BAB 2: Mengembangkan Sayap

Ku tak mau lagi langkah ini terhenti. Walau  tak tega, tapi bagaimana lagi. Kusudah punya janji.  Wajah ceria kini   terlihat murung kembali. Dengan tertunduk dia menghampiri ayahnya, untuk bermanja dan mencari sandaran.

"Maafkan ammah Anya. Ammah bukan bundamu." Bisikku dalam hati.

Wajah manis dengan lesung di pipi,  sinar mata, senyum ceria telah menguasai  pikiran dan perasaanku. Ada rasa iba yang menyelinap dalam relung hatiku. Ah mengapa jadi memikirkannya ....

Kukendarai motor ini dengan berlahan.  Berhenti di perempatan karena lampu merah. Bayang wajahnya kembali melintas. Menari-nari mengusik ketenangan pikiran.

'Bunda' kata-kata itu selalu terngiang-ngiang di telinga. Seakan-akan menunjukkan kerinduan mendalam pada sosok yang dinantikan. Entah mengapa pikiran ini seakan melayang-layang terhanyut dalam bayangnya.

Tanpa kusadari, lampu diperempatan telah berubah warna. Kendaraan dibelakangku membunyikan klakson semua. Sangat berisik. Membuatku kembali fokus. Kujalankan motor ini dengan sedikit kencang. Melintas di jalan yang tak pernah sepi.

Hingga tak terasa aku telah sampai di depan toko roti. Berlahan aku masuk  menjumpai Hani dan Silvi yang sedang mengolah adonan. Sedang mbak Mira dan Rani telah selesai membersihkan dan menata roti yang telah masak pada rak yang tersedia.

"Dinda ... tadi ada bu Leli ke sini mau pesan kue pengantin. Dan mau diambil besok pagi jam 7."

"Oke." jawabku singkat karena aku terburu-buru.

"Hani ... Sinta ... doakan aku ya ...!"

"Untuk?"

"Moga-moga bisa membuka toko baru lagi."

"Aamiin ...." Jawab mereka serempak.

"Oh ya ... aku titip toko ya ..."

"Aku mau pergi."

"Oke ... semoga berhasil."

Tergesa-gesa, aku berjalan  menuju rumah di seberang jalan. Rumah mungil, penuh cerita. membuatku tentram berada di dalamnya. Tempatku berlindung dan tempatku pulang. Hanya kami berdua yang tinggal, karena  kedua orang tuaku meninggal dalam kecelakan mobil, saat menuju ke Surabaya, hendak mengikuti prosesi wisuda kakak.

Hampir 5 tahun  berlalu. Saat peristiwa itu terjadi, aku masih kelas 2 SMKK. Kenangan yang sulit kulupa. Gembira kakak wisuda, sekaligus sedih ayah ibu tiada.

Sesaat kami merasa terpuruk. Hingga akhirnya sadar dan kembali bangkit. Kakak melamar sebuah pekerjaan. Alhamdulillah diterima bekerja, di sebuah perusahaan yang cukup besar. Tak lama kemudian diangkat sebagai menejer pemasaran.

Atas  modal dari kakak, aku membuka toko kecil mengisi waktu luang setelah lulus SMKK. Dan juga untuk menyalurkan bakatku yang terpendam . Gini-gini jurusan tata bogalah. Wkwkwk....

Hitung-hitung mengamalkan ilmu dari bapak/ibu guru.

Alhamdulillah, toko roti ini bisa berkembang pesat. Hingga bisa menambah pemasukkan rumah dan juga tambahan biaya kuliah. Bagaimanapun aku masih ingin melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.

Kesibukan di toko dan kuliah banyak menyita waktu. Hingga akhirnya, aku mengajak  kedua sahabatku, Silvi dan Hani untuk  berkontribusi dalam membesarkan toko kue ini.

Alhamdulillah pelanggan tak pernah sepi. Bahkan di hari minggu atau hari libur lainnya, bertambah ramai.  Untuk yang menjaga toko kita perkerjakan orang lain. Karena Hani dan Silvi juga sama-sama masih kuliah.

"Assalamu'laikum warohmatullahi wabarokatuh."  Tanpa menunggu jawaban aku segera masuk ke dalam.

