BAB 11: Repotnya Pagi Ini

"Dinda, bangun. Sudah subuh."

Suara kak Alfath yang lembut, membuat diriku tersadar dari buaian mimpi. Aku terbangun dalam keadaan masih memakai mukena.

Astaghfirullahal adzim ....

Rupanya aku ketiduran waktu menunggu waktu subuh. Sebab rasa capek yang kurasakan. Setelah semalaman begadang, menyelesaikan pesanan. Hingga suara adzan dari masjid yang tak jauh dari rumah, bisa tak terdengar.

Segera kuberanjak mengambil air wudhu. Untunglah tidak ketinggalan waktu. Sehingga bisa melakukan sholat subuh pada waktunya meskipun harus sendiri di rumah.

Selesai sholat kulihat jarum jam sudah menunjukkan pukul 05.30. Aku berlalu menuju dapur. Memanaskan masakan yang sudah kubuat. Menatanya ke dalam rantang  sebagai bekal kakak. Lalu meletakkan sebagiannya ke mangkuk. Untuk lauk teman-teman makan siang di toko. Sebagiannya untuk di rumah.

"Masak apa , Din?" Sapa kakak yang terlihat rapi dengan kaos olah raga. Hendak jogging seperti yang dilakukan setiap hari.

"Sup Ayam."

"Sedap. Jangan lupa banyakkan untuk kakak!"

"Ih ... Kakak tidak takut gemuk apa?"

"Lha, kakak  tidak  makan sendiri. Teman kakak suka nimbrung. Hitung-hitung  promosi."

"Siapkan juga 2 rantang yang lain. Pesanan teman kakak"

"Hampir saja lupa." Jawabku, "Untung saja kakak mengingatkan."

"Pagi ini kakak mau dibuatkan nasi goreng, apa tidak?"

"Tidak ... tidak ... kakak belum laku. Nanti makin gendut ini badan." jawab kakak sambil tertawa. Meninggalkanku yang sedang berkutat dengan acara masak-memasak sendirian.

Untuk sarapan pagi biasanya kakak hanya mengonsumsi susu dan roti. Jarang sekali makan nasi. Hanya kalau ingin, dia akan reqoest lebih dulu.

"Neng Dinda ..." Teriakan keras mang Maman terdengar dari luar.

"Sebentar Mang. Masuk saja. Barangnya turunkan di teras." jawabku agak berteriak. Mengimbangi suaranya. Lalu kuambil dompet,  berjalan ke luar menemuinya.

"Nah ... yang begini yang saya mau. Tidak apa-apa agak mahal sedikit asalkan barangnya fress dan terjamin. Jangan seperti kemarin. Nanti jadi turun kwalitas kue dan masakan saya ..."

"Maafkan Mang Maman, Neng Dinda. Insya Allah tidak terulang lagi."

"Berapa Mang."

"Itu sudah ada jumlahnya, Neng."

"Oke." jawabku sambil mengeluarkan beberapa lembar uang dari dompet.

"Tolong dihitung dulu, Bang."

"Pas, Neng."

"Dan ini daftar sementara untuk besok. Nanti kalau ada perubahan saya telpon, Mang."

"Permisi , Neng."

"Silahkan, Mang."

Setelah mang Maman pergi, Dinda memilah-milah sayur, buah, ikan, daging dll. Yang  mana untuk toko rotinya dan yang mana untuk kebutuhan dapurnya.

Tak terasa waktu berjalan amat cepat. Saat ini mungkin sudah jam 06.00 lebih. Karena terlihat mbak Rani dan mbak Mira sudah datang. Mereka sedang memparkirkan sepeda di samping toko roti. Ah, kebetulan pikir Dinda.

"Mbak Rani, tolong ... bantu saya bawa ini!" Panggilku setengah berteriak.

Dengan cepat mereka menghampiriku yang kerepotan membawa semua belanjaan.

"Yang ini bawa ke toko. Dan ini tolong bawa ke dapur rumah." Perintahku sambil memilah-milah.

"Baik, Mbak." Dengan segera, mereka membawa belanjaan tersebut.

Sementara mereka berdua berlalu menuju masing-masing tujuan. Kulihat kakak telah kembali dari acara joggingnya. Masuk ke dalam rumah untuk membersihkan diri. Dan bersiap untuk berangkat ke kantor.

