SENYUM ANYA

SENYUM ANYA

BAB 1: Pertemuan

Awas adik ..." reflek tangan ini meraih gadis kecil yang melintas di depanku. Rupanya ia tak menyadari bahwa ada dahan besar yang akan jatuh.

Dan benar. Brrrukk ....

Dahan itu jatuh tak jauh dari kami berdiri.

Spontan tangannya yang mungil memelukku.

"Anya ... ayah kan capek kalau kamu lari terus."kata seorang lelaki yang datang dengan berlari sampai terlihat kelelahan.

"Adik namanya Anya?"

"Ya ...."

"Adik kalau mau  lari jangan di sini. Ada bapak-bapak sedang menebang pohon. Kalau tertimpa ... bagaimana?"

Dia terdiam dan menatapku lama. Kulihat ada butiran-butiran bening menetes dari sudut mata indahnya. Wajah manis kini mulai tertutup kabut kesedihan.

Dengan langkah gontai, pergi meninggalkan diriku terpaku tak mengerti. Kuikuti saja kemana langkah itu akan pergi.

"Anya ... maafkan ammah ... Ammah tak sengaja." Aku berjongkok dihadapannya.

"Anya ... tak baik seperti ini." Suara lembut seorang lelaki yang berada di belakang kami.

"Maafkan kami, Ammah."

Dia meraih tubuh kecil itu ke dalam pelukannya. Namun tak sangka, putri kecil itu akan berontak. Dan berlari pergi sambil berteriak.

"Aku nggak mau maafkan, kalau bunda nggak mau beliin es krim."

"Anya, bunda sudah ..."

Mengapa kata-katanya itu terhenti. Dan kulihat raut wajah  lelaki itu berubah suram, seakan menahan kesedihan.

"Bunda belum meninggal. Itu bunda." sambil mengarahkan telunjuknya kepada diriku. Deg ... mengapa dia menunjuk ke arahku.

"Ah, maaf Ammah."

"Tak mengapa." jawabku spontan.

Dia terus membujuk putri kecil itu. Atas keinginan yang belum jelas. Hingga terlihat kerepotan. Ku berjalan mendekati dan mencoba ikut menenangkan.

"Tapi kalau sudah dibelikan es krim, menurut sama ayah ya ... Anya manis." 

Kucubit hidungnya yang mancung. Senyumnya merekah dan  memelukku dengan manja.

"Aku mau es  yang itu."

Putri kecil nan manis ini melepaskan pelukannya. Dan berlari ke arah penjual es krim yang sejak tadi berkeliling.

"Anya, jangan lari!" panggil lelaki yang tak ramping. Walau tubuhnya tak seluruhnya penuh dengan daging.

Rasanya aku ingin tertawa menyaksikan mereka berdua. Dengan langkah lebar kuhampiri, dan ikut mengantri mendapatkan es krim.

Entah mengapa pesonanya menyita perhatianku. Tatapan, senyuman serta gayanya, mengingatkanku pada masa kanak-kanak dulu.

Biarlah kunikmati pagi ini dengan riang. Toh, tujuanku kemari demikian. Udara yang segar di ruang terbuka hijau tak layak untuk diabaikan. Ditambah celoteh si kecil yang baru ku kenal. Jangan sampai terlewatkan.

"Bolehkah ammah kupanggil bunda?"

Dia berceloteh sambil makan es krim, hingga tak sadar butiran es menyentuh hidungnya. Lalu kuusap dengan tissu yang kubawa dengan manja. Membuat kita tertawa gembira.

"Lha ... dari tadi panggil apa?"

Dia hanya tertawa seakan ingin mengajakku bermain-main dengan kata-kata itu. Aku menuruti kemauannya yang kadang tak kumengerti.

Sejak awal memanggilku dengan sebutan 'bunda' saja, membuat diriku ingin tertawa. Ada saja si putri kecil ini.

Tapi biarlah, mungkin bisa jadi obat atas kesedihan yang tersimpan rapat dalam alam bawah sadarnya. Terlihat jelas di bola matanya yang sayu. Hingga wajahnya penuh mendung, tinggal menunggu kapan hendak jatuh.

"He ... he ... he ...." jawabnya tertawa.

"Ayah, boleh aku bermain dengan Bunda?"

Sejenak lelaki itu terdiam. Entah apa yang ada dalam pikirannya. Namun kemudian melempar senyuman.

