BAB 13: Piknik ke Pantai

Rupanya meetingnya lama. Mungkin banyak persoalan yang perlu dibahas. Dengan sabar kami menunggu.

Mengisinya dengan melukis adalah yang menyenangkan. Terlihat Anya menikmatinya. Tak henti-hentinya dia menggoreskan pensil warna pada kertas. Sudah berlembar-lembar kertas yang terbuang sekedar memenuhi hasrat melukisnya. Tak lupa dia menceritakan apa yang telah dilukiskan. Yang sering membuatku tertawa dan ingin selalu menggoda.

"Sudah rapi?" Suara Zaidan memecah kesenyapan ruangan ini.

"Ayah kok lama sich!" Dia menatap ayahnya dengan sedikit kecewa.

"Iya,  maaf. Sudah sekarang bereskan semua. Dan kita berangkat."

"Oke." jawabnya sambil menumpuk kertas bekas lukisan dan meletakkan begitu saja di atas meja dekat sofa.

"Sudah ammah. Nanti biar dibereskan ob." Zaidan menghentikanku untuk merapikan tempat itu.

"Kue dari ammah masihkan?"

"Masih." jawabku.

"Ini laptop ammah. Maaf."

Dia berikan laptop itu dengan senyum mencurigakan, seperti ada yang disembunyikan.  Setidaknya laptop ku telah kembali. Husnudhan saja kalau dia tidak membuka yang lainnya.

"Tuan putri Anya dan ammah Dinda, silahkan jalan duluan." lni ajaan atau perintah. Habis gayanya seperti berolok-olok.

"Biar aku yang bawa kue sekalian  juga makanan dalam rantang itu."

Paper bag dan rantang disambarnya dan dia mengikuti kami dengan tergesa.

"Kita ke pantai ya." usul Anya.

"Boleh, bagaimana ammah ..."

Aku tersenyum. Bukankah ini acara untuk Anya. Dan kami hanya mengikuti keinginannya.

"Asyik juga." Jawabku.

"Tunggu di mobil. Ayah menyusul."

Aku berlalu dari hadapan Zaidan, dengan menggandeng Anya. Sedangkan Zaidan terlihat memberi petunjuk pada pak Aris tentang suatu hal.

"Maaf, Dinda. Harus menunggu." Ucap Zaidan ketika sudah bisa menyusul, ketika kami baru akan memasuki lift.

"Kamu tadi sudah ijin kakakmu."

"Sudah."

Bertiga berjalan beringin. Sambil sesekali bercanda. Hingga kami sampai di tempat parkir. Bersama menuju sebuah mobil.

Setelah meletakkan bawaan di jok kedua. Dengan sigap membukakan pintu untuk kami pula.

"Anya dipangku ammah, di depan."

"Asyik." Spontan Anya berteriak  kegirangan. Justru aku jadi tertegun atas permintaan Zaidan.

"Maaf. ada Anya di antara kita . tidak usah sungkan."Dia bisikkan kata-kata itu di telingaku. Kenapa lagi dia...batinku.

"Ayo Ammah, jangan bengong." Anya menarik tanganku, mengajak duduk.

"Iya ammah ini. Dikit-sikit bengong." Zaidan menimpali. Seperti biasa aku dikeroyok sama 2 mahluk menggemaskan ini.

"Oke." Bingung dan gugup, itu yang kurasakan.

"Nach, gitu lebih baik."  Katanya ketika aku sudah duduk di depan bersamanya.

"Kita ke pantai, sesuai keinginan tuan putri." Dia melirik kami dengan senang.

Tak perlu waktu lama untuk sampai. Masih sepi belum banyak orang yang datang. Zaidan pun segera memarkirkan mobilnya. Jauh dari tepi pantai.

Anya sudah tak sabar. Ingin bermain-main di tepi pantai. Tangannya yang mungil mencoba membuka pintu mobil yang masih terkunci. Zaidan membuka pintu otomatis itu.

Dengan gembira Anya keluar. Dan berlari ke tepi pantai sambil tertawa senang.

"Anya, hati-hati. Tunggu ammah."Kukejar dirinya yang berlari cepat menuju ombak. Tak mengerti bahaya bila terlalu dalam mencapai ombak. Ada rasa khawatir dalam dada  yang mempercepat langkahku ini untuk menggapainya.

