BAB 5 : Sampai Tujuan

Setengah berlari aku menuju mobil yang terparkir tidak begitu jauh. Kuletakkan mukena di jok tengah dan segera  kusambar kotak obat yang ada di depan. Lalu kuhampiri Anya yang duduk meringis sambil memegangi lututnya yang terluka. Kubersihkan luka dengan kapas, yang dibasahi dengan revanol.

Lalu kututup dengan hansaplass agar tidak terkena kotoran ataupun kuman. Sehingga proses penyembuhan cepat dan baik.

" Bismillah semoga cepat sembuh." Kutiup luka itu berlahan untuk membuatnya tenang.

"Bagaimana sekarang. sudah enakkan?"

"Masih sakit?"

"Masih. Sabar ya ... nanti juga sembuh."

Sebenarnya saat Anya menangis Zaidan juga mendengar. Hanya saja waktu itu dia sedang melaksanakan sholat sunnah. Hatinya gelisah, sehingga sulit untuk khusu'. Dengan sedikit terburu-buru dia menyelesaikan sholatnya. Begitu selesai sholat, segera dia bangkit dan berlari  keluar. Dia tertegun ketika dilihatnya Dinda telah mendahului. Dengan telaten mengobati luka putrinya. Dia sadar, kehadiran Dinda sebagai sosok yang dapat membawanya, melupakan peristiwa tragis itu. Sekarang dia terlihat senang dan ceria.

Berlahan Zaidan mendekati keduanya. Dan berjongkok hendak membantu merapikan kapas pada luka Anya.

"Putri ayah yang cantik sholihah. Mana yang sakit. Ayah mau lihat!" Dinda mundur selangkah untuk memberikan kesempatan pada Zaidan mendekati Anya.

"Ini ayah ...." kata Anya bermanja, sambil menunjukkan luka yang sudah terbungkus rapi.

" Sudah bilang terima kasih apa belum, sama ammah Dinda." Sambil memangku Anya.

"Makasih Ammah. Sudah menolong Anya." Sambil mendekatkan wajahnya dengan wajahku.  Hendak memberikan ciuman terima kasih. Otomatis Zaidan merikuti gerakan Anya dan hampir saja membuat kepalanya terantuk dengan kepala Dinda.

"Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun." Serentak keduanya berucap bersama-sama.

Membuat  keduanya terpaku tak tahu apa yang dilakukan.

"Maaf ...." Zaidan mendahului memecah kesunyian. Dia merasa bersalah atas kejadian yang baru saja terjadi.

"Ya ...." Jawab Dinda singkat. Pandangannnya lalu beralih pada Anya yang sudah dipangku oleh pak Zaidan.

"Sama-sama ... .Hati-hati kalau bermain. Biar tidak jatuh ." Dia hanya tertawa, lupa dengan rasa nyeri yang di deritannya

"Sekarang sudah bisa jalan sendiri ...?"

Anya mencoba bangkit. Tapi wajahnya tampak meringis.

"Nggak bisa ...."

"Gendong ayah ...."  Jawab Anya dengan manja. Membuat Dinda tersenyum.

Senang rasanya menyaksikan kedekatan ayah dan putri semata wayangnya itu.

Mereka berlalu menuju mobil meninggalkan Dinda yang berdiri mematung seorang diri. Dia tidak terbiasa berdekatan dengan seorang laki-laki kecuali kakaknya yang sangat perhatian padanya. Kejadian sesaat itu membuatnya terkejut dan bingung. Dia hanya mampu berbisik dengan lirih beristighfar dalam hati. Ya Allah ampuni saya atas kejadian ini. Dan lindungilah diriku dari terombang-ambingnya hati. Hingga terbawa angan pada sebuah dosa.