"Anya, Ammah kan juga ada keperluan. Kasihan kan!"

Tampak sungkan dia memandangku. Namun putri kecil ini tak menghiraukan. Dia balik menatapku. Dengan pandangan mengiba penuh harap. Aku dibuat tak berdaya untuk meluluskan permintaannya.

"Insya Allah tidak ... ya ...?" jawabku gugup.

Baru sadar, kami belum saling kenal. Sepintas kupandangnya. Tapi terus terang tak berani lama-lama. Supaya tidak ketahuan, kualihkan pandangan pada rumput yang terhampar.

Melihat diriku salah tingkah dan gugup. Tampak senyumannya tersungging menawan. Dia mengangkat kedua bahu seakan berkata , terserah.

"Anya,  jangan lari ..." aku berteriak memanggil putri kecil itu. Tapi sayang dia telah menjauh. Dan tak mungkin aku dapat mengejarnya.

Aku ikuti  kemana ia pergi dengan berlahan. Sambil menikmati pemandangan pagi yang indah. Kicau burung, hembusan angin dan udara yang segar.

Aku tahu dia menuju air mancur, yang ada di tengah taman. Ingin melihat ikan-ikan yang sedang berenang. Sebelum sampai padanya, kubelikan makanan ikan. Dari penjual di sekitar tempat itu.

Tampak keceriaan di wajahnya ketika keberikan itu padanya. Tak henti-henti dia tersenyum, sambil melempar makanan ikan dari pinggir kolam.

Selesai memberi makan ikan dengan gesit dia berlari.

"Ammah, cari aku!" teriaknya. Lalu bersembunyi di rerumputan yang tinggi.

Aku mengejarnya dengan berjalan santai sambil menikmati pemandangan pagi yang cerah. Secerah tatapan putri kecil yang baru kukenal.

Tetapi tanpa sengaja pandanganku tertuju pada sosok  makluk di sana,  ayah Anya. Sangat tenang, duduk santai di atas rumput. Sesekali minum air mineral yang dibawa. Serta melakukan olah raga ringan. Terlihat santai.

Dia senang sewaktu Anya memilih diriku untuk menemani bermain. Mungkin kalau dia, bisa habis napas. Dan akhirnya is death. Pikiranku jadi melantur kemana-mana. Aku kok jadi sebel melihatnya.

Dia yang punya anak tapi aku yang repot.

"Ammah di sini ... Ammah mau pergi." kataku memancing.

"Bunda, jangan pergi dong."

Segera putri kecil Anya keluar dari persembunyian. Tanpa  aku harus mencari. Langsung memelukku dengan manja.

"Bunda,  aku masih ingin main."

"Boleh, tapi jangan di rumput itu. Nanti ada ulat, Anya bisa gatal-gatal."

"Selorotan ya?"

"Boleh."

Kami lomba lari, menuju permainan yang diinginkan. Begitu sampai , tak usah disuruh 2 kali, dia langsung naik ke tempat yang tinggi untuk meluncur.

"Hati-hati,  Anya."

Hanya lambaian tangan sebagai jawaban yang kudapat. Aku tertawa  melihat keriangannya.

Bermain dengan anak kecil memang menyenangakan. Hingga lupa waktu.

Jarum jam menunjukkan pukul 09.00. Aku ada janji hari ini. Kutengok ke tengah lapangan rumput, di tempat terakhir aku melihat. Tak terlihat batang hidungnya. Kemana dia?

"Mencari saya?" Suara lembut dari bangunan di sampingku, membuatku terkejut.

"Maaf, aku mau pergi dulu, ada perlu."

"Kok pergi!" terlihat alis terangkat.

"Aku virus yang harus dihandari kah?"

Lha kok wajah .... Makin bikin aku senewen.

"Aku ada janji."  jawabku singkat dan berlalu pergi.

"Anya, Ammah pergi dulu ya ..."

"Bermain sama ayah dulu."

Aku melangkah pergi dengan tergesa-gesa.

"Sebentar bunda."

Putri kecil nan manis itu terlihat turun dengan terburu-buru, lalu berlari menghampiriku. Ditunjukkannya kedua pipi yang tembem. Siap dikecup. Baiklah aku mengalah. Walau harus telat. Kucium pipinya dengan manja. Tak ada salahnya mengikuti kemauannya.

