Zaidanpun tak kalah sigap, langsung membatu pak Aslam yang telah terlebih dulu lari mengejar. Berkat kesigapan pak Tata dan pak Aslam, orang itu tertangkap. Pak Zaidan segera menelpon polisi, setelah mengamankan penyusup tersebut ke dalam pos keamanan.
Tak lama kemudian polisi datang, lalu membawanya pergi diikuti oleh salah satu satpam. Untuk memberikan keterangan.
"Maaf pak, tadi saya belum melapor."
"Ya ... Kalau bisa jika ada kejadian yang aneh segera telpon saya. Kali ini saya maafkan." Jawab Zaidan berang.
Kemudian Zaidan meninggalkan pak Aslam sendiri di pos keamanan, dengan rasa bersalahnya. Beruntung Zaidan sudah tahu dari cctv yang dia pasang di sekitar rumahnya. Yang terhubung langsung dengan hpnya.
Sengaja dia mengajak satpam berjamaah pada saat ini, salah satunya adalah untuk mengecek sendiri keamanan rumahnya. Karena dia melihat adanya gelagat yang tidak baik sejak tadi siang.
Dengan gelisah dia menuju rumah. Pikirannya mencari-cari dan menebak-tebak, siapa gerangan yang telah mengganggu kehidupannya. Kenapa sampai tahu keberadaannya. Adakah selama ini seseorang yang mengikutinya. Lalu siapa?
Ah ... Semoga ini menjadi petunjuk awal siapa dalang dari pembunuhan istrinya. Dan motif dibalik peristiwa itu. Dia tak akan tenang sebelum pembunuhnya tertangkap.
Kalau bukan karena Anya masih tidur.
Ingin rasanya dia langsung ke kantor polisi. Menyaksikan polisi mengintrogasi penyusup itu dengan mata kepala sendiri. Sehingga dia segera tahu, kenapa sampai menyatroni rumahnya. Adakah yang menyuruhnya.
Semua pertanyaan itu berputar-putar di kepala Zaidan. Tak jarang membuat Zaidan lemah. Hanya pada yang bersemayam di langit, dia pasrahkan segala beban di pundaknya. Segalanya tanpa sisa. Tentang Anya, tentang istrinya dan segalanya.
Kemudian dia masuk ke kamar kerja. Dan menyibukkan diri dengan pekerjaan-pekerjaan yang tertunda. Hingga larutpun tak terasa. Jarum jam berdenting, terdengar cukup jelas, di tengah malam. Menandakan pukul 00.00 tepat, baru kemudian Zaidan mematikan lampu ruang kerjanya. Berjalan berlahan menuju kamar putrinya. Setelah terlebih dahulu mencuci muka dan sikat gigi di kamar pribadinya.
Di pandanginya wajah putrinya dengan senyum. Dibelai dengan lembut. Ditiup ubun-ubunnya dengan doa. Lalu dia menuju sofa yang ada di sisi tempat tidur. Merebahkan tubuhnya yang terasa sangat lelah. Tak lama kemudian terdengar bunyi mendengkur. Tanda dia sudah berada di alam mimpi.
Tepat jam 03.00 dini hari Zaidan terbangun. Kemudian dia lihat putri kecilnya yang masih tertidur pulas dengan senyum tersungging. Ada kecerian di wajah mungilnya. Seperti sedang menikmati mimpi yang indah. Namun selimutnya sedikit terbuka. Diapun tersenyum. Lalu merapikan selimut itu dengan pelan, agar tidak menggangu tidur putrinya.
Dengan berlahan dia keluar. Lalu membersihkan diri dengan sempurna. Serta mengambil air wudhu untuk melengkapi bersuci. Menuju kamar Anya. Serta menggelar sajadah di sisi ranjang. Melakukan sholat tahajud.
Menyibak kesunyian malam. Takbir sebagai awal. Berdiri, ruku', sujud dengan tenang. Berhias ketaatan. Berakhir dengan salam.
Mengungkap rasa kerinduan pada sang Pecipta. Mengadukan apa yang dirasa. Dalam senandung pujian, pengharapan dan do"a.
Nikmat terasa. Tetesan air mata. Tumpah dalam jumpa pada sang maha kasih dan cinta. Dalam ribaNya. Lumpuh bersimpuh mengakui kelemahan. Tiada daya mengangkat badan tanpa ditopang kuasaNya.
Pada kedua lengan beban terasa ringan dalam sentuan sayap utusan. Hilangkan was-was dan takut di jiwa. Berganti ketenangan merasuk pada sanubari membimbing pikir melintasi angan bahagia. Berlahan angan menuliskan puisi pada untaian doa yang dia panjatkan.
