BAB 18: di Kampus

Perjalanan menujun kampus hanya membutuhkan sekitar 20 menit dari rumah.

Tiba di parkiran, kami bertemu dengan dua ikhwan. Siapa lagi kalau bukan Haidar dan Reza.

Ketua dan bendahara panitia untuk rihlah esok.

"Hai,"suaranya bikin kaget saja. Suara siapa lagi kalau bukan suara Haidar.

"Apaan sich, kok bilangnya hai ... tidak ada kata lain apa?" balas Hani dengan nada 'merdu'nya. Yang selalu bikin kita ketawa.

"Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh. Ustadazah semua ..."kata Haidar. Terlihat dia tak begitu serius. Sehingga Hani makin cemberut.

Haidar memang tidak fokus. Karena dia malah mencuri-curi pandang pada Dinda. Yang sedang asyik memandang jam di pergelangan tangannya.

"Wa'alaikum salam warohmatullahi wabarokatuh," jawab kami tak kalah heboh.

"Tapi nggak segitunya kali...."

"Lha kenapa?"

"Kami belum pantas disebut ustadzah."  jawab Hani.

"Memang untuk kamu?!" jawab Haidar. Masih dengan sikap cueknya, hingga membuat Hani makin geram dan sebal.

"Sudah ... sudah ... kalian kalau ketemu persis tom and jerry dech. Bisa-bisa kalian nanti berjodoh lho."Silvi mencoba menengahi.

"Haaaaah ..." sontak keduanya berteriak bersama-sama. Membuat kami semua makin gembira untuk menggoda mereka berdua.

"Yuk, kita ke kantin dulu." ajak Reza

"Kita semua." tanya Hani.

"Ya, ini soal rekreasi kita besok."

"Aku pergi dulu  ya ..." pamit Silvi.

"Mengapa. Kamu tidak ikut?" tanya Haidar serius.

Yang ditanya hanya senyum-senyum.

"Maaf, Aku nggak bisa."

"Dilarang sama Dinda. Tidak diberi libur. Tega kamu, Din ... Din ...?" Jawab Haidar dengan mata senantiasa tertuju pada Dinda. Haidar ... Haidar. Entah apa yang dipikirkannya sehingga pandangannya tak pernah lepas darinya.

"Bukan. Kamunya yang suka menduga yang tidak-tidak."Silvi merasa kurang nyaman dengan perkataan Haidar. Tapi Dinda hanya tersenyum.

"Sudah, kalian ikut saja. Rezeki buat kalian." jawab Reza singkat dan tulus,  mencairkan sesuana yang mulai bikin senewen. Dan seketika wajah Hani menjadi cerah mengalahkan sinar matahari yang lagi terik-teriknya.  Dia juga mulai pusing lihat Haidar.

"Oke ."

"Nah ... begitu kan manis, dan bisa makan gratis. Iyakan, Za."kata Haidar.

"Heeem maunya ...." jawab Reza dengan bersungut, membuat kami tertawa.

🔸

Sesampainya di kantin, kami memilih duduk di pojok kanan. Berhadapan lansung dengan lapangan basket, dengan pohon-pohon mahoni di sekelilingnya. Semilir angin yang bertiup, menambah kesejukkan. Sejenak kurasa belaiannya menyentuh pipi. Menyamarkan panas dari pancaran sinar mentari yang terik di siang ini. Dan juga dengan rimbunnya daun, yang memayungi kami, semakin membuat kami nyaman duduk bersama.  Sambil menikmati minuman es kelapa muda yang sangat segar, yang baru saja dipesan Haidar.

"Enak nich ... esnya. Dan sekarang kami siap mendengarkan." mulai dech... Hani ini. Membuat Haidar meliriknya dengan sebel.

"Gini... untuk rihlah kita di hari rabu, banyak teman-teman minta di undur.  Diganti hari Ahad." kata Reza.

"Kalau itu, kemarin sudah dibicarakan di group, kan..?!." Kebiasaan nich Hani, menyela pembicaraan. Dan lagi-lagi Haidar mencoba memperingatkannya, dengan lirikan matanya yang tajam. Tapi yang diitatapnya sepertinya tak ambil pusing dan tak peduli.