"Maaf ...  gaya bebas."

Lho kok, mau foto nggak bilang-bilang. Kulambaikan tangan supaya mengakhiri aksi yang tak kuingini. Tapi sepertinya dia tak ambil pusing dengan isyaratku. Menyebalkan ! ...

"Maaf Dinda.  Sebentar jangan pergi dulu."

Dia melambaikan tangan, sebagai isyarat memanggil diriku. Kuhentikan langkah dan memperhatikannya.

"Ini hpmu kah?" tanyanya pelan.

Baru aku sadar hp sudah tak berada di tangan ... eh saku.

"Terima kasih sudah mengembalikannya."

"Seharusnya aku yang berterima kasih. Sudah menemani Anya pagi ini. Dan membuatnya ceria."

"Maaf ... namamu Dinda kah?"

"Darimana kamu tahu?"

"Maaf aku tadi memperhatikan beberapa orang yang memanggilmu Dinda."

"Dan tak sengaja lihat profilmu. Untuk memastikan hp ini milik siapa."

Aku diam dan menatapnya dengan tanda tanya. Mau marah gimana. Mau nggak marah gimana. Yang penting hpku kembali.

Sebenarnya aku malu, dia sudah melihat-lihat profilku. Ah sudahlah ....

"Sekali lagi, terima kasih telah kembalikan hpku."  jawabku agak ketus.

"Maaf." jawabnya dengan senyum yang ditahan.

"Jadi bunda namanya Dinda ya ..." celoteh putri Anya. Yang mampu mengusir kedongkolan di hati ini, tak tahu apa sebabnya.

"Ammah bisa pergi sekarang?"  sambil kutatap wajahnya yang mulai merajuk.

"Kapan-kapan kita bisa ketemu lagi," kataku menghiburnya.

"Benar, janji." kutautkan jari kelingkingku dengan kelingkingnya, tanda sepakat.

"Minggu depan ammah main sini lagi ya ..." tanyanya penuh harap.

"Insya Allah."

"Bolehkah engkau kirimkan foro-foto Anya kepadaku?"

"Baiklah ... ke nomer?"

Lalu dia ambil kertas dan pena dari dalam kantong celananya.  Menuliskanya dengan cepat. Dan diberikannya padaku. Aku baru tahu bahwa dalam kantung celana pria tidak melulu dompet.

"Tunggu saja." jawabku terburu-buru meninggalkan mereka berdua.

Terpopuler

Comments

L

L

hadir thor

2022-08-14

0

sahabat syurga

sahabat syurga

tamannya kyak di tmpatku...ada tmpt brmain tuk ank2...ada alat2 olah raga jg...tanaman hias jg dan air mancur di tengah2 taman...kok mirip ya

