BAB 4: Perjalanan

"Habis ini kita ke restoran kita, Dinda, Alfath."

"Baik pak."

"Sebentar, tunggu Anya belum selesai makan." Interupsi si mungil Anya yang sedang menikmati makanan kecil.

"Ya sayang .... Dimakan saja dulu dengan tenang. Kita tunggu kok." Jawabku.

"Suapi ammah ya ...biar cepat."

"Sip ...." Dia sambut  suapanku dengan mambuka mulut lebar-lebar, memakannya dengan lahap.

"Bagaimana sekarang, sudah kenyang?"

"Sudah. Makasih ammah." jawabnya riang.

Kemudian, dia minum dengan berlahan-lahan. Wajahnya terlihat senang, karena perutnya telah  terisi. Bermain sejak pagi, membuatnya lapar.

Kami bangkit menuju parkiran, melewati beberapa joglo yang berjejer indah, di samping kanan dan kiri jalan. Ini bisa dijadikan inspirasi di kemudian hari, dalam mengatur rumah makan.

Pak Zaidan dan kakak berjalan terlebih dahulu. Sedangkan aku mengikuti di belakangnya, sambil menggandeng tangan Anya yang mungil.

"Dimana letak restoran itu." aku bertanya setengah berbisik pada kak Alfath.

"Dekat kantor." Jawab pak Zaidan.

Sebenarnya pertanyaan itu untuk kak Alfath. Tapi pak Zaidan yang menjawab. Membuat diri ini tersipu malu

"Makanya ikuti saja, jangan banyak tanya!" Kata kak Alfath dengan nada agak tinggi, disertai wajah yang garang seperti monster. Menyeramkan sekali ....

Aku tak tahu, kenapa kak Alfath menjadi galak,  protektif, dingin, jutek dan menyebalkan.  Membuat diriku salah tingkah. Padahal kalau di rumah baik dan ramah.

"Ammah ... ammah ... kalau pergi jangan ajak om Alfath."

"Kenapa ?"

"Nanti ammah dimarahi terus."

Nach ... anak kecil saja bisa manilai. Masak nggak merasa sich .... Batinku bergemuruh dengan beribu kata yang tak mungkin diungkapkan.

"Alfath, boleh kali ini aku numpang di mobilmu. Rasanya aku mengantuk sekali. Aku tidak sanggup lagi untuk menyetir sendiri kali ini?" kata pak Zaidan.

Terlihat matanya merah, menahan kantuk berat.

"Boleh Pak, tapi mobil saya tak senyaman mobil bapak." Kata kak Alfath malu-malu. Lebih baik terus terang dari pada nanti jadi pikiran atau beban di hati.

Pak Zaidan pun tersenyum menanggapi ungkapan itu. Beliau terlihat bisa memaklumi keadaan bawahannya. Dia sangat rendah hati. Kesombongan dan keangkuhan jauh dari kepribadiannya. Beliau tidak membeda-bedakan, antara atasan dan bawahan. Menganggap semua sama. Dan satu lagi, dia orang yang peduli.

"Silahkan, Pak." kata kak Alfath.

Dia membukakan pintu untuknya. Dan mempersilahkan duduk di depan bersamanya. Lalu dia menuju ke sisi yang lain. Duduk dengan tenang di belakang kemudi.

"Jangan khawatirkan mobilku. Aku sudah telpon pak Aris untuk mengambil mobilku nanti." Menjawab kegusaran kakak yang tampaknya ragu untuk  menghidupkan  mobil ini.

Sesaat setelah mobil berjalan, pak Zaidan melanjutkan tidurnya yang sejak tadi, mencoba untuk ditahannya. Di samping kakak yang sedang menyetir mobil dengan tenang. Anya dan aku duduk di jok tengah.