Demikian juga dengan Zaidan. Hatinya terusik dengan kejadian tadi. Dia merasa Dinda adalah wanita yang tidak biasa. Sangat mandiri walau sedikit manja. Dan sangat menjaga dirinya terhadap lawan jenis. Dia sangat menghormati sikap Dinda yang demikian. Tentu kejadian itu akan menjadikan beban pada dirinya. Kejadian itu pasti mengganggu pikirannya. Ya Robbi... ijinkan hamba untuk melindungi diri dari dosa pada hambaMu yang lain, dan ijinkan hamba untuk menjadi pelindungnya. Bisiknya lirih dalam hati menyesali perbuatannya.

"Yah, kapan kita ke rumah eyang." Membuyarkan lamunan Zaidan

"Anya kangen ya?"

Anya mengangguk.

"Tunggu liburan nanti kita bisa ke rumah eyang ."

"Ya, masih lama dong."

"Tidak lama, kalau Anya bisa bersikap manis."

"Sekarang Anya mau duduk sama ayah atau sama ammah Dinda."

"Sama ayah."

"Oke."

Lalu dengan segera dia membuka pintu mobil dengan tangan kanan. Sedangkan satu tangan yang lain menggendong Anya.

"Ammah dinda ...." Teriak Anya membuyarkan lamunannya. Tangan kanan Anya melambai, memanggil dirinya.

Dindapun tersenyum dan merapikan peralatan pppk dalam kotak. Dengan semangat dia berjalan menuju mobil dimana Zaidan dan Anya menunggu. Diikuti oleh Alfath yang baru saja keluar dari masjid.

"Lalu kita berjalan ke arah mana , Pak." Tanya kak Alfath setelah duduk di belakang setir.

"Kita lurus saja. Nanti ada perempatan kita ke kiri. Rumah makan kita berada di pojok. Tepat di tikungan itu."

"Baik pak."

Dengan cekatan tangan kakak menghidupkan mobil. Dan melaju berlahan di jalan yang ramai. Di kanan kiri jalan berdiri gedung-gedung perkantoran dan pabri-pabrik, rapat berjejer.

Namun yang membuat Dinda nyaman dalam perjalalan adalah di tepi jalan berjejer pepohonan yang rimbun, sehingga terik matahari terhalangi dan udara menjadi sejuk. Ditambah lagi dengan coletah Anya yang tiada henti mewarnai perjalanan. Hingga tak terasa telah sampai.

"Alfath, aku turun di sini saja. Kamu parkirkan mobilmu di sana." Sambil menunjuk ke arah plataran luas, terletak di sebelah kanan bangunan itu.

Setelah pak Zaidan turun bersama putrinya, Alfath  berlahan membawa mobil ke arah parkiran itu. Tempatnya teduh. Dikelilingi oleh pohon-pohon palem yang menjulang tinggi. Serta terdapat  taman kecil yang mengelilingi sebuah bangunan kecil. Sepertinya sebuah musholla.  Di depannya tumbuh pohon kelengkeng yang berbuah lebat. Sangat teduh dengan internit berwarna hitam sebagai payungnya.

Kami keluar, setelah mobil berhenti dan terparkir dengan aman. Berjalan ke arah bagunan yang tak kalah asri, seperti impianku selama ini.

Sedangkan pak Zaidan yang terlebih dahulu turun terlihat berjalan memasuki bagunan tersebut dengan menggendong Anya. Melingkarkan tangan dari leher Zaidan , seakan tak mau lepas. Yang membuat diri kagum, tidak sedikitpun pak Zaidan  merasa kesal maupun marah. Membuat Dinda terpesona.

Ternyata perasaannya selama ini salah dalam menilai pribadi pak Zaidan. Saat pertama bertemu terus terang dia merasa kesal karena merasa dipermainkan olehnya. Tapi sekarang dia mulai mengerti bahwa pak Zaidan adalah orang tua berstatus single parent dalam mendidik putri kecilnya. Yang sangat membutuhkan perhatian dan pengawasan yang lebih. Tapi dia begitu telaten dan jarang mengeluh dalam menjalani kewajibannya. Belum lagi dengan tugasnya di kantor yang bertumpuk-tumpuk. Karena membawahi beberapa perusahaan.