2021-04-17

0

sahabat syurga

sahabat syurga

bc yg ini dlu aku thor

2021-04-17

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 1: Pertemuan
2 BAB 2: Mengembangkan Sayap
3 BAB 3: Kenangan
4 BAB 4: Perjalanan
5 BAB 5 : Sampai Tujuan
6 BAB 6: Pembelajaran dari Boss
7 BAB 7: Zaidan
8 BAB 8 : Iseng
9 BAB 9:Malam Menjelang Fajar
10 BAB 10: Adinda
11 BAB 11: Repotnya Pagi Ini
12 BAB 12: Anya Hari Ini
13 BAB 13: Piknik ke Pantai
14 BAB 14 : Maukah Engkau Jadi Istriku.
15 BAB 15: Kantor Polisi
16 BAB 16: Karyawan
17 BAB 17: Folder baru
18 BAB 18: di Kampus
19 Bab 19 : Reza oh Reza
20 BAB 20 : Teman Lama
21 BAB 21 : Mommy
22 BAB 22 : Bercanda
23 BAB 23 : Puzzle-puzzle Misteri
24 BAB 24 : Sepi tanpa Anya
25 BAB 25: Menaklukan Hati Dinda
26 BAB 26 : Mami, Bimbinglah Dinda
27 BAB 27 : Surat Cinta
28 BAB 28 : Layla Haydi
29 BAB 29 : Hantaran
30 BAB 30 : Persiapan
31 BAB 31 : Khitbah
32 BAB 32 : Permintaan Anya
33 BAB 33 : Ijab Qobul
34 BAB 34 : Menginap di Rumah Dinda
35 BAB 35 : Tidak malam ini
36 BAB 36 : Bukan Pak Aslam
37 BAB 37 : Pernik-pernik Sesaat dalam Pernikahan
38 BAB 38 : Bunda Anya
39 BAB 39 : Kecemasan Anya
40 BAB 40 : Hasrat
41 BAB 41 : HAYDI
42 BAB 42 : Masa Lalu Haydi
43 BAB 43 : Sesal Tak Berarti
44 BAB 44 : Jelas Sudah
45 BAB 45 : Bergambar kupu-kupu
46 BAB 46 : Dia Istriku
47 BAB 47: Kita Keluarga
48 BAB 48 : Ungkap Rasa dalam Satu Irama
49 BAB 49 : Foto Ini Bercerita
50 BAB 50 : Hangatnya Senja
51 BAB 51 : Dia Mayasa
52 BAB 52 : Ajari Aku, Bunda (menyambut HUT RI)
53 BAB 53 : Penculikan
54 BAB 54 : Melarikan Diri
55 BAB 55 : Misi Layla dkk.
56 BAB 56 : Penyergapan
57 BAB 57 : Mas, Aku di Sini (Reza POV)
58 BAB 58 : Jadilah Cantik
59 BAB 59 : Kak Aris
60 BAB 60 : Selamat Kembali, Cinta
61 BAB 61 : Maaf Itu Indah (Mayasa POV)
62 BAB 62 : Aku bersyukur Engkau Ada di Sisiku
63 BAB 63 : Aturan Mami
64 BAB 64 : Mengikuti Imamku
65 BAB 65 : Anya, Kita Pulang
66 BAB 66 : Maafkan Tante, Anya
67 BAB 67 : Menjadi Model Lukisan Ammah
68 BAB 68 : Kakak Anya
69 BAB 69 : Bahagia Itu Sederhana
70 BAB 70 : Tidurlah Dengan Tenang, Zahara
71 BAB 71 : Dalam Bayang-bayangmu (Aris POV)
72 BAB 72: Ini Untukmu
73 BAB 73 : Aris dan Layla
74 BAB 74 : Aku Merestuimu
75 BAB 75 : Panti Asuhan
76 BAB 76 : Berubahlah Fadly
77 BAB 77 : Gigitan Anya
78 BAB 78 : Bertemu Mayasa
79 BAB 79 : Untuk Si Kembar
80 BAB 80 : Hadiah Untuk dan Dari Anya
81 BAB 81 : Tes Awal
82 BAB 82 : Menghafal AyatMu (Fadly POV)
83 BAB 83 : Bertukar Peran
84 BAB 84 : Lulus
85 BAB 85 : Paman Handoko
86 BAB 86 : Gagal
87 BAB 87 : Selalu Siap
88 BAB 88 : Bukan Hukuman Tapi Hadiah
89 BAB 89 : Masuk Tol saja
90 BAB 90 : Aksi Fadly
91 BAB 91 : Mommy dan Daddy Kamal
92 BAB 92 : Dimana Fadly
93 BAB 93 : Rindu Untuk Berjumpa
94 BAB 94 : Kalau Mommy Ana Sudah Bertindak
95 BAB 95 : Malam Pertama
96 BAB 96 : Mengingat Rencana Awal
97 BAB 97 : Memendam Rindu
98 BAB 98 : Resepsi
99 BAB 99 : Permulaan Pesta
100 BAB 100 : Pesta Berakhir (end)
101 extra part
102 pengumuman
103 pengumuman karya baru
Episodes