Reza yang sudah akrab dengan mereka, sejak awal masuk kampus, hanya senyum-senyum saja.

"Yang ikut 60 orang. Dan untuk pengaturan tempat, untuk muslimah Dinda yang atur. Sedangkan yang muslim sudah diatur sama Haidar. Dan kenapa aku ajak kalian kesini Hani dan Silvi...? Kami perlu orang yang mengurusi bagian konsumsi. Nggak keberatan kan...?"

"Insya Allah bisa." jawab Silvi. Wah, kalau urusan dengan makanan yang mengandung uang langsung pikirannya jadi lancar jaya. Silvi ... Silvi ....

"Untuk 60 saja atau masih ada yang lain?"tanya Silvi serius.

"Insya Allah ustadz beserta keluarganya akan kita ajak," jawab Reza

"Ustadz kita ikut. Enggak seru ah ...." Langsung membuat kami berhenti menikmati minuman es degan ini. Dan tersenyum memandang Haidar yang cengengesan. Dan tertawa bersama.

"Ich maunya. Kapan sich kamu mau sadar?! Haidar ... Haidar. Masak tidak mengajak mereka. Taaak ... sopaaan ..."jawab Reza ringan dan menyenangkan.

"Jadi berapa?"

"Mungkin 70 cukup. Sekalian snacknya kalian atur."

"Menunya dan jenis kuenya bagaimana?"

"Aku terserah saja. Hanya saja sesuaikan dengan baggetnya."

"Oke."

"Masalah keuangannya hubungannya dengan Haidar."

"Sudahkan. Sepertinya dosenku sudah datang." kata Silvi berpamitan dan pergi meninggalkan kami menuju ruang kuliahnya.

"Sepertinya dosenku juga," kata Haidar pula.

Kamipun berlalu dari kantin menuju ke tujuan masing-masing dengan sedikit tergesa-gesa. Termasuk Dinda dan Reza.

Malang benar nasibku, sudah cepat-cepat menuju ruang kuliah, tak tahunya dosennya tak ada alias tak datang. Gerutu Dinda dalam hati karena kecewa. Tapi senang juga eh ....

Nikmati saja ....

Dengan santai dia menuju ke sebuah bangku kayu yang kokoh, di bawah pohon akasia, yang berada di taman, dekat  perpustakaan kampus. Sejenak dia terdiam dan memandang sekitar dengan senyuman. Lalu dibuka hpnya, memilih  aplikasi al Qur'an. Membacanya dengan lirih.

Semua itu tak lepas dari pengamatan seseorang yang sedari tadi memperhatikannya. Dia adalah orang  yang sama, yang menyambutnya di parkiran tadi. Dialah Reza.

Sudah lama ia menaruh hati pada gadis itu. Sejak awal ospek, dimana dia menjadi senior yang membimbing Dinda. Ada getar-getar lembut yang tumbuh dalam hatinya. Yang mengimpikan kehadiran ratu dalam rumah impiannya. Dan rasa ini adalah yang pertama dia alami. Mengingat dia tak terbiasa bergaul bebas dengan wanita. Perasaannya itu disimpannya dengan rapat. Ini mungkin yang terbaik. Mengingat dia masih kuliah,  demikian pula Dinda. Sehingga tak seorangpun mengetahuinya.

Berlahan dia menghampiri Dinda yang sedang duduk sendiri.

"Hai Din. Sedang apa?"

"Hai juga, Kak Reza. Lagi nyantai."

Kemudian dia menutup hpny a dan memperhatikan Reza yang sudah duduk di depannya.

"Kak Reza kosong juga?"

"Ya. Tiba-tiba saja dosennya ijin."

"Sama nich nasib kita." jawab Dinda.

"Dari tadi, aku perhatikan kamu  diam aja. Kenapa?"

Pertanyaan itu membuat Dinda tersenyum.

"Tidak, ini tadi aku lagi tilawah."

"Bukan ini tadi, sejak kamu datang dan di kantin, kamu juga diam."