"Anya." Sampai juga aku meraih tangannya, bersamaan dengan datangnya ombak yang berkejar-kejaran. Membuatku basah sekujur badan , bermandi air laut.

Tak bisa kupungkiri aku menikmati suasana ini. Lelah semalam terbayar lunas dengan percikkan air yang datang bertubi-tubi.

Dari jauh Zaidan hanya bisa memandang. Ke tengah gelombang yang datang menerjang. Di sana ada seseorang yang mulai mengusik hatinya. Dan juga telah mengisi hati putrinya dengan sejuta keceriaan. Ingin dia  berlari mengejar mereka. Tapi sayang mobilnya masih terbuka. Dan dia masih memakai setelan baju kantornya.

Untunglah sebelum berangkat dia sudah mempersiapkan baju ganti. Dengan segera dia sembunyi. Dan keluar dengan dengan baju yang tak sama lagi. Kaos putih dan celana pendek tebal panjang selutut. Segera menyusul mereka dengan berlari.

Menyadari ada seorang pria yang datang, membuat Dinda gugup atas keadaanya saat ini. Berbalut baju basah yang melekat dengan sempurna pada lekuk tubuhnya. Meski dari kepala hingga kaki tertutup. Hanya menyisakan wajah  basah sebagai tanda.

Bermaksud pergi, tapi  ombak besar menghalangi. Mengejar dirinya yang berlari ke tepi. Namun langkahnya terhenti. Ada Anya yang diam menghadang ombak yang datang. Secepat langkah berbalik arah hendak meraihnya. Tepat ombak datang tangan kecil itu dalam genggaman. Bersamaan dengan Zaidan di posisi yang sama. Tak sengaja kakinya terinjak denga kuat. Tanpa sadar Dinda menjerit lirih.

"Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun."

"Maaf Dinda. Inikah yang sakit?" spotan  Zaidan meraih dan memegang kakinya. Sekejap jantungnya terhenti terkesima dengan Zaidan lakukan padanya. Setelah sadar, dia tarik kaki dari tangan Zaidan.

"Maaf." Ucap Zaidan. Dinda masih tertunduk malu dan bingung.

"Ayah, Ammah. Itu ada ombak lagi." teriak Anya mengembalikan kesadaran mereka.

"Jangan dekat-dekat dengan ombak Anya."

"Hanya di sini saja, Ammah."

"Main sama ayah ya..."

"Ya ammah, mengapa kalau ayah datang selalu ammah pergi. Nggak seru ah..!" Zaidan hanya tertawa atas protes yang ditujukan pada Dinda.

"Ammah menyiapkan makan kita dulu." jawabku  beralasan.

Dinda segera berlalu dari tempat itu. Dengan pakaian yang basah dan perasaan yang gelisah. Menuju batu karang untuk berjemur sejenak. Agar bajunya sedikit kering. Untunglah saat itu pengunjung belum begitu banyak, sehingga dia bisa leluasa untuk berjemur.

Setelah dirasa kain yang melekat di tubuhnya bisa berkibar, Dinda menuju ke sebuah toko yang sudah mulai buka di tempat itu, membeli baju sebagai penggantiyang basah ini. Serta mencari tempat untuk bersih diri dan ganti. Alhamdulillah sekarang nyaman sudah, dengan pakaian baru yang dikenakan.

Kriiuuk....suara dari dalam cacing-cacing yang ada di perut berteriak lapar. Minta segera diberi makan. Ternyata lama bermain di air membuat  perutku keroncongan.

Kugelar tikar kecil di bawah pohon pinus yang ada di tempat itu. Lalu mengeluarkan bekal yang tadi kubuat, menatanya dengan rapi. Sambil menunggu mereka selesai bermain. Ingin makan tapi yang punya belum datang.

Tak lama berselang, kulihat mereka berlari kejar-kejaran ke arahku, dengan sekujur tubuh basah dan wajah yang kotor oleh pasir pantai.

"Kok lemas."

"Lapar."

"Ya sudah. Ayo makan, tapi mandi dulu sana." 