Updated 103 Episodes

1
BAB 1: Pertemuan
2
BAB 2: Mengembangkan Sayap
3
BAB 3: Kenangan
4
BAB 4: Perjalanan
5
BAB 5 : Sampai Tujuan
6
BAB 6: Pembelajaran dari Boss
7
BAB 7: Zaidan
8
BAB 8 : Iseng
9
BAB 9:Malam Menjelang Fajar
10
BAB 10: Adinda
11
BAB 11: Repotnya Pagi Ini
12
BAB 12: Anya Hari Ini
13
BAB 13: Piknik ke Pantai
14
BAB 14 : Maukah Engkau Jadi Istriku.
15
BAB 15: Kantor Polisi
16
BAB 16: Karyawan
17
BAB 17: Folder baru
18
BAB 18: di Kampus
19
Bab 19 : Reza oh Reza
20
BAB 20 : Teman Lama
21
BAB 21 : Mommy
22
BAB 22 : Bercanda
23
BAB 23 : Puzzle-puzzle Misteri
24
BAB 24 : Sepi tanpa Anya
25
BAB 25: Menaklukan Hati Dinda
26
BAB 26 : Mami, Bimbinglah Dinda
27
BAB 27 : Surat Cinta
28
BAB 28 : Layla Haydi
29
BAB 29 : Hantaran
30
BAB 30 : Persiapan
31
BAB 31 : Khitbah
32
BAB 32 : Permintaan Anya
33
BAB 33 : Ijab Qobul
34
BAB 34 : Menginap di Rumah Dinda
35
BAB 35 : Tidak malam ini
36
BAB 36 : Bukan Pak Aslam
37
BAB 37 : Pernik-pernik Sesaat dalam Pernikahan
38
BAB 38 : Bunda Anya
39
BAB 39 : Kecemasan Anya
40
BAB 40 : Hasrat
41
BAB 41 : HAYDI
42
BAB 42 : Masa Lalu Haydi
43
BAB 43 : Sesal Tak Berarti
44
BAB 44 : Jelas Sudah
45
BAB 45 : Bergambar kupu-kupu
46
BAB 46 : Dia Istriku
47
BAB 47: Kita Keluarga
48
BAB 48 : Ungkap Rasa dalam Satu Irama
49
BAB 49 : Foto Ini Bercerita
50
BAB 50 : Hangatnya Senja
51
BAB 51 : Dia Mayasa
52
BAB 52 : Ajari Aku, Bunda (menyambut HUT RI)
53
BAB 53 : Penculikan
54
BAB 54 : Melarikan Diri
55
BAB 55 : Misi Layla dkk.
56
BAB 56 : Penyergapan
57
BAB 57 : Mas, Aku di Sini (Reza POV)
58
BAB 58 : Jadilah Cantik
59
BAB 59 : Kak Aris
60
BAB 60 : Selamat Kembali, Cinta
61
BAB 61 : Maaf Itu Indah (Mayasa POV)
62
BAB 62 : Aku bersyukur Engkau Ada di Sisiku
63
BAB 63 : Aturan Mami
64
BAB 64 : Mengikuti Imamku
65
BAB 65 : Anya, Kita Pulang
66
BAB 66 : Maafkan Tante, Anya
67
BAB 67 : Menjadi Model Lukisan Ammah
68
BAB 68 : Kakak Anya
69
BAB 69 : Bahagia Itu Sederhana
70
BAB 70 : Tidurlah Dengan Tenang, Zahara
71
BAB 71 : Dalam Bayang-bayangmu (Aris POV)
72
BAB 72: Ini Untukmu
73
BAB 73 : Aris dan Layla
74
BAB 74 : Aku Merestuimu
75
BAB 75 : Panti Asuhan
76
BAB 76 : Berubahlah Fadly
77
BAB 77 : Gigitan Anya
78
BAB 78 : Bertemu Mayasa
79
BAB 79 : Untuk Si Kembar
80
BAB 80 : Hadiah Untuk dan Dari Anya
81
BAB 81 : Tes Awal
82
BAB 82 : Menghafal AyatMu (Fadly POV)
83
BAB 83 : Bertukar Peran
84
BAB 84 : Lulus
85
BAB 85 : Paman Handoko
86
BAB 86 : Gagal
87
BAB 87 : Selalu Siap
88
BAB 88 : Bukan Hukuman Tapi Hadiah
89
BAB 89 : Masuk Tol saja
90
BAB 90 : Aksi Fadly
91
BAB 91 : Mommy dan Daddy Kamal
92
BAB 92 : Dimana Fadly
93
BAB 93 : Rindu Untuk Berjumpa
94
BAB 94 : Kalau Mommy Ana Sudah Bertindak
95
BAB 95 : Malam Pertama
96
BAB 96 : Mengingat Rencana Awal
97
BAB 97 : Memendam Rindu
98
BAB 98 : Resepsi
99
BAB 99 : Permulaan Pesta
100
BAB 100 : Pesta Berakhir (end)
101
extra part
102
pengumuman
103
pengumuman karya baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!