syarif.
"Ada apa?"
"Terima kasih, sudah diberi tahu."
"Doakan, agar segera tertangkap."
"Aamiin."
Lalu Zaidan memeluk Anya dan menoleh ke belakang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Nisharaa
boom like kak..maaf ya baru sempat hafdir
semangat kak..like berlanjut.
Salamku Rindu suara azhan
2021-03-12
0
Nita.P
aku mampir lagi thor. Jangan lupa mampielr balik ya
2020-10-10
0
MomZiee
lanjuut
2020-09-23
0