"Wa'alaikum salam warohmatullahi wabarokatuh." suara kakak dari dalam yang berpakaian santai tapi rapi.

"Dinda ... segera. Sudah hampir terlambat nich."

"Baik kakakku yang sabar. Saking sabarnya sampai sekarang masih juga joblo ..." godaku sambil berlari. Untuk menghindar dari kemarahannya, kalau lagi buat kesalahan.

Setelah membersihkan diri, segera  memakai baju warna hijau botol dan kerudung bermotif sewarna yang sudah kusiapkan sejak tadi malam.

"Wah ... adik kakak ternyata cantik juga." membuat diriku tersipu.

"Dah, ayo!" Lanjutnya sambil berjalan keluar. Kuikuti langkahnya dengan segera.

Berlahan kakak mengeluarkan mobil xenia dari garasi. Kendaraan yang biasa dipakai berangkat ke kantor. Hanya kendaraan ini yang kami punya.

"Kok ... teman kakak itu tiba-tiba mengajak kerja sama."

"Darimana dia tahu kalau aku bisa masak?"

"Bukankah tiap hari kamu bikinin bekal kakak."

"Lalu?"

"Seminggu yang lalu dia coba dan suka."

"Oh ...."

Tak berapa lama, kami tiba disebuah kafe yang cukup artistik. Dominasi warna coklat dengan beberapa lembar sibetan kayu yang dihaluskan. Ditambah dengan taman kecil berhiaskan air terjun buatan yang mengalir berlahan, jatuh pada sungai-sungai kecil mengitari joglo  sebagai tempat  bersantai sambil menikmati hidangan.

Sekilas aku melihat gadis kecil yang bermain di taman kecil itu. Sambil memercikkan air ke arah tanaman perdu. Suaranya yang riang sepertinya kukenal. Dan familier di telinga ini. Oh iya ... inikan suara yang kudengar waktu di taman tadi pagi. Kutengok dengan seksama untuk memastikan dugaanku.

"Din, ayo ." panggil kakak sambil menepuk pundakku. Kaget aku dibuatnya.

"Ya kak ...." Jawabku mengikuti langkahnya yang cepat. Namun tak disangka, menuju sumber suara yang membuat diri ini penasaran.

"Bunda ...," sambil berlari menuju padaku. Serta memelukku dengan manja.

Kurentangkan tangan dan kupeluk dengan mesra serta kucium kedua pipinya. Dan iapun membalasnya dengan gembira seakan lama tidak berjumpa. Padahal baru sesaat lalu aku meninggalkannya.

"Anya kok di sini. Mana ayah?" tanyaku.

Dia hanya mengerlingkan matanya sambil menunjuk sebuah joglo ditengah sungai buatan. Semakin alami dengan adanya ikan koi yang cukup besar, berenang mengitari joglo.

"Bunda?" bisik kakakku membuat dahinya berkerut. Dan membuatku sedikit salah tingkah. Takut dia berfikir macam-macam pada adik tercintanya ini. Untungnya dari arah joglo ada seseorang yang melambaikan tangan memanggil.

"Alfath, sini!"

"Din, ayo ke sana!"

"Ke sana kak?"aku tertegun sejenak saat kakak melangkah ke arah yang ditunjuk Anya. Bukankah itu ayah Anya. Untuk apa di sini.

"Kakak. Kenapa kita ke sana."

"Itu boss kakak. Yang nawari kerja sama."

"Jadi itu bos kakak?"

"Sudah ayo ke sana. Kasihan dia menunggu."

"Kamu sich pakai terlambat juga." Aku hanya bisa melirik dan tersenyum, menanggapi sentilan kakak.

"Anya mau lanjut main atau ikut ammah?"

Dia hanya tersenyum menampakkan gigi putihnya yang bersih. Sambil memainkan rambutnya yang ikal terurai lepas. Dengan hiasan bando di kepala. Semakin tampak lucu. Lalu berlari kecil meninggalkan kami dengan riang. Melanjutkan bermain .

Entah mengapa aku jadi ragu melangkah. Tak kusangka orang yang mengajak kerja sama adalah bos kakak. Dan orang yang membuatku dongkol bin sebel di taman.

"Lho, Dinda itu adikmu ya ..." sapanya sambil mempersilahkan kami berdua duduk.