"Tidak ada apa-apa, Kak."

"Jangan bohonglah. Sejak tadi aku selalu memperhatikanmu."

Membuat Dinda tertawa sampai terlihat giginya yang putih, berjejer rapi, serta lesung pipinya. Semakin tampak manis di mata Reza.

Dia tak tahu maksud Reza yang sebenarnya. Padahal itu merupakan ungkapan tulus dari hatinya yang paling dalam.

"Lagi males ngomong saja. Dan juga capek."

"Din. Kamu pasti ikutkan?"

"Insya Allah."

"Kalau kamu tak ikut, tidak ada gunanya aku ikut."

"Lho. Tidak boleh begitu Kak Reza. Kok menggantungkan keputusan pada seseorang. Apalagi kakak ketuanya."

Membuat Reza tersenyum sekaligus sedih. Karena Dinda tak mengerti juga akan perasaannya. Itu yang selama ini dia rasakan.

"Oh ya, aku minta tolong boleh?"

"Apa, Kak?"

"Pastikan Silvi ikut."

"Memangnya ada apa,Kak?"

"Ajak saja. Ada yang mau kenalan."

"Bener Kak, nanti akan aku bujuk lagi. Kemarin dia bilang tak mau ikut."

"Usahakan sangat!"

"Oke."

Menjadi mak coplang orang lain, sudah sering ia lakukan dan berhasil. Tapi urusan dengan hatinya sendiri, sampai saat ini tak berhasil-hasil juga.

Dinda, kapan kamu mengerti perasaanku. Bisiknya dengan lirih hingga anginpun tak mampu mendengarnya.

Terpopuler

Comments

sahabat syurga

sahabat syurga

reza telat kduluan zaidan...cb klo suka sm dinda lgsung ktakan biar gk kduluan org lain...klo aku lbh sk dinda brjodoh dg yg msih bjang ktimbang duda

2021-04-18

0

Neng Yuni (Ig @nona_ale04)

Neng Yuni (Ig @nona_ale04)

Mampir lagi kak, semangat 😊

2020-12-04

0

My sister...

My sister...

semangat..