Selesai bersih diri, kakak duduk di kursi meja makan. Dengan tenang menikmati roti yang ku panggang dengan sedikit selai di atasnya.

Aku berlalu membersihkan diri dengan cepat. Sebelum menikmati sarapan bersama. Walaupun dengan menu yang berbeda. Vegetarian untuk menu dietku. Untuk hari ini segelas air lemon dan beberapa potong buah apel yang ingin kumasukkan di dalam perut ini.

"Din, proposalnya sudah siap."

"Beres kak."

"Ya sudah.".

"Apa aku harus ke kantornya, Kak."

"Kalau suruh ke kantor. Ya ... ke kantor. Kalau suruh kirim lewat email. Ya ... kirim. Gitu kok repot."

"Kak,  boleh minta tolong." setengah takut agak merinding Dinda mengatakan itu.

"Apa?"

"Aku ada sedikit kue untuk Anya. Putrinya pak Zaidan. Tolong berikan ya...."

"Lha kok kakak?"

"Sebentar, Kak." 

Ku hentikan bicaraku, saat mendengar hpku berbunyi.  Ada nama boss di sana. Dengan segera kumelangkah pergi, ke ruang depan. Meninggalkan kakak seorang diri di meja makan melanjutkan  sarapannya.

Kok mesti pakai vidiocall sih, batinku. Namun bagaimana lagi. Mau tak mau harus kubuka juga.

"Assalamu 'alaikum, Ammah ..." 

Dari seberang terlihat pak Zaidan menyapa, sambil mengarahkan hpnya ke arah putrinya,  yang tampak masih tertidur dengan wajah cemberut. Oh rupanya ... maksudnya itu tho ....

"Waalaikum salam." jawabku tenang.

"Lho ... itu siapa yang masih tidur, siang-siang begini?"

"Masa itu Anya. Anak yang pinter, cantik dan sholihah ...?"

"Aku sudah bangun kok, Ammah." jawabnya dengan mata yang masih tertutup. Tapi sudah mulai bergerak duduk, meski terlihat malas.

"Wah,  kue ini nanti diberikan kucing saja kalau begitu!"

"Tidak-tidak itu untuk Anya. Ammah sudah janji kemarin, kan?" Terlihat matanya sudah terbuka lebar.

"Mandi dulu ya ... jangan lupa gosok gigi. Nanti hadiahnya akan bertambah."

"Oke, Bunda. Anya mandi dulu."

Beeettts. Dadaku berdesir mendengar kata bunda dari bibir mungilnya. Untung lak Alfath tidak melihatnya. Kalau melihat, tak tahulah aku apa yang akan dikatakannya padaku, untuk membuatku sedikit marah.

"Terima kasih, Dinda. Jangan lupa bawa proposal ke kantor. Assalamu'alaikum." Teriak si boss Zaidan  dengan keras. Seperti tergesa-gesa hendak pergi.

Kelihatan tingkah lucu mereka yang secara tidak sengaja terekam. Anya langsung turun dari tempat tidur dan berlari, lalu dengan cepat dikejar ayahnya, sampai lupa menutup hp.

"Kakak sudah selesai, tunggu aku ya, Kak." Membuat kakak yang sedang mengunyah roti itu berhenti sejenak. Sambil memperhatikanku dengan wajah bertanya-tanya.

"Itu tadi pak Zaidan nelpon, agar proposalnya dibawa saja ke kantor."

"Ya dudah kalau begitu. Segeralah bersiap. Ini sudah siang."

"Baik, Kak."

Segera ku suprut minuman lemonku hingga tetes terakhir. Dan meletakkannya di meja. Dengan berlari menuju kamar untuk berganti pakaian. Berhias sekedarnya. Agar tidak terlihat terlalu pucat. Ku ambil leptopku serta berkas-berkas yang lain. Yang sudah kusiapkan sejak tadi malam. Lalu kutemui kakak yang sedang beres-beres peralatan bekas sarapan. Serta mencuci piring dan gelas kotor dan meletakkannya kembali di rak dekat wastafel.

"Sudah?" Tanya kakak.

"Dah." Jawabku sambil memperbaiki letak jilbab ini. Rasa-rasanya kok masih kurang pas. Apa akunya yang sedang gugup ya ....