"Baik ammah Dinda yang cantik." Jawab Zaidan dengan senyum yang mempesona. Membuat Dinda terkesima dengan keadaan Zaidan saat itu. Yang masih memakai baju  basah, dia terlihat aslinya. Segera dialihkan pandangan, agar segera hilang bayangan yang melintasi angan, yang menyeretnya pada dosa.

"Ayo Anya kita mandi dulu. Nanti nggak boleh makan sama Ammah..!"

Tak lama mereka kembali dengan keadaan bersih dan rapi.

"Ammah tolong resletting baju Anya." Sambil membelakangku.

"Baik." Kurapikan bajunya yang tadi masih terbuka.

"Ayah curang , makana duluan."

Kulihat Zaidan sudah membuka rantang dan sedang menikmati isinya. Rupanya dia sudah tidak tahan menunggu. Dengan asyik dia melahap masakanku.

"Ayah habiskan ya..."

"Tidak, itu masih!" Menunjuk rantang dengan mulut penuh terisi.

"Ya ...tinggal sedikit. Untuk ammah mana..?" Aku hanya tersenyum mendengarnya sambil kusendok nasi, sayur, dan lauk untuknya.

"Habis enak sich, masakan ammah Dinda."

"Sudah ini sayang, Anya makan dulu." kata ku sambil  menyuapinya bersama aku juga.  Alhamdulillah dia makan dengan lahab, malah minta nambah. Sayangnya sudah dihabiskan mahluk itu.

"Ini untuk kita ya sayang." Kataku sambil membuka 2 kotak pizza.

"Asyik ... ayah jangan dikasih ammah."

Kulihat Zaidan melirik dengan kecewa.

"Andaikan bisa menikmati ini tiap hari. Anya pasti suka." Kata Zaidan pelan menerawang.

"Ayah juga, itu buktinya." Sambil menunjuk rantang yang kosong.

"Ammah ...!"

"Hemm ..." Ku tak bisa menjawab karena mulutku penuh terisi.

"Anya pingin, ammah bisa gantikan bunda Anya yang sesungguhnya." Tatapan penuh harap dan rindu , dia tujukan padaku. Aku diam tak tahu harus memberi jawaban apa.

Kulihat Zaidan memperhatikan dan menunggu jawaban juga, atas pertanyaan putrinya itu.

Jawab dong Dinda...aku juga menginginkannya. Bisik hati Zaidan.

Terpopuler

Comments

adning iza

adning iza

berjuang dong zaidan

2024-11-09

0

Titin

Titin

like mendarat thor

2021-03-18

0

Neng Yuni (Ig @nona_ale04)

Neng Yuni (Ig @nona_ale04)

