Dinda memasuki tokonya dengan senang. Sejenak terlupa peristiwa yang barusan dialaminya. Dari wa Silvi yang dia kirim, bahwa saat ini karyawan yang dia sampaikan kepadaku kemarin sudah datang. Dan sudah menunggu di toko.
Mana dia .....
Oh itu mereka ....
Kulihat di tempat duduk pojok sebelah kanan 2 dua orang gadis yang duduk dengan santai sambil mengobrol ringan. Salah satunya sepertinya aku kenal.
" Hai Yani, apa kabar ?"
"Kabar baik, Din."
"Lama nggak ketemu Yani. Selama ini kamu kemana Yan."
"Ke Hongkong, Din."
"Sayang lho ... ilmumu. Apalagi dulu kamu paling jago bikin pastry. Aku suka banget sama pastry kamu."
"Bisa saja kamu,Din. Mau gimana lagi, gaji TKW gede sich."
"Uangnya banyak dong. Kok sekarang malah melamar kerjaan ke tempatku, apa nggak salah?"
"Ceritanya panjang, Din. Nanti saja aku cerita. Itu ada mbaknya juga yang mau ketemu kamu!" kata Yani, sambil menoleh ke arah sebelah kanannya.
Seorang cewek yang masih berseragam putih abu-abu dengan jilbab putih di kepala, tampak manis tersemyum ke padaku.
"Adik nama Ratna?" tanyakku sambil membalas senyuman manisnya.
"Ya mbak."
"Kelas berapa?"
"Kelas 12."
"Apa ini nggak akan mengganggu waktu belajarmu?"
"Insya Allah tidak Mbak. Saya sudah memikirkannya."
"Rumahmu di mana?"
"Tidak jauh dari sini, Mbak."
"Seumpama kamu menginap bisa?"
"Insya Allah."
"Baiklah kalau begitu. Kamu boleh kerja. Mulai sekarang."
"Benarkah Mbak?"
"Kalau tidak keberatan."
"Baik mbak."
"Nanti bisa belajar dulu sama mbak Silvi dan mbak Hani. Dan tolong bantu juga mbak Rani seandainya membutuhkan."
"Baik Mbak."
Kemudian Ratna pergi ke dalam dapur toko kami, untuk berganti baju terlebih dahulu. Dia adalah karyawan paruh waktu yang kemarin sudah dikatakan Silvi padaku. Yang akan membantu dibagian produksi.
Namun untuk kali ini biarlah membantu di bagian penjualan. Besok baru beralih di bagian produksi. Kulihat sepintas cekatan dan pekerja keras. Semoga ini bisa membantu Silvi dan Hani mengatasi pesanan yang terus meningkat.
"Hebat kamu, Din."
"Pujian atau pujian ...?"
"Dua-duanya." jawab Yani tertawa.
"Ehmmmm, ke Hongkong, uangnya banyak dong ."
"Tak bersisa, Din. Dihabiskan paman. Bahkan ketika aku pulang katanya ibu punya banyak hutang ke dia. Karena perawatan ibu."
"Aku ikut sedih, Yan. "
"Ya sudahlah, Din. Hikmahnya aku bisa dekat orang tua dan merawatnya."
"Tapi aku diterima tidak?"
"Rugi gitu lho ... nggak terima kamu .... Tapi Yan, gajinya tidak seberapa dibanding kamu kerja di Hongkong." Dinda menjawab dengan pelan.
Yani hanya tersenyum saja menanggapi jawabanku.
"Aku mengerti. Yang penting sekarang aku bisa dekat dengan orang tua. Sekarang ibuku sering sakit-sakitan. Tidak apa-apa kan, Din."
"Lalu yang jaga ibumu siapa? Atau gini saja, kamu buat di rumah dan kirim ke toko ini. Bahan dariku semua."
"Beneran, Din." aku mengangguk. Yani langsung memeluknya.
"Ya udah kalau begitu. Hari kamis kamu ke sini,agar aku bisa menyiapkan dulu bahan untuk posturnya."
"Kalau begitu. Aku balik dulu ya...."
"Oh ya, Ini untuk oleh-oleh ibumu di rumah." jawabku. Mengambil beberapa kue dari etalase dan memasukkannya ke dalam paper bag. Untuk ibunya di rumah yang sedang sakit.
"Sekali lagi terima kasih , Din." sambil memeluk ku. Kemudian pulang.
Ariyani, teman SMK yang dulu periang dan sangat berbakat dalam bidang kuliner. Aku sering mengagumi hasil masakannya. Apalagi dengan kue-kue yang dia buat, sangat luar biasa. Baik dari segi penampilan maupun rasa. Apakah sekarang masih sama dengan Ariyani yang dulu ataukah telah berubah. Setelah sekian lama tidak bergelut lagi dengan dunia kuliner. Semoga saja tidak berubah. Aamiin....