Untuk mengusir kebosanan, kami bermain tebak-tebakan. Kadang juga menyanyikan beberapa lagu anak-anak.  Membuat suasana menjadi menyenangkan. , namun sedikit berisik. Sehingga tak jarang kak Alfath harus sekali-kali memperingatkan kami. Agar tidak mengganggu pak Zaidan yang sedang tertidur pulas.

Namanya juga anak kecil. Selalu ada saja yang diperbuatnyal. Wajahnya tak pernah lepas untuk melihat ke luar cendela. Bila ada suatu yang menarik,  dia akan bertanya terus, sampai dia merasa puas. Hingga tak jarang aku dibuat kerepotan untuk memenuhi rasa keingintahuannya. Dia memang anak yan cerdas.

Setelah menempuh perjalanan selama lima belas menit, mobil ini berhenti tepat di depan sebuah gedung perkantoran yang megah. Dengan halaman yang luas. Ada taman kecil di pinggir-pingirnya. Cukup untuk berteduh. Namun kami hanya bisa diam di dalam mobil. Tak tahu harus melakukan apa. Menunggu pak Zaidan terbangun dengan sendirinya.

"Om, aku mau turun ya...." kata Anya tak lama kemudian. Memang terasa jenuh berada di dalam mobil. Terlihat tangan mungilnya, berusaha membuka pintu mobil, yang masih terkunci. Kubuka pintu itu.  Bersama-sama kami keluar, menuju  taman yang ada di pinggir halaman kantor ini. Sekedar untuk menghilangkan penat, yang terasa selama dalam perjalanan. Meninggalkan kakak dan pak Zaidan yang masih dalam keadaan tertidur pulas.

"Sudah sampai tho...?"

"Ya ...pak."

"Mengapa kalian tidak membangunkanku?"

"Kami tak tega, Pak."

"Hemmm ...ada-ada saja kamu Alfath."

"Mana Anya dan Dinda?"

Dilihatnya tak ada orang lagi di mobil ini selain mereka berdua. Diapun menengok keluar mobil. Dilihatnya, Anya yang duduk dibawah pohon, berlindung dari sinar matahari yang sedang panas-panasnya. Melepas lelah dan menikmati sejuknya semilir angin berhembus. Sedangkan Dinda terlihat membasuh kedua tangan dengan air pada kran yang tersedia di taman kantor.

"Alfath ...kamu panggil mereka. Aku mau memesan makanan online dulu. Nanti kita makan di restoran yang kita tuju."

"Baik, Pak."

Kak Alfath  melambaian tangan kanannya, sebagai isyarat memanggil, agar mereka kembali. Tapi sayangnya, baik Dinda maupun Anya tidak melihat. Mau tak mau Alfath berjalan, menghampiri keduanya  untuk mengajak  kembali. Dan segera melanjutkan perjalanan.

"Pak Zaidan ...apa tidak sebaiknya kita mencari masjid untuk sholat dulu. Ini hampir memasuki waktu sholat dhuhur."

"Oke, kita sholat dulu. Agar tenang." jawab pak Zaidan.

Setelah mobil berjalan 3 menit, kami menemukan masjid kecil yang asri.  Kita semua  turun dan menuju masjid itu. Tempat wudhu tersedia untuk masing-masing. Terlihat bersih dan terawat.

Namun  aku tak lupa, untuk mengambil peralatan sholat, yang ada dalam tas di jok tengah. Sebagai jaga-jaga kalau di dalam masjid tidak menyediakan peralatan sholat bagi para musafir. Lalu, menuju ke tempat wudhu untuk bersuci. Dengan menggandeng Anya, yang tampak senang mengikuti.

Segar terasa saat air jernih menyentuh  dan menembus kulit ariku.  Dari wajah, tangan hingga kaki basah oleh air wudhu.  Benar-benar menyejukkan.