Di dalam kami sudah ditunggu oleh beliau, yang duduk santai di sebuah kursi model klasik dari kayu jati. Sedang di sampingnya duduk putri kecilnya, Anya.

"Alfath ... Dinda ayo kemari."

Kamipun berjalan ke arahnya. Dan duduk di depan beliau. Tak lama kemudian ada seseorang masuk yang membawa 4 kotak makanan.

"Bapak Zaidan?"

"Benar saya sendiri."

"Ini pesanan bapak." Sambil memberikan kotak tersebut.

"Terima kasih."

"Sama-sama. Mari pak."

Pak Zaidan mengangguk.

Lalu beliau mengajak kami makan dengan santai.

"Ammah, suapi aku dong."

"Boleh."

"Harus dihabiskan,  ya sayang."

"Ammah juga."sambil melirik kotak nasiku yang masih penuh.

"Bagaimana pendapatmu Dinda dengan tempat ini."

"Bagus, indah dan nyaman. Kalau boleh saya jujur, tempat ini seperti yang saya angankan selama ini."

Mendengar itu beliau tersenyum. Benar-benar jawaban yang polos, pikir beliau.

"Berarti bisa langsung dibuka restoran ini." Kata beliau dengan semangat.

"Tapi bolehkah saya melihat dapurnya dulu?"

"Dihabiskan dulu, nanti baru saya tunjukkan dapurnya." Jawabnya senang.