"Bapak sudah kenal?" tanya kakak penasaran. Namun hanya dijawab dengan senyuman.

"Belum, belum sepenuhnya." jawabnya ringan.

"Perkenalkan saya Zaidan." sapanya sambil mengulurkan tangan untuk bersalaman.

"Senang berkenalan dengan Bapak." sahutku dengan mengatupkan kedua telapak tangan di dada tanpa menyentuhnya.

Sejenak terlihat kikuk. Tapi kemudian sikapnya kembali tenang.  Terlihat berfikir lama.

"Saya harus panggil apa ya ..."

"Mbak ... ibu ... tante ... ammah ... atau bunda?" Maksudnya sopan, tapi wajah seriusnya malah terlihat lucu.

"Terserah bapak saja." jawabku tenang.

"Tapi saya lebih senang dipanggil ibu." jawabku tak kalah serius. Biar imbang gitu lho ....

Kalau nggak ada kakak mungkin aku sudah ngakak. Serius ... serius jangan pikir macam-macam. Dinda bukan saatnya bercanda.

Apa seperti ini ya ... kalau mau bicara bisnis . Kaku!...

Terus terang aku tak begitu tertarik dengan pembicaraan kakak dan pak Zaidan.

Oh jadi namamu Zaidan tho ... hemmm ....

Yang penting sekarang dengar dan simak. Dan aku sudah tahu posisiku sebagai chefnya, dalam restoran ini. Ternyata bukan toko melainkan restoran. Tak apalah ....

Toh,  pak Zaidan sudah percaya padaku untuk mengelola dapur restoran itu. Pasti akan kuat menu-menu yang enak dan mengundang selera. Dan berkembang lebih besar. Itu sich harapan terpendam aku. Semoga tercapai ya ... aamiin.

"Dealnya kita kerja sama. Saya yang sediakan tempat dan modalnya. Bu dinda dan mas Alfath yang mengelolanya."

"Deal pak. Jangan khawatir semoga saja restoran ini bisa berkembang." Jawab kakaku sambil menyambut uluran tangan pak Zaidan. Tanda kerja sama.

"Bagaimana ibu Dinda , sanggup?!"

"Insya Allah saya akan berusaha."

Terpopuler

Comments

sahabat syurga

sahabat syurga

kata2nya enk di bc tdk membosankan

2021-04-17

0

Lia halim

Lia halim

hai bunda dan sang anak ,Dari karakternya udah keliatan cutee ya😙

2021-01-24

0

Anjelina Gulo

Anjelina Gulo

keren....