2020-11-06

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 1: Pertemuan
2 BAB 2: Mengembangkan Sayap
3 BAB 3: Kenangan
4 BAB 4: Perjalanan
5 BAB 5 : Sampai Tujuan
6 BAB 6: Pembelajaran dari Boss
7 BAB 7: Zaidan
8 BAB 8 : Iseng
9 BAB 9:Malam Menjelang Fajar
10 BAB 10: Adinda
11 BAB 11: Repotnya Pagi Ini
12 BAB 12: Anya Hari Ini
13 BAB 13: Piknik ke Pantai
14 BAB 14 : Maukah Engkau Jadi Istriku.
15 BAB 15: Kantor Polisi
16 BAB 16: Karyawan
17 BAB 17: Folder baru
18 BAB 18: di Kampus
19 Bab 19 : Reza oh Reza
20 BAB 20 : Teman Lama
21 BAB 21 : Mommy
22 BAB 22 : Bercanda
23 BAB 23 : Puzzle-puzzle Misteri
24 BAB 24 : Sepi tanpa Anya
25 BAB 25: Menaklukan Hati Dinda
26 BAB 26 : Mami, Bimbinglah Dinda
27 BAB 27 : Surat Cinta
28 BAB 28 : Layla Haydi
29 BAB 29 : Hantaran
30 BAB 30 : Persiapan
31 BAB 31 : Khitbah
32 BAB 32 : Permintaan Anya
33 BAB 33 : Ijab Qobul
34 BAB 34 : Menginap di Rumah Dinda
35 BAB 35 : Tidak malam ini
36 BAB 36 : Bukan Pak Aslam
37 BAB 37 : Pernik-pernik Sesaat dalam Pernikahan
38 BAB 38 : Bunda Anya
39 BAB 39 : Kecemasan Anya
40 BAB 40 : Hasrat
41 BAB 41 : HAYDI
42 BAB 42 : Masa Lalu Haydi
43 BAB 43 : Sesal Tak Berarti
44 BAB 44 : Jelas Sudah
45 BAB 45 : Bergambar kupu-kupu
46 BAB 46 : Dia Istriku
47 BAB 47: Kita Keluarga
48 BAB 48 : Ungkap Rasa dalam Satu Irama
49 BAB 49 : Foto Ini Bercerita
50 BAB 50 : Hangatnya Senja
51 BAB 51 : Dia Mayasa
52 BAB 52 : Ajari Aku, Bunda (menyambut HUT RI)
53 BAB 53 : Penculikan
54 BAB 54 : Melarikan Diri
55 BAB 55 : Misi Layla dkk.
56 BAB 56 : Penyergapan
57 BAB 57 : Mas, Aku di Sini (Reza POV)
58 BAB 58 : Jadilah Cantik
59 BAB 59 : Kak Aris
60 BAB 60 : Selamat Kembali, Cinta
61 BAB 61 : Maaf Itu Indah (Mayasa POV)
62 BAB 62 : Aku bersyukur Engkau Ada di Sisiku
63 BAB 63 : Aturan Mami
64 BAB 64 : Mengikuti Imamku
65 BAB 65 : Anya, Kita Pulang
66 BAB 66 : Maafkan Tante, Anya
67 BAB 67 : Menjadi Model Lukisan Ammah
68 BAB 68 : Kakak Anya
69 BAB 69 : Bahagia Itu Sederhana
70 BAB 70 : Tidurlah Dengan Tenang, Zahara
71 BAB 71 : Dalam Bayang-bayangmu (Aris POV)
72 BAB 72: Ini Untukmu
73 BAB 73 : Aris dan Layla
74 BAB 74 : Aku Merestuimu
75 BAB 75 : Panti Asuhan
76 BAB 76 : Berubahlah Fadly
77 BAB 77 : Gigitan Anya
78 BAB 78 : Bertemu Mayasa
79 BAB 79 : Untuk Si Kembar
80 BAB 80 : Hadiah Untuk dan Dari Anya
81 BAB 81 : Tes Awal
82 BAB 82 : Menghafal AyatMu (Fadly POV)
83 BAB 83 : Bertukar Peran
84 BAB 84 : Lulus
85 BAB 85 : Paman Handoko
86 BAB 86 : Gagal
87 BAB 87 : Selalu Siap
88 BAB 88 : Bukan Hukuman Tapi Hadiah
89 BAB 89 : Masuk Tol saja
90 BAB 90 : Aksi Fadly
91 BAB 91 : Mommy dan Daddy Kamal
92 BAB 92 : Dimana Fadly
93 BAB 93 : Rindu Untuk Berjumpa
94 BAB 94 : Kalau Mommy Ana Sudah Bertindak
95 BAB 95 : Malam Pertama
96 BAB 96 : Mengingat Rencana Awal
97 BAB 97 : Memendam Rindu
98 BAB 98 : Resepsi
99 BAB 99 : Permulaan Pesta
100 BAB 100 : Pesta Berakhir (end)
101 extra part
102 pengumuman
103 pengumuman karya baru
Episodes