"Makasih, Kak. Sudah dicucikan gelasku." Kakakku hanya tersenyum.

"Tunggu kakak di depan. Jangan lupa bawa rantangnya."

"Oke."

Seperti ada yang kurang. Apa ya ....?

Oh ya kuenya Anya.

"Kak, tunggu sebentar. Aku ambil dulu kue Anya."

"Cepat."

Akupun berjalan menuju dapur di toko roti melalui pintu depan. Yang sudah terbuka sejak Mbak Rini datang.

"Silvi,  sudah matang pizzamu?"

"Itu, sudah kusiapkan." sambil menunjuk ke arah meja. Alhamdulillah ....

Kumasukkan pizza, kue tart, dan beberapa jajanan tradisonal ke dalam paper bag. Siapa tahu Anya suka. Sedangkan bunyi klakson mobil kakak memanggil-manggil. Menyuruhku segera keluar.

"Terima kasih. Aku titip tokonya ya ..."

"Beres."

"Bagaimana, masih ada yang kurang?" Tanya kakak yang binggung melihat diriku mondar-mandir. Sepertinya ada saja yang belum beres.

"Apa ya ..." Kulihat bagasi sekali.

"Sudah, Kak." Kututup kembali bagasinya, setelah memastikan sudah kumasukan semua.

"Leptop kau?"

"Ini." Jawabku setelah duduk di samping kakak yang sedang menyetir.

"Yo berangkat ..."

Sesaat kami diam menikmati suasana jalanan yang mulai ramai dengan kendaraan. Berkejar-kejaran untuk mencapai tujuan. Kadang kala harus salip-menyalip agar tak ketinggalan, mengejar waktu yang terus berjalan.

Dalam diam melintas sebuah pikiran. Kalaulah hari ini sudah rempong sekali. Bagaimana untuk selanjutnya. Sepertinya aku butuh bantuan untuk menyelesaikan ini semua.

"Kak."

"Hem."

"Kalau bik Sumi menginap di rumah bagaimana?" usulku.  Mengingat selama ini bik Sumi hanya kuminta bantuan pada hari kamis dan jum'at saja. Untuk membantu menyiapkan makanan di jum'at berkah.

"Tanyalah sama bik Sumi, bisa apa tidak?"

"Ya ... nanti aku tanya dech. Habis sepertinya makin hari makin rempong saja." jawabku sambil menikmati pagi yang cerah.

Terpopuler

Comments

Lia halim

Lia halim

semangat dinda ntuk usaha dagangnya
btw itu urus propasal apa thor

2021-02-05

0

Neng Yuni (Ig @nona_ale04)

Neng Yuni (Ig @nona_ale04)

Mampir lagi kak, semangat 😊

2020-11-18

0

My sister...

My sister...