2021-01-01

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 1: Pertemuan
2 BAB 2: Mengembangkan Sayap
3 BAB 3: Kenangan
4 BAB 4: Perjalanan
5 BAB 5 : Sampai Tujuan
6 BAB 6: Pembelajaran dari Boss
7 BAB 7: Zaidan
8 BAB 8 : Iseng
9 BAB 9:Malam Menjelang Fajar
10 BAB 10: Adinda
11 BAB 11: Repotnya Pagi Ini
12 BAB 12: Anya Hari Ini
13 BAB 13: Piknik ke Pantai
14 BAB 14 : Maukah Engkau Jadi Istriku.
15 BAB 15: Kantor Polisi
16 BAB 16: Karyawan
17 BAB 17: Folder baru
18 BAB 18: di Kampus
19 Bab 19 : Reza oh Reza
20 BAB 20 : Teman Lama
21 BAB 21 : Mommy
22 BAB 22 : Bercanda
23 BAB 23 : Puzzle-puzzle Misteri
24 BAB 24 : Sepi tanpa Anya
25 BAB 25: Menaklukan Hati Dinda
26 BAB 26 : Mami, Bimbinglah Dinda
27 BAB 27 : Surat Cinta
28 BAB 28 : Layla Haydi
29 BAB 29 : Hantaran
30 BAB 30 : Persiapan
31 BAB 31 : Khitbah
32 BAB 32 : Permintaan Anya
33 BAB 33 : Ijab Qobul
34 BAB 34 : Menginap di Rumah Dinda
35 BAB 35 : Tidak malam ini
36 BAB 36 : Bukan Pak Aslam
37 BAB 37 : Pernik-pernik Sesaat dalam Pernikahan
38 BAB 38 : Bunda Anya
39 BAB 39 : Kecemasan Anya
40 BAB 40 : Hasrat
41 BAB 41 : HAYDI
42 BAB 42 : Masa Lalu Haydi
43 BAB 43 : Sesal Tak Berarti
44 BAB 44 : Jelas Sudah
45 BAB 45 : Bergambar kupu-kupu
46 BAB 46 : Dia Istriku
47 BAB 47: Kita Keluarga
48 BAB 48 : Ungkap Rasa dalam Satu Irama
49 BAB 49 : Foto Ini Bercerita
50 BAB 50 : Hangatnya Senja
51 BAB 51 : Dia Mayasa
52 BAB 52 : Ajari Aku, Bunda (menyambut HUT RI)
53 BAB 53 : Penculikan
54 BAB 54 : Melarikan Diri
55 BAB 55 : Misi Layla dkk.
56 BAB 56 : Penyergapan
57 BAB 57 : Mas, Aku di Sini (Reza POV)
58 BAB 58 : Jadilah Cantik
59 BAB 59 : Kak Aris
60 BAB 60 : Selamat Kembali, Cinta
61 BAB 61 : Maaf Itu Indah (Mayasa POV)
62 BAB 62 : Aku bersyukur Engkau Ada di Sisiku
63 BAB 63 : Aturan Mami
64 BAB 64 : Mengikuti Imamku
65 BAB 65 : Anya, Kita Pulang
66 BAB 66 : Maafkan Tante, Anya
67 BAB 67 : Menjadi Model Lukisan Ammah
68 BAB 68 : Kakak Anya
69 BAB 69 : Bahagia Itu Sederhana
70 BAB 70 : Tidurlah Dengan Tenang, Zahara
71 BAB 71 : Dalam Bayang-bayangmu (Aris POV)
72 BAB 72: Ini Untukmu
73 BAB 73 : Aris dan Layla
74 BAB 74 : Aku Merestuimu
75 BAB 75 : Panti Asuhan
76 BAB 76 : Berubahlah Fadly
77 BAB 77 : Gigitan Anya
78 BAB 78 : Bertemu Mayasa
79 BAB 79 : Untuk Si Kembar
80 BAB 80 : Hadiah Untuk dan Dari Anya
81 BAB 81 : Tes Awal
82 BAB 82 : Menghafal AyatMu (Fadly POV)
83 BAB 83 : Bertukar Peran
84 BAB 84 : Lulus
85 BAB 85 : Paman Handoko
86 BAB 86 : Gagal
87 BAB 87 : Selalu Siap
88 BAB 88 : Bukan Hukuman Tapi Hadiah
89 BAB 89 : Masuk Tol saja
90 BAB 90 : Aksi Fadly
91 BAB 91 : Mommy dan Daddy Kamal
92 BAB 92 : Dimana Fadly
93 BAB 93 : Rindu Untuk Berjumpa
94 BAB 94 : Kalau Mommy Ana Sudah Bertindak
95 BAB 95 : Malam Pertama
96 BAB 96 : Mengingat Rencana Awal
97 BAB 97 : Memendam Rindu
98 BAB 98 : Resepsi
99 BAB 99 : Permulaan Pesta
100 BAB 100 : Pesta Berakhir (end)
101 extra part
102 pengumuman
103 pengumuman karya baru
Episodes