Rupanya Anya tak kalah manis, dengan menirukan semua gerakan wudhuku. Walaupun tak sempurna, namun cukup lumayan untuk anak seusianya. Hanya sayang, percikan air wudhu mengenai sebagian bajunya, sehingga terlihat basah semua. Akupun hanya bisa tersenyum. Segera kuambilkan baju ganti yang senantiasa disiapkan dari rumah, mungkin oleh pak Zaidan, atau yang lainnya.

Demikian juga saat kami mengikuti sholat berjamaah. Dia tak beranjak  dari sisiku, bahkan ikut sholat disampingku, dengan tertib, walau tak lengkap rekaatnya.

Selesai sholat,  tanpa bisa aku cegah dia  berlari keluar, tak sabar menungguku melipat mukenah, menuju halaman depan masjid yang dipenuhi tanaman hias. Ketika ada kupu-kupu terbang rendah, mengitari bunga asoka, yang berwarna merah, matanya melirik dan tergoda untuk mengejarnya. Tanpa memperhatikan bahwa pijakannya adalah batu kecil-kecil yang kasar.  Keseimbangannya tidak stabil akhirnya tergelincir dan jatuh terduduk.

Mendengar tangisannya aku segera berlari keluar melihat apa yang terjadi dengannya.

"Sudah ...sudah. Tidak usah menangis.  Tunggu ammah di sini. Ammah mau ambil dulu kotak obat di mobil." setelah mendudukkannya dengan tenang di beranda masjid.

Terpopuler

Comments

Titin

Titin

like thor

2021-03-08

0

Lia halim

Lia halim

Good..mereka rajin beribadah juga y

2021-01-28

0

My sister...

My sister...

hadir kak..