Updated 103 Episodes

1
BAB 1: Pertemuan
2
BAB 2: Mengembangkan Sayap
3
BAB 3: Kenangan
4
BAB 4: Perjalanan
5
BAB 5 : Sampai Tujuan
6
BAB 6: Pembelajaran dari Boss
7
BAB 7: Zaidan
8
BAB 8 : Iseng
9
BAB 9:Malam Menjelang Fajar
10
BAB 10: Adinda
11
BAB 11: Repotnya Pagi Ini
12
BAB 12: Anya Hari Ini
13
BAB 13: Piknik ke Pantai
14
BAB 14 : Maukah Engkau Jadi Istriku.
15
BAB 15: Kantor Polisi
16
BAB 16: Karyawan
17
BAB 17: Folder baru
18
BAB 18: di Kampus
19
Bab 19 : Reza oh Reza
20
BAB 20 : Teman Lama
21
BAB 21 : Mommy
22
BAB 22 : Bercanda
23
BAB 23 : Puzzle-puzzle Misteri
24
BAB 24 : Sepi tanpa Anya
25
BAB 25: Menaklukan Hati Dinda
26
BAB 26 : Mami, Bimbinglah Dinda
27
BAB 27 : Surat Cinta
28
BAB 28 : Layla Haydi
29
BAB 29 : Hantaran
30
BAB 30 : Persiapan
31
BAB 31 : Khitbah
32
BAB 32 : Permintaan Anya
33
BAB 33 : Ijab Qobul
34
BAB 34 : Menginap di Rumah Dinda
35
BAB 35 : Tidak malam ini
36
BAB 36 : Bukan Pak Aslam
37
BAB 37 : Pernik-pernik Sesaat dalam Pernikahan
38
BAB 38 : Bunda Anya
39
BAB 39 : Kecemasan Anya
40
BAB 40 : Hasrat
41
BAB 41 : HAYDI
42
BAB 42 : Masa Lalu Haydi
43
BAB 43 : Sesal Tak Berarti
44
BAB 44 : Jelas Sudah
45
BAB 45 : Bergambar kupu-kupu
46
BAB 46 : Dia Istriku
47
BAB 47: Kita Keluarga
48
BAB 48 : Ungkap Rasa dalam Satu Irama
49
BAB 49 : Foto Ini Bercerita
50
BAB 50 : Hangatnya Senja
51
BAB 51 : Dia Mayasa
52
BAB 52 : Ajari Aku, Bunda (menyambut HUT RI)
53
BAB 53 : Penculikan
54
BAB 54 : Melarikan Diri
55
BAB 55 : Misi Layla dkk.
56
BAB 56 : Penyergapan
57
BAB 57 : Mas, Aku di Sini (Reza POV)
58
BAB 58 : Jadilah Cantik
59
BAB 59 : Kak Aris
60
BAB 60 : Selamat Kembali, Cinta
61
BAB 61 : Maaf Itu Indah (Mayasa POV)
62
BAB 62 : Aku bersyukur Engkau Ada di Sisiku
63
BAB 63 : Aturan Mami
64
BAB 64 : Mengikuti Imamku
65
BAB 65 : Anya, Kita Pulang
66
BAB 66 : Maafkan Tante, Anya
67
BAB 67 : Menjadi Model Lukisan Ammah
68
BAB 68 : Kakak Anya
69
BAB 69 : Bahagia Itu Sederhana
70
BAB 70 : Tidurlah Dengan Tenang, Zahara
71
BAB 71 : Dalam Bayang-bayangmu (Aris POV)
72
BAB 72: Ini Untukmu
73
BAB 73 : Aris dan Layla
74
BAB 74 : Aku Merestuimu
75
BAB 75 : Panti Asuhan
76
BAB 76 : Berubahlah Fadly
77
BAB 77 : Gigitan Anya
78
BAB 78 : Bertemu Mayasa
79
BAB 79 : Untuk Si Kembar
80
BAB 80 : Hadiah Untuk dan Dari Anya
81
BAB 81 : Tes Awal
82
BAB 82 : Menghafal AyatMu (Fadly POV)
83
BAB 83 : Bertukar Peran
84
BAB 84 : Lulus
85
BAB 85 : Paman Handoko
86
BAB 86 : Gagal
87
BAB 87 : Selalu Siap
88
BAB 88 : Bukan Hukuman Tapi Hadiah
89
BAB 89 : Masuk Tol saja
90
BAB 90 : Aksi Fadly
91
BAB 91 : Mommy dan Daddy Kamal
92
BAB 92 : Dimana Fadly
93
BAB 93 : Rindu Untuk Berjumpa
94
BAB 94 : Kalau Mommy Ana Sudah Bertindak
95
BAB 95 : Malam Pertama
96
BAB 96 : Mengingat Rencana Awal
97
BAB 97 : Memendam Rindu
98
BAB 98 : Resepsi
99
BAB 99 : Permulaan Pesta
100
BAB 100 : Pesta Berakhir (end)
101
extra part
102
pengumuman
103
pengumuman karya baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!