Terpopuler

Comments

@BUMI_06

@BUMI_06

aku nyicil KK bcanya

2021-03-22

0

lizzy_aly

lizzy_aly

seru😊

2021-03-13

1

It's Cars

It's Cars

hai kak🤗nyicil baca dan like sampai sini dulu ya😊
jangan lupa mampir balik😆

2021-01-12

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 1: Pertemuan
2 BAB 2: Mengembangkan Sayap
3 BAB 3: Kenangan
4 BAB 4: Perjalanan
5 BAB 5 : Sampai Tujuan
6 BAB 6: Pembelajaran dari Boss
7 BAB 7: Zaidan
8 BAB 8 : Iseng
9 BAB 9:Malam Menjelang Fajar
10 BAB 10: Adinda
11 BAB 11: Repotnya Pagi Ini
12 BAB 12: Anya Hari Ini
13 BAB 13: Piknik ke Pantai
14 BAB 14 : Maukah Engkau Jadi Istriku.
15 BAB 15: Kantor Polisi
16 BAB 16: Karyawan
17 BAB 17: Folder baru
18 BAB 18: di Kampus
19 Bab 19 : Reza oh Reza
20 BAB 20 : Teman Lama
21 BAB 21 : Mommy
22 BAB 22 : Bercanda
23 BAB 23 : Puzzle-puzzle Misteri
24 BAB 24 : Sepi tanpa Anya
25 BAB 25: Menaklukan Hati Dinda
26 BAB 26 : Mami, Bimbinglah Dinda
27 BAB 27 : Surat Cinta
28 BAB 28 : Layla Haydi
29 BAB 29 : Hantaran
30 BAB 30 : Persiapan
31 BAB 31 : Khitbah
32 BAB 32 : Permintaan Anya
33 BAB 33 : Ijab Qobul
34 BAB 34 : Menginap di Rumah Dinda
35 BAB 35 : Tidak malam ini
36 BAB 36 : Bukan Pak Aslam
37 BAB 37 : Pernik-pernik Sesaat dalam Pernikahan
38 BAB 38 : Bunda Anya
39 BAB 39 : Kecemasan Anya
40 BAB 40 : Hasrat
41 BAB 41 : HAYDI
42 BAB 42 : Masa Lalu Haydi
43 BAB 43 : Sesal Tak Berarti
44 BAB 44 : Jelas Sudah
45 BAB 45 : Bergambar kupu-kupu
46 BAB 46 : Dia Istriku
47 BAB 47: Kita Keluarga
48 BAB 48 : Ungkap Rasa dalam Satu Irama
49 BAB 49 : Foto Ini Bercerita
50 BAB 50 : Hangatnya Senja
51 BAB 51 : Dia Mayasa
52 BAB 52 : Ajari Aku, Bunda (menyambut HUT RI)
53 BAB 53 : Penculikan
54 BAB 54 : Melarikan Diri
55 BAB 55 : Misi Layla dkk.
56 BAB 56 : Penyergapan
57 BAB 57 : Mas, Aku di Sini (Reza POV)
58 BAB 58 : Jadilah Cantik
59 BAB 59 : Kak Aris
60 BAB 60 : Selamat Kembali, Cinta
61 BAB 61 : Maaf Itu Indah (Mayasa POV)
62 BAB 62 : Aku bersyukur Engkau Ada di Sisiku
63 BAB 63 : Aturan Mami
64 BAB 64 : Mengikuti Imamku
65 BAB 65 : Anya, Kita Pulang
66 BAB 66 : Maafkan Tante, Anya
67 BAB 67 : Menjadi Model Lukisan Ammah
68 BAB 68 : Kakak Anya
69 BAB 69 : Bahagia Itu Sederhana
70 BAB 70 : Tidurlah Dengan Tenang, Zahara
71 BAB 71 : Dalam Bayang-bayangmu (Aris POV)
72 BAB 72: Ini Untukmu
73 BAB 73 : Aris dan Layla
74 BAB 74 : Aku Merestuimu
75 BAB 75 : Panti Asuhan
76 BAB 76 : Berubahlah Fadly
77 BAB 77 : Gigitan Anya
78 BAB 78 : Bertemu Mayasa
79 BAB 79 : Untuk Si Kembar
80 BAB 80 : Hadiah Untuk dan Dari Anya
81 BAB 81 : Tes Awal
82 BAB 82 : Menghafal AyatMu (Fadly POV)
83 BAB 83 : Bertukar Peran
84 BAB 84 : Lulus
85 BAB 85 : Paman Handoko
86 BAB 86 : Gagal
87 BAB 87 : Selalu Siap
88 BAB 88 : Bukan Hukuman Tapi Hadiah
89 BAB 89 : Masuk Tol saja
90 BAB 90 : Aksi Fadly
91 BAB 91 : Mommy dan Daddy Kamal
92 BAB 92 : Dimana Fadly
93 BAB 93 : Rindu Untuk Berjumpa
94 BAB 94 : Kalau Mommy Ana Sudah Bertindak
95 BAB 95 : Malam Pertama
96 BAB 96 : Mengingat Rencana Awal
97 BAB 97 : Memendam Rindu
98 BAB 98 : Resepsi
99 BAB 99 : Permulaan Pesta
100 BAB 100 : Pesta Berakhir (end)
101 extra part
102 pengumuman
103 pengumuman karya baru
Episodes