2020-10-07

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 1: Pertemuan
2 BAB 2: Mengembangkan Sayap
3 BAB 3: Kenangan
4 BAB 4: Perjalanan
5 BAB 5 : Sampai Tujuan
6 BAB 6: Pembelajaran dari Boss
7 BAB 7: Zaidan
8 BAB 8 : Iseng
9 BAB 9:Malam Menjelang Fajar
10 BAB 10: Adinda
11 BAB 11: Repotnya Pagi Ini
12 BAB 12: Anya Hari Ini
13 BAB 13: Piknik ke Pantai
14 BAB 14 : Maukah Engkau Jadi Istriku.
15 BAB 15: Kantor Polisi
16 BAB 16: Karyawan
17 BAB 17: Folder baru
18 BAB 18: di Kampus
19 Bab 19 : Reza oh Reza
20 BAB 20 : Teman Lama
21 BAB 21 : Mommy
22 BAB 22 : Bercanda
23 BAB 23 : Puzzle-puzzle Misteri
24 BAB 24 : Sepi tanpa Anya
25 BAB 25: Menaklukan Hati Dinda
26 BAB 26 : Mami, Bimbinglah Dinda
27 BAB 27 : Surat Cinta
28 BAB 28 : Layla Haydi
29 BAB 29 : Hantaran
30 BAB 30 : Persiapan
31 BAB 31 : Khitbah
32 BAB 32 : Permintaan Anya
33 BAB 33 : Ijab Qobul
34 BAB 34 : Menginap di Rumah Dinda
35 BAB 35 : Tidak malam ini
36 BAB 36 : Bukan Pak Aslam
37 BAB 37 : Pernik-pernik Sesaat dalam Pernikahan
38 BAB 38 : Bunda Anya
39 BAB 39 : Kecemasan Anya
40 BAB 40 : Hasrat
41 BAB 41 : HAYDI
42 BAB 42 : Masa Lalu Haydi
43 BAB 43 : Sesal Tak Berarti
44 BAB 44 : Jelas Sudah
45 BAB 45 : Bergambar kupu-kupu
46 BAB 46 : Dia Istriku
47 BAB 47: Kita Keluarga
48 BAB 48 : Ungkap Rasa dalam Satu Irama
49 BAB 49 : Foto Ini Bercerita
50 BAB 50 : Hangatnya Senja
51 BAB 51 : Dia Mayasa
52 BAB 52 : Ajari Aku, Bunda (menyambut HUT RI)
53 BAB 53 : Penculikan
54 BAB 54 : Melarikan Diri
55 BAB 55 : Misi Layla dkk.
56 BAB 56 : Penyergapan
57 BAB 57 : Mas, Aku di Sini (Reza POV)
58 BAB 58 : Jadilah Cantik
59 BAB 59 : Kak Aris
60 BAB 60 : Selamat Kembali, Cinta
61 BAB 61 : Maaf Itu Indah (Mayasa POV)
62 BAB 62 : Aku bersyukur Engkau Ada di Sisiku
63 BAB 63 : Aturan Mami
64 BAB 64 : Mengikuti Imamku
65 BAB 65 : Anya, Kita Pulang
66 BAB 66 : Maafkan Tante, Anya
67 BAB 67 : Menjadi Model Lukisan Ammah
68 BAB 68 : Kakak Anya
69 BAB 69 : Bahagia Itu Sederhana
70 BAB 70 : Tidurlah Dengan Tenang, Zahara
71 BAB 71 : Dalam Bayang-bayangmu (Aris POV)
72 BAB 72: Ini Untukmu
73 BAB 73 : Aris dan Layla
74 BAB 74 : Aku Merestuimu
75 BAB 75 : Panti Asuhan
76 BAB 76 : Berubahlah Fadly
77 BAB 77 : Gigitan Anya
78 BAB 78 : Bertemu Mayasa
79 BAB 79 : Untuk Si Kembar
80 BAB 80 : Hadiah Untuk dan Dari Anya
81 BAB 81 : Tes Awal
82 BAB 82 : Menghafal AyatMu (Fadly POV)
83 BAB 83 : Bertukar Peran
84 BAB 84 : Lulus
85 BAB 85 : Paman Handoko
86 BAB 86 : Gagal
87 BAB 87 : Selalu Siap
88 BAB 88 : Bukan Hukuman Tapi Hadiah
89 BAB 89 : Masuk Tol saja
90 BAB 90 : Aksi Fadly
91 BAB 91 : Mommy dan Daddy Kamal
92 BAB 92 : Dimana Fadly
93 BAB 93 : Rindu Untuk Berjumpa
94 BAB 94 : Kalau Mommy Ana Sudah Bertindak
95 BAB 95 : Malam Pertama
96 BAB 96 : Mengingat Rencana Awal
97 BAB 97 : Memendam Rindu
98 BAB 98 : Resepsi
99 BAB 99 : Permulaan Pesta
100 BAB 100 : Pesta Berakhir (end)
101 extra part
102 pengumuman
103 pengumuman karya baru
Episodes