Updated 103 Episodes

1
BAB 1: Pertemuan
2
BAB 2: Mengembangkan Sayap
3
BAB 3: Kenangan
4
BAB 4: Perjalanan
5
BAB 5 : Sampai Tujuan
6
BAB 6: Pembelajaran dari Boss
7
BAB 7: Zaidan
8
BAB 8 : Iseng
9
BAB 9:Malam Menjelang Fajar
10
BAB 10: Adinda
11
BAB 11: Repotnya Pagi Ini
12
BAB 12: Anya Hari Ini
13
BAB 13: Piknik ke Pantai
14
BAB 14 : Maukah Engkau Jadi Istriku.
15
BAB 15: Kantor Polisi
16
BAB 16: Karyawan
17
BAB 17: Folder baru
18
BAB 18: di Kampus
19
Bab 19 : Reza oh Reza
20
BAB 20 : Teman Lama
21
BAB 21 : Mommy
22
BAB 22 : Bercanda
23
BAB 23 : Puzzle-puzzle Misteri
24
BAB 24 : Sepi tanpa Anya
25
BAB 25: Menaklukan Hati Dinda
26
BAB 26 : Mami, Bimbinglah Dinda
27
BAB 27 : Surat Cinta
28
BAB 28 : Layla Haydi
29
BAB 29 : Hantaran
30
BAB 30 : Persiapan
31
BAB 31 : Khitbah
32
BAB 32 : Permintaan Anya
33
BAB 33 : Ijab Qobul
34
BAB 34 : Menginap di Rumah Dinda
35
BAB 35 : Tidak malam ini
36
BAB 36 : Bukan Pak Aslam
37
BAB 37 : Pernik-pernik Sesaat dalam Pernikahan
38
BAB 38 : Bunda Anya
39
BAB 39 : Kecemasan Anya
40
BAB 40 : Hasrat
41
BAB 41 : HAYDI
42
BAB 42 : Masa Lalu Haydi
43
BAB 43 : Sesal Tak Berarti
44
BAB 44 : Jelas Sudah
45
BAB 45 : Bergambar kupu-kupu
46
BAB 46 : Dia Istriku
47
BAB 47: Kita Keluarga
48
BAB 48 : Ungkap Rasa dalam Satu Irama
49
BAB 49 : Foto Ini Bercerita
50
BAB 50 : Hangatnya Senja
51
BAB 51 : Dia Mayasa
52
BAB 52 : Ajari Aku, Bunda (menyambut HUT RI)
53
BAB 53 : Penculikan
54
BAB 54 : Melarikan Diri
55
BAB 55 : Misi Layla dkk.
56
BAB 56 : Penyergapan
57
BAB 57 : Mas, Aku di Sini (Reza POV)
58
BAB 58 : Jadilah Cantik
59
BAB 59 : Kak Aris
60
BAB 60 : Selamat Kembali, Cinta
61
BAB 61 : Maaf Itu Indah (Mayasa POV)
62
BAB 62 : Aku bersyukur Engkau Ada di Sisiku
63
BAB 63 : Aturan Mami
64
BAB 64 : Mengikuti Imamku
65
BAB 65 : Anya, Kita Pulang
66
BAB 66 : Maafkan Tante, Anya
67
BAB 67 : Menjadi Model Lukisan Ammah
68
BAB 68 : Kakak Anya
69
BAB 69 : Bahagia Itu Sederhana
70
BAB 70 : Tidurlah Dengan Tenang, Zahara
71
BAB 71 : Dalam Bayang-bayangmu (Aris POV)
72
BAB 72: Ini Untukmu
73
BAB 73 : Aris dan Layla
74
BAB 74 : Aku Merestuimu
75
BAB 75 : Panti Asuhan
76
BAB 76 : Berubahlah Fadly
77
BAB 77 : Gigitan Anya
78
BAB 78 : Bertemu Mayasa
79
BAB 79 : Untuk Si Kembar
80
BAB 80 : Hadiah Untuk dan Dari Anya
81
BAB 81 : Tes Awal
82
BAB 82 : Menghafal AyatMu (Fadly POV)
83
BAB 83 : Bertukar Peran
84
BAB 84 : Lulus
85
BAB 85 : Paman Handoko
86
BAB 86 : Gagal
87
BAB 87 : Selalu Siap
88
BAB 88 : Bukan Hukuman Tapi Hadiah
89
BAB 89 : Masuk Tol saja
90
BAB 90 : Aksi Fadly
91
BAB 91 : Mommy dan Daddy Kamal
92
BAB 92 : Dimana Fadly
93
BAB 93 : Rindu Untuk Berjumpa
94
BAB 94 : Kalau Mommy Ana Sudah Bertindak
95
BAB 95 : Malam Pertama
96
BAB 96 : Mengingat Rencana Awal
97
BAB 97 : Memendam Rindu
98
BAB 98 : Resepsi
99
BAB 99 : Permulaan Pesta
100
BAB 100 : Pesta Berakhir (end)
101
extra part
102
pengumuman
103
pengumuman karya baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!