Woee ngakak pas kaki dinda ke Injek, aku yang kaget 🤣🤣

2020-11-20

1

lihat semua
Episodes
1 BAB 1: Pertemuan
2 BAB 2: Mengembangkan Sayap
3 BAB 3: Kenangan
4 BAB 4: Perjalanan
5 BAB 5 : Sampai Tujuan
6 BAB 6: Pembelajaran dari Boss
7 BAB 7: Zaidan
8 BAB 8 : Iseng
9 BAB 9:Malam Menjelang Fajar
10 BAB 10: Adinda
11 BAB 11: Repotnya Pagi Ini
12 BAB 12: Anya Hari Ini
13 BAB 13: Piknik ke Pantai
14 BAB 14 : Maukah Engkau Jadi Istriku.
15 BAB 15: Kantor Polisi
16 BAB 16: Karyawan
17 BAB 17: Folder baru
18 BAB 18: di Kampus
19 Bab 19 : Reza oh Reza
20 BAB 20 : Teman Lama
21 BAB 21 : Mommy
22 BAB 22 : Bercanda
23 BAB 23 : Puzzle-puzzle Misteri
24 BAB 24 : Sepi tanpa Anya
25 BAB 25: Menaklukan Hati Dinda
26 BAB 26 : Mami, Bimbinglah Dinda
27 BAB 27 : Surat Cinta
28 BAB 28 : Layla Haydi
29 BAB 29 : Hantaran
30 BAB 30 : Persiapan
31 BAB 31 : Khitbah
32 BAB 32 : Permintaan Anya
33 BAB 33 : Ijab Qobul
34 BAB 34 : Menginap di Rumah Dinda
35 BAB 35 : Tidak malam ini
36 BAB 36 : Bukan Pak Aslam
37 BAB 37 : Pernik-pernik Sesaat dalam Pernikahan
38 BAB 38 : Bunda Anya
39 BAB 39 : Kecemasan Anya
40 BAB 40 : Hasrat
41 BAB 41 : HAYDI
42 BAB 42 : Masa Lalu Haydi
43 BAB 43 : Sesal Tak Berarti
44 BAB 44 : Jelas Sudah
45 BAB 45 : Bergambar kupu-kupu
46 BAB 46 : Dia Istriku
47 BAB 47: Kita Keluarga
48 BAB 48 : Ungkap Rasa dalam Satu Irama
49 BAB 49 : Foto Ini Bercerita
50 BAB 50 : Hangatnya Senja
51 BAB 51 : Dia Mayasa
52 BAB 52 : Ajari Aku, Bunda (menyambut HUT RI)
53 BAB 53 : Penculikan
54 BAB 54 : Melarikan Diri
55 BAB 55 : Misi Layla dkk.
56 BAB 56 : Penyergapan
57 BAB 57 : Mas, Aku di Sini (Reza POV)
58 BAB 58 : Jadilah Cantik
59 BAB 59 : Kak Aris
60 BAB 60 : Selamat Kembali, Cinta
61 BAB 61 : Maaf Itu Indah (Mayasa POV)
62 BAB 62 : Aku bersyukur Engkau Ada di Sisiku
63 BAB 63 : Aturan Mami
64 BAB 64 : Mengikuti Imamku
65 BAB 65 : Anya, Kita Pulang
66 BAB 66 : Maafkan Tante, Anya
67 BAB 67 : Menjadi Model Lukisan Ammah
68 BAB 68 : Kakak Anya
69 BAB 69 : Bahagia Itu Sederhana
70 BAB 70 : Tidurlah Dengan Tenang, Zahara
71 BAB 71 : Dalam Bayang-bayangmu (Aris POV)
72 BAB 72: Ini Untukmu
73 BAB 73 : Aris dan Layla
74 BAB 74 : Aku Merestuimu
75 BAB 75 : Panti Asuhan
76 BAB 76 : Berubahlah Fadly
77 BAB 77 : Gigitan Anya
78 BAB 78 : Bertemu Mayasa
79 BAB 79 : Untuk Si Kembar
80 BAB 80 : Hadiah Untuk dan Dari Anya
81 BAB 81 : Tes Awal
82 BAB 82 : Menghafal AyatMu (Fadly POV)
83 BAB 83 : Bertukar Peran
84 BAB 84 : Lulus
85 BAB 85 : Paman Handoko
86 BAB 86 : Gagal
87 BAB 87 : Selalu Siap
88 BAB 88 : Bukan Hukuman Tapi Hadiah
89 BAB 89 : Masuk Tol saja
90 BAB 90 : Aksi Fadly
91 BAB 91 : Mommy dan Daddy Kamal
92 BAB 92 : Dimana Fadly
93 BAB 93 : Rindu Untuk Berjumpa
94 BAB 94 : Kalau Mommy Ana Sudah Bertindak
95 BAB 95 : Malam Pertama
96 BAB 96 : Mengingat Rencana Awal
97 BAB 97 : Memendam Rindu
98 BAB 98 : Resepsi
99 BAB 99 : Permulaan Pesta
100 BAB 100 : Pesta Berakhir (end)
101 extra part
102 pengumuman
103 pengumuman karya baru
Episodes