like

2020-10-16

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 1: Pertemuan
2 BAB 2: Mengembangkan Sayap
3 BAB 3: Kenangan
4 BAB 4: Perjalanan
5 BAB 5 : Sampai Tujuan
6 BAB 6: Pembelajaran dari Boss
7 BAB 7: Zaidan
8 BAB 8 : Iseng
9 BAB 9:Malam Menjelang Fajar
10 BAB 10: Adinda
11 BAB 11: Repotnya Pagi Ini
12 BAB 12: Anya Hari Ini
13 BAB 13: Piknik ke Pantai
14 BAB 14 : Maukah Engkau Jadi Istriku.
15 BAB 15: Kantor Polisi
16 BAB 16: Karyawan
17 BAB 17: Folder baru
18 BAB 18: di Kampus
19 Bab 19 : Reza oh Reza
20 BAB 20 : Teman Lama
21 BAB 21 : Mommy
22 BAB 22 : Bercanda
23 BAB 23 : Puzzle-puzzle Misteri
24 BAB 24 : Sepi tanpa Anya
25 BAB 25: Menaklukan Hati Dinda
26 BAB 26 : Mami, Bimbinglah Dinda
27 BAB 27 : Surat Cinta
28 BAB 28 : Layla Haydi
29 BAB 29 : Hantaran
30 BAB 30 : Persiapan
31 BAB 31 : Khitbah
32 BAB 32 : Permintaan Anya
33 BAB 33 : Ijab Qobul
34 BAB 34 : Menginap di Rumah Dinda
35 BAB 35 : Tidak malam ini
36 BAB 36 : Bukan Pak Aslam
37 BAB 37 : Pernik-pernik Sesaat dalam Pernikahan
38 BAB 38 : Bunda Anya
39 BAB 39 : Kecemasan Anya
40 BAB 40 : Hasrat
41 BAB 41 : HAYDI
42 BAB 42 : Masa Lalu Haydi
43 BAB 43 : Sesal Tak Berarti
44 BAB 44 : Jelas Sudah
45 BAB 45 : Bergambar kupu-kupu
46 BAB 46 : Dia Istriku
47 BAB 47: Kita Keluarga
48 BAB 48 : Ungkap Rasa dalam Satu Irama
49 BAB 49 : Foto Ini Bercerita
50 BAB 50 : Hangatnya Senja
51 BAB 51 : Dia Mayasa
52 BAB 52 : Ajari Aku, Bunda (menyambut HUT RI)
53 BAB 53 : Penculikan
54 BAB 54 : Melarikan Diri
55 BAB 55 : Misi Layla dkk.
56 BAB 56 : Penyergapan
57 BAB 57 : Mas, Aku di Sini (Reza POV)
58 BAB 58 : Jadilah Cantik
59 BAB 59 : Kak Aris
60 BAB 60 : Selamat Kembali, Cinta
61 BAB 61 : Maaf Itu Indah (Mayasa POV)
62 BAB 62 : Aku bersyukur Engkau Ada di Sisiku
63 BAB 63 : Aturan Mami
64 BAB 64 : Mengikuti Imamku
65 BAB 65 : Anya, Kita Pulang
66 BAB 66 : Maafkan Tante, Anya
67 BAB 67 : Menjadi Model Lukisan Ammah
68 BAB 68 : Kakak Anya
69 BAB 69 : Bahagia Itu Sederhana
70 BAB 70 : Tidurlah Dengan Tenang, Zahara
71 BAB 71 : Dalam Bayang-bayangmu (Aris POV)
72 BAB 72: Ini Untukmu
73 BAB 73 : Aris dan Layla
74 BAB 74 : Aku Merestuimu
75 BAB 75 : Panti Asuhan
76 BAB 76 : Berubahlah Fadly
77 BAB 77 : Gigitan Anya
78 BAB 78 : Bertemu Mayasa
79 BAB 79 : Untuk Si Kembar
80 BAB 80 : Hadiah Untuk dan Dari Anya
81 BAB 81 : Tes Awal
82 BAB 82 : Menghafal AyatMu (Fadly POV)
83 BAB 83 : Bertukar Peran
84 BAB 84 : Lulus
85 BAB 85 : Paman Handoko
86 BAB 86 : Gagal
87 BAB 87 : Selalu Siap
88 BAB 88 : Bukan Hukuman Tapi Hadiah
89 BAB 89 : Masuk Tol saja
90 BAB 90 : Aksi Fadly
91 BAB 91 : Mommy dan Daddy Kamal
92 BAB 92 : Dimana Fadly
93 BAB 93 : Rindu Untuk Berjumpa
94 BAB 94 : Kalau Mommy Ana Sudah Bertindak
95 BAB 95 : Malam Pertama
96 BAB 96 : Mengingat Rencana Awal
97 BAB 97 : Memendam Rindu
98 BAB 98 : Resepsi
99 BAB 99 : Permulaan Pesta
100 BAB 100 : Pesta Berakhir (end)
101 extra part
102 pengumuman
103 pengumuman karya baru
Episodes