Setelah Yani berlalu, akupun pergi menuju musholla toko. Untuk menghilangkan lelah yang kuderita karena aktifitasku dari pagi hingga menjelang dhuhur ini, yang rasanya kok belum berhenti.
Tapi sekalian saja aku selesaikan masalah penambahan karyawanku. Baik untuk toko roti ini dan restoran. Kubuka wa, chatting dengan adik kelasku yang baru saja pulang dari Lombok. Kabarnya tidak kembali lagi ke sana. Kemarin sudah aku hubungi. Cuma kepastiannya kapan masuknya belum kuberi tahu.
[Assalamu alaikum wr. .wb.]
[Waalaikum salam...]
[Yeyen ya...]
[Ya...]
[Rabu besok bisa ke restoran]
[Insya Allah]
[Ok..tak tungu ya...]
[Ajak sekalian temanmu itu...]
[Ya, Mbak]
[Assalamu alaikum wr wb]
[Wa alaikum salam wr. wb.]
Tinggal satu yang belum kuhubungi, yaitu bi Sumi. Moga-moga dia bisa....
[Assalamu alaikum wr wb]
[Wa alaikum salam wr wb]
[Bi Sumi sekarang sedang apa?]
[Ada apa non Dinda]
[Seumpama bik Sumi kerjanya nginap di rumah saya, bagaimana?]
[Wah saya senang banget, Non ...]
[Kebetulan saya selama ini saya nganggur di rumah. ]
[Hanya kerja kalau non panggil di hari kamis dan jum'at ]
[Mulainya kapan, Non]
[Kalau hari ini bisa]
[Bisa, Non]
[Ya udah, nanti sore atau habis maghrib nanti, biar dijemput kakak.]
[Ok, Non]
Lelah juga duduk. Membuatku terkantuk-kantuk. Apalagi jam-jam segini. Waktunya khoilullah kata ustad, tidur sejenak memperbaiki kebugaran tubuh.
"Silvi, aku ke rumah dulu ya...." kataku sambil berlalu. Meninggalkan Silvi yang juga ingin menuju ke peraduannya. Semalam telah terforsir tenaganya untuk bikin pesanan.
"Ya, Din." katanya sambil menuju ke kamarnya yang ada di atas.
"Nanti berangkat kuliah sama-sama ya..."
"Ok"
Aku sudah tak tahan lagi dengan rasa kantuk ini. Ku berjalan melewati Hani, Rani dan yang lainnya yang sedang asyik melayani pembeli. Kulihat Rani yang berkutat di meja kasir harus sesekali turut pula membantu. Ingin kuberhenti dan membantu tapi rasa kantukku ini seakan menghalangi. Maka ku teruskan melangkah hingga keluar dan menuju ke rumah.
Sampai di rumah, kubuka pintu dengan kunci yang kubawa dan segera menuju ke kamarku untuk merebahkan badan.
Sayangnya ketika sampai kamar, kok kantukku berkurang dengan hadirnya bayangan kejadian saat bersama-sama Anya dan Zaidan pagi ini.
Tentang Anya yang makan kue tart di kantor. Membuat kami tertawa bersama.
Tentang anehnya sikap Zaidan saat meminjam laptop. Entah apa maksudnya ....
Tentang keceriaan bermain bersama di pantai. Sungguh mengasyikkan.
Saat Zaidan mau melamar. Yang membuat hatiku hingga saat ini, masih berdebar-debar antara binggung dan bahagia.
Semua berlalu-lalang menghiasi anganku, mengusir rasa kantukku.
Sambil duduk bersandar di sandaran tempat tidur, iseng-iseng kubuka laptop ku. Melihat data perkembangan keuangan toko roti.
Tapi ini kok ada folder baru?
Perasaan, aku belum pernah simpan sesuatu dengan nama folder itu?!
Penasaran, kubuka folder dengan nama
'Qolbii salim li ukhti'.
Kesempurnaan hatiku bagi saudara perempuanku, kurang lebih begitu artinya. Kalau tak salah.
Apa isinya. Aku jadi penasaran.
Ini pasti kerajan Zaidan yang pinjam laptopku tadi pagi. Ah, ada-ada saja. batinku
Apa maksudnya ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Neng Yuni (Ig @nona_ale04)
Mampir lagi kak, semangat 😊
2020-11-29
0
🍃🥀Fatymah🥀🍃
Aku mampir lagi kak 🤗🤗
Salam manis dari MAYLEA SI GADIS MASA DEPAN
2020-09-20
0
Erlina Khopiani
semangat
2020-09-15
0