Updated 103 Episodes

1
BAB 1: Pertemuan
2
BAB 2: Mengembangkan Sayap
3
BAB 3: Kenangan
4
BAB 4: Perjalanan
5
BAB 5 : Sampai Tujuan
6
BAB 6: Pembelajaran dari Boss
7
BAB 7: Zaidan
8
BAB 8 : Iseng
9
BAB 9:Malam Menjelang Fajar
10
BAB 10: Adinda
11
BAB 11: Repotnya Pagi Ini
12
BAB 12: Anya Hari Ini
13
BAB 13: Piknik ke Pantai
14
BAB 14 : Maukah Engkau Jadi Istriku.
15
BAB 15: Kantor Polisi
16
BAB 16: Karyawan
17
BAB 17: Folder baru
18
BAB 18: di Kampus
19
Bab 19 : Reza oh Reza
20
BAB 20 : Teman Lama
21
BAB 21 : Mommy
22
BAB 22 : Bercanda
23
BAB 23 : Puzzle-puzzle Misteri
24
BAB 24 : Sepi tanpa Anya
25
BAB 25: Menaklukan Hati Dinda
26
BAB 26 : Mami, Bimbinglah Dinda
27
BAB 27 : Surat Cinta
28
BAB 28 : Layla Haydi
29
BAB 29 : Hantaran
30
BAB 30 : Persiapan
31
BAB 31 : Khitbah
32
BAB 32 : Permintaan Anya
33
BAB 33 : Ijab Qobul
34
BAB 34 : Menginap di Rumah Dinda
35
BAB 35 : Tidak malam ini
36
BAB 36 : Bukan Pak Aslam
37
BAB 37 : Pernik-pernik Sesaat dalam Pernikahan
38
BAB 38 : Bunda Anya
39
BAB 39 : Kecemasan Anya
40
BAB 40 : Hasrat
41
BAB 41 : HAYDI
42
BAB 42 : Masa Lalu Haydi
43
BAB 43 : Sesal Tak Berarti
44
BAB 44 : Jelas Sudah
45
BAB 45 : Bergambar kupu-kupu
46
BAB 46 : Dia Istriku
47
BAB 47: Kita Keluarga
48
BAB 48 : Ungkap Rasa dalam Satu Irama
49
BAB 49 : Foto Ini Bercerita
50
BAB 50 : Hangatnya Senja
51
BAB 51 : Dia Mayasa
52
BAB 52 : Ajari Aku, Bunda (menyambut HUT RI)
53
BAB 53 : Penculikan
54
BAB 54 : Melarikan Diri
55
BAB 55 : Misi Layla dkk.
56
BAB 56 : Penyergapan
57
BAB 57 : Mas, Aku di Sini (Reza POV)
58
BAB 58 : Jadilah Cantik
59
BAB 59 : Kak Aris
60
BAB 60 : Selamat Kembali, Cinta
61
BAB 61 : Maaf Itu Indah (Mayasa POV)
62
BAB 62 : Aku bersyukur Engkau Ada di Sisiku
63
BAB 63 : Aturan Mami
64
BAB 64 : Mengikuti Imamku
65
BAB 65 : Anya, Kita Pulang
66
BAB 66 : Maafkan Tante, Anya
67
BAB 67 : Menjadi Model Lukisan Ammah
68
BAB 68 : Kakak Anya
69
BAB 69 : Bahagia Itu Sederhana
70
BAB 70 : Tidurlah Dengan Tenang, Zahara
71
BAB 71 : Dalam Bayang-bayangmu (Aris POV)
72
BAB 72: Ini Untukmu
73
BAB 73 : Aris dan Layla
74
BAB 74 : Aku Merestuimu
75
BAB 75 : Panti Asuhan
76
BAB 76 : Berubahlah Fadly
77
BAB 77 : Gigitan Anya
78
BAB 78 : Bertemu Mayasa
79
BAB 79 : Untuk Si Kembar
80
BAB 80 : Hadiah Untuk dan Dari Anya
81
BAB 81 : Tes Awal
82
BAB 82 : Menghafal AyatMu (Fadly POV)
83
BAB 83 : Bertukar Peran
84
BAB 84 : Lulus
85
BAB 85 : Paman Handoko
86
BAB 86 : Gagal
87
BAB 87 : Selalu Siap
88
BAB 88 : Bukan Hukuman Tapi Hadiah
89
BAB 89 : Masuk Tol saja
90
BAB 90 : Aksi Fadly
91
BAB 91 : Mommy dan Daddy Kamal
92
BAB 92 : Dimana Fadly
93
BAB 93 : Rindu Untuk Berjumpa
94
BAB 94 : Kalau Mommy Ana Sudah Bertindak
95
BAB 95 : Malam Pertama
96
BAB 96 : Mengingat Rencana Awal
97
BAB 97 : Memendam Rindu
98
BAB 98 : Resepsi
99
BAB 99 : Permulaan Pesta
100
BAB 100 : Pesta Berakhir (end)
101
extra part
102
pengumuman
103
pengumuman karya baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!