Updated 103 Episodes

1
BAB 1: Pertemuan
2
BAB 2: Mengembangkan Sayap
3
BAB 3: Kenangan
4
BAB 4: Perjalanan
5
BAB 5 : Sampai Tujuan
6
BAB 6: Pembelajaran dari Boss
7
BAB 7: Zaidan
8
BAB 8 : Iseng
9
BAB 9:Malam Menjelang Fajar
10
BAB 10: Adinda
11
BAB 11: Repotnya Pagi Ini
12
BAB 12: Anya Hari Ini
13
BAB 13: Piknik ke Pantai
14
BAB 14 : Maukah Engkau Jadi Istriku.
15
BAB 15: Kantor Polisi
16
BAB 16: Karyawan
17
BAB 17: Folder baru
18
BAB 18: di Kampus
19
Bab 19 : Reza oh Reza
20
BAB 20 : Teman Lama
21
BAB 21 : Mommy
22
BAB 22 : Bercanda
23
BAB 23 : Puzzle-puzzle Misteri
24
BAB 24 : Sepi tanpa Anya
25
BAB 25: Menaklukan Hati Dinda
26
BAB 26 : Mami, Bimbinglah Dinda
27
BAB 27 : Surat Cinta
28
BAB 28 : Layla Haydi
29
BAB 29 : Hantaran
30
BAB 30 : Persiapan
31
BAB 31 : Khitbah
32
BAB 32 : Permintaan Anya
33
BAB 33 : Ijab Qobul
34
BAB 34 : Menginap di Rumah Dinda
35
BAB 35 : Tidak malam ini
36
BAB 36 : Bukan Pak Aslam
37
BAB 37 : Pernik-pernik Sesaat dalam Pernikahan
38
BAB 38 : Bunda Anya
39
BAB 39 : Kecemasan Anya
40
BAB 40 : Hasrat
41
BAB 41 : HAYDI
42
BAB 42 : Masa Lalu Haydi
43
BAB 43 : Sesal Tak Berarti
44
BAB 44 : Jelas Sudah
45
BAB 45 : Bergambar kupu-kupu
46
BAB 46 : Dia Istriku
47
BAB 47: Kita Keluarga
48
BAB 48 : Ungkap Rasa dalam Satu Irama
49
BAB 49 : Foto Ini Bercerita
50
BAB 50 : Hangatnya Senja
51
BAB 51 : Dia Mayasa
52
BAB 52 : Ajari Aku, Bunda (menyambut HUT RI)
53
BAB 53 : Penculikan
54
BAB 54 : Melarikan Diri
55
BAB 55 : Misi Layla dkk.
56
BAB 56 : Penyergapan
57
BAB 57 : Mas, Aku di Sini (Reza POV)
58
BAB 58 : Jadilah Cantik
59
BAB 59 : Kak Aris
60
BAB 60 : Selamat Kembali, Cinta
61
BAB 61 : Maaf Itu Indah (Mayasa POV)
62
BAB 62 : Aku bersyukur Engkau Ada di Sisiku
63
BAB 63 : Aturan Mami
64
BAB 64 : Mengikuti Imamku
65
BAB 65 : Anya, Kita Pulang
66
BAB 66 : Maafkan Tante, Anya
67
BAB 67 : Menjadi Model Lukisan Ammah
68
BAB 68 : Kakak Anya
69
BAB 69 : Bahagia Itu Sederhana
70
BAB 70 : Tidurlah Dengan Tenang, Zahara
71
BAB 71 : Dalam Bayang-bayangmu (Aris POV)
72
BAB 72: Ini Untukmu
73
BAB 73 : Aris dan Layla
74
BAB 74 : Aku Merestuimu
75
BAB 75 : Panti Asuhan
76
BAB 76 : Berubahlah Fadly
77
BAB 77 : Gigitan Anya
78
BAB 78 : Bertemu Mayasa
79
BAB 79 : Untuk Si Kembar
80
BAB 80 : Hadiah Untuk dan Dari Anya
81
BAB 81 : Tes Awal
82
BAB 82 : Menghafal AyatMu (Fadly POV)
83
BAB 83 : Bertukar Peran
84
BAB 84 : Lulus
85
BAB 85 : Paman Handoko
86
BAB 86 : Gagal
87
BAB 87 : Selalu Siap
88
BAB 88 : Bukan Hukuman Tapi Hadiah
89
BAB 89 : Masuk Tol saja
90
BAB 90 : Aksi Fadly
91
BAB 91 : Mommy dan Daddy Kamal
92
BAB 92 : Dimana Fadly
93
BAB 93 : Rindu Untuk Berjumpa
94
BAB 94 : Kalau Mommy Ana Sudah Bertindak
95
BAB 95 : Malam Pertama
96
BAB 96 : Mengingat Rencana Awal
97
BAB 97 : Memendam Rindu
98
BAB 98 : Resepsi
99
BAB 99 : Permulaan Pesta
100
BAB 100 : Pesta Berakhir (end)
101
extra part
102
pengumuman
103
pengumuman karya baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!