Updated 103 Episodes

1
BAB 1: Pertemuan
2
BAB 2: Mengembangkan Sayap
3
BAB 3: Kenangan
4
BAB 4: Perjalanan
5
BAB 5 : Sampai Tujuan
6
BAB 6: Pembelajaran dari Boss
7
BAB 7: Zaidan
8
BAB 8 : Iseng
9
BAB 9:Malam Menjelang Fajar
10
BAB 10: Adinda
11
BAB 11: Repotnya Pagi Ini
12
BAB 12: Anya Hari Ini
13
BAB 13: Piknik ke Pantai
14
BAB 14 : Maukah Engkau Jadi Istriku.
15
BAB 15: Kantor Polisi
16
BAB 16: Karyawan
17
BAB 17: Folder baru
18
BAB 18: di Kampus
19
Bab 19 : Reza oh Reza
20
BAB 20 : Teman Lama
21
BAB 21 : Mommy
22
BAB 22 : Bercanda
23
BAB 23 : Puzzle-puzzle Misteri
24
BAB 24 : Sepi tanpa Anya
25
BAB 25: Menaklukan Hati Dinda
26
BAB 26 : Mami, Bimbinglah Dinda
27
BAB 27 : Surat Cinta
28
BAB 28 : Layla Haydi
29
BAB 29 : Hantaran
30
BAB 30 : Persiapan
31
BAB 31 : Khitbah
32
BAB 32 : Permintaan Anya
33
BAB 33 : Ijab Qobul
34
BAB 34 : Menginap di Rumah Dinda
35
BAB 35 : Tidak malam ini
36
BAB 36 : Bukan Pak Aslam
37
BAB 37 : Pernik-pernik Sesaat dalam Pernikahan
38
BAB 38 : Bunda Anya
39
BAB 39 : Kecemasan Anya
40
BAB 40 : Hasrat
41
BAB 41 : HAYDI
42
BAB 42 : Masa Lalu Haydi
43
BAB 43 : Sesal Tak Berarti
44
BAB 44 : Jelas Sudah
45
BAB 45 : Bergambar kupu-kupu
46
BAB 46 : Dia Istriku
47
BAB 47: Kita Keluarga
48
BAB 48 : Ungkap Rasa dalam Satu Irama
49
BAB 49 : Foto Ini Bercerita
50
BAB 50 : Hangatnya Senja
51
BAB 51 : Dia Mayasa
52
BAB 52 : Ajari Aku, Bunda (menyambut HUT RI)
53
BAB 53 : Penculikan
54
BAB 54 : Melarikan Diri
55
BAB 55 : Misi Layla dkk.
56
BAB 56 : Penyergapan
57
BAB 57 : Mas, Aku di Sini (Reza POV)
58
BAB 58 : Jadilah Cantik
59
BAB 59 : Kak Aris
60
BAB 60 : Selamat Kembali, Cinta
61
BAB 61 : Maaf Itu Indah (Mayasa POV)
62
BAB 62 : Aku bersyukur Engkau Ada di Sisiku
63
BAB 63 : Aturan Mami
64
BAB 64 : Mengikuti Imamku
65
BAB 65 : Anya, Kita Pulang
66
BAB 66 : Maafkan Tante, Anya
67
BAB 67 : Menjadi Model Lukisan Ammah
68
BAB 68 : Kakak Anya
69
BAB 69 : Bahagia Itu Sederhana
70
BAB 70 : Tidurlah Dengan Tenang, Zahara
71
BAB 71 : Dalam Bayang-bayangmu (Aris POV)
72
BAB 72: Ini Untukmu
73
BAB 73 : Aris dan Layla
74
BAB 74 : Aku Merestuimu
75
BAB 75 : Panti Asuhan
76
BAB 76 : Berubahlah Fadly
77
BAB 77 : Gigitan Anya
78
BAB 78 : Bertemu Mayasa
79
BAB 79 : Untuk Si Kembar
80
BAB 80 : Hadiah Untuk dan Dari Anya
81
BAB 81 : Tes Awal
82
BAB 82 : Menghafal AyatMu (Fadly POV)
83
BAB 83 : Bertukar Peran
84
BAB 84 : Lulus
85
BAB 85 : Paman Handoko
86
BAB 86 : Gagal
87
BAB 87 : Selalu Siap
88
BAB 88 : Bukan Hukuman Tapi Hadiah
89
BAB 89 : Masuk Tol saja
90
BAB 90 : Aksi Fadly
91
BAB 91 : Mommy dan Daddy Kamal
92
BAB 92 : Dimana Fadly
93
BAB 93 : Rindu Untuk Berjumpa
94
BAB 94 : Kalau Mommy Ana Sudah Bertindak
95
BAB 95 : Malam Pertama
96
BAB 96 : Mengingat Rencana Awal
97
BAB 97 : Memendam Rindu
98
BAB 98 : Resepsi
99
BAB 99 : Permulaan Pesta
100
BAB 100 : Pesta Berakhir (end)
101
extra part
102
pengumuman
103
pengumuman karya baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!