Updated 103 Episodes

1
BAB 1: Pertemuan
2
BAB 2: Mengembangkan Sayap
3
BAB 3: Kenangan
4
BAB 4: Perjalanan
5
BAB 5 : Sampai Tujuan
6
BAB 6: Pembelajaran dari Boss
7
BAB 7: Zaidan
8
BAB 8 : Iseng
9
BAB 9:Malam Menjelang Fajar
10
BAB 10: Adinda
11
BAB 11: Repotnya Pagi Ini
12
BAB 12: Anya Hari Ini
13
BAB 13: Piknik ke Pantai
14
BAB 14 : Maukah Engkau Jadi Istriku.
15
BAB 15: Kantor Polisi
16
BAB 16: Karyawan
17
BAB 17: Folder baru
18
BAB 18: di Kampus
19
Bab 19 : Reza oh Reza
20
BAB 20 : Teman Lama
21
BAB 21 : Mommy
22
BAB 22 : Bercanda
23
BAB 23 : Puzzle-puzzle Misteri
24
BAB 24 : Sepi tanpa Anya
25
BAB 25: Menaklukan Hati Dinda
26
BAB 26 : Mami, Bimbinglah Dinda
27
BAB 27 : Surat Cinta
28
BAB 28 : Layla Haydi
29
BAB 29 : Hantaran
30
BAB 30 : Persiapan
31
BAB 31 : Khitbah
32
BAB 32 : Permintaan Anya
33
BAB 33 : Ijab Qobul
34
BAB 34 : Menginap di Rumah Dinda
35
BAB 35 : Tidak malam ini
36
BAB 36 : Bukan Pak Aslam
37
BAB 37 : Pernik-pernik Sesaat dalam Pernikahan
38
BAB 38 : Bunda Anya
39
BAB 39 : Kecemasan Anya
40
BAB 40 : Hasrat
41
BAB 41 : HAYDI
42
BAB 42 : Masa Lalu Haydi
43
BAB 43 : Sesal Tak Berarti
44
BAB 44 : Jelas Sudah
45
BAB 45 : Bergambar kupu-kupu
46
BAB 46 : Dia Istriku
47
BAB 47: Kita Keluarga
48
BAB 48 : Ungkap Rasa dalam Satu Irama
49
BAB 49 : Foto Ini Bercerita
50
BAB 50 : Hangatnya Senja
51
BAB 51 : Dia Mayasa
52
BAB 52 : Ajari Aku, Bunda (menyambut HUT RI)
53
BAB 53 : Penculikan
54
BAB 54 : Melarikan Diri
55
BAB 55 : Misi Layla dkk.
56
BAB 56 : Penyergapan
57
BAB 57 : Mas, Aku di Sini (Reza POV)
58
BAB 58 : Jadilah Cantik
59
BAB 59 : Kak Aris
60
BAB 60 : Selamat Kembali, Cinta
61
BAB 61 : Maaf Itu Indah (Mayasa POV)
62
BAB 62 : Aku bersyukur Engkau Ada di Sisiku
63
BAB 63 : Aturan Mami
64
BAB 64 : Mengikuti Imamku
65
BAB 65 : Anya, Kita Pulang
66
BAB 66 : Maafkan Tante, Anya
67
BAB 67 : Menjadi Model Lukisan Ammah
68
BAB 68 : Kakak Anya
69
BAB 69 : Bahagia Itu Sederhana
70
BAB 70 : Tidurlah Dengan Tenang, Zahara
71
BAB 71 : Dalam Bayang-bayangmu (Aris POV)
72
BAB 72: Ini Untukmu
73
BAB 73 : Aris dan Layla
74
BAB 74 : Aku Merestuimu
75
BAB 75 : Panti Asuhan
76
BAB 76 : Berubahlah Fadly
77
BAB 77 : Gigitan Anya
78
BAB 78 : Bertemu Mayasa
79
BAB 79 : Untuk Si Kembar
80
BAB 80 : Hadiah Untuk dan Dari Anya
81
BAB 81 : Tes Awal
82
BAB 82 : Menghafal AyatMu (Fadly POV)
83
BAB 83 : Bertukar Peran
84
BAB 84 : Lulus
85
BAB 85 : Paman Handoko
86
BAB 86 : Gagal
87
BAB 87 : Selalu Siap
88
BAB 88 : Bukan Hukuman Tapi Hadiah
89
BAB 89 : Masuk Tol saja
90
BAB 90 : Aksi Fadly
91
BAB 91 : Mommy dan Daddy Kamal
92
BAB 92 : Dimana Fadly
93
BAB 93 : Rindu Untuk Berjumpa
94
BAB 94 : Kalau Mommy Ana Sudah Bertindak
95
BAB 95 : Malam Pertama
96
BAB 96 : Mengingat Rencana Awal
97
BAB 97 : Memendam Rindu
98
BAB 98 : Resepsi
99
BAB 99 : Permulaan Pesta
100
BAB 100 : Pesta Berakhir (end)
101
extra part
102
pengumuman
103
pengumuman karya baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!