💎
Bayang masa lalu terengut nestapa
Tersisa duka kini masih terasa
Padaku, pada putriku yang tak berdosa
Mengukir nyata di hamparan angannya
Dinda ...
Bayang wajahmu melintas dalam doa
Kuhadirkan pada yang mengikat jiwa
Restu cinta kasih akankah tiba
Mengusir lara pengganti derita
Kapankah akan kudapat halalNya
Sejenak bibir berujar rasa
Yang tak bisa kusembunyi kan
Dari sang Maha Tahu
Apakah ini sebuah jawaban
Atas perjalanan malamku yang lama
Tolonglah Tuhan beri aku tanda
Agar inginku menjadi nyata
Kebaikan aku, putriku
Hadirnya dalam ikatan nyata
💎
Zaidan bertafakur hingga tak terasa dentang jarum jam sudah lewat dari setengah perjalanan menuju fajar. Lalu dia beranjak dari sujudnya. Melipat sajadah dan meletakkannya di pundak. Masih memakai sarung serta peci, lengkap dengan baju taqwa. Berjalan berlahan, melewati ruang tengah menuju halaman depan rumah.
Suasana masih gelap ketika dia membuka pintu rumah utama. Sejenak dia terdiam, mangamati keadaan di kesunyian. Dingin angin terasa menusuk, menembus kulit ari. Tak urungkan niat melangkah pergi. Menapaki jalan setapak di tengah taman. Yang terlihat karena cahaya bulan. Yang muncul tenggelam di balik awan.
Sejenak berhenti ketika seekor kelelawar melintas. Kibasan sayapnya terdengar memecah senyap. Hingga terhenti, hinggap di pohon rambutan. Bertengger sejenak lalu pergi ke arah sinar purnama. Dan menghilang. Seiring terbit warna putih di ufuk timur. Bertanda fajar akan muncul. Menyapa alam berhias bintang-bintang dengan senyuman. Kebesaran dia rasakan. Masya Allah ... inilah ciptaan Tuhan.
Zaidan terus melangkah. Terlihat olehnya, pak Aslam tertidur pulas di pos. Hanya berselimutkan sarung. Melindungi dirinya dari angin malam yang dingin. Dan semakin mendekati fajar dinginnya semakin terasa. Dan diapun meringkuk mengalah pada ciptaanNya jua.
Sedangkan pak Tata duduk di beranda musholla. Terlihat bening di wajahnya. Rupanya dia juga menikmati malam dengan bermunajat padaNya.
Zaidan berjalan berlahan mendekatinya. Lalu duduk di samping sebelah kanan. Pak Tata tersenyum menyambut dengan hangat. Lalu dia berlalu menuju pos untuk mengambil termos yang berisikan kopi dan juga gelas. Yang senantiasa tersedia menemani malamnya. Kali ini bi Rahma yang membuatnya. Berlahan dia menuangkan untuk tuannya.
"Dingin sekali malam ini, Pak." Sapa Zaidan.
"Iya." Pak Tata mengangguk.
"Bagaimana tadi?"
"Dia masih diam."
"Lalu?"
"Belum dapat keterangan apa-apa."
Terlihat wajah Zaidan geram dan kecewa.
"Tapi saya laporkan juga kejadian tadi siang. Sepertinya mereka mengenali orang tersebut."
"Perkembangan kasus istri saya?"
"Besok Bapak diminta datang, kalau bisa dengan putri bapak."
"Tak mungkin. Dia masih kecil. Apa diperlukan?"
"Siapa tahu Pak."
Pak Tata adalah orang yang mengerti benar tentang Zaidan dan keluarganya. Keluarga Hendiyana, keluarga yang mengadopsi Zaidan dari panti asuhan. Sejak berumur 4 tahun. Sehingga dia kenal benar watak tuannya. Lembut tapi tegas dan pekerja keras.
Perusahaan yang banyak bukanlah warisan dari orang tua angkatnya. Melainkan murni dari kerja kerasnya selama ini. Dimulai sejak masih remaja, dia sudah mulai membuka usaha sendiri. Apalagi semenjak lulus S3.
Dia semakin matang dalam mengelola perusahaan. Hingga maju pesat dan memiliki banyak cabang.
Zaidan sangat menghormati pak Tata. Yang mengasuhnya sejak kecil. Dan pak Tata sangat setia kepada keluarga Hendiyana. Pada waktu keluarga Hendiyana memutuskan untuk menetap di Singapura. Dia memutuskan ikut Zaidan sebagai satpam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Titin
like thor
2021-03-14
0
Neng Yuni (Ig @nona_ale04)
Mampir lagi kak, semangat 😊
2020-11-16
0
My sister...
semangat terus..
2020-10-12
0