Sosok pocong disekitar rumah

Wajah Bu Tari dan Pak Sukma memucat. Pintu dapur yang langsung mengarah keluar terbuka lebar. Padahal sudah jelas-jelas setiap menjelang maghrib Bu Tari menutup dan mengunci semua pintu dan jendela Tampak diluar sana sosok pocong berdiri tak jauh dari kandang kerbau miliknya. Dengan wajah yang sudah membusuk penuh belatung dan darah yang mengalir dari kedua bola mata yang hampir lepas membuat Pak Sukma dan Bu Tari tak mampu berteriak ataupun lari. Keduanya berdiri mematung tanpa bisa bersuara sedikitpun.

"Brruukkk"tiba-tiba Bu Tari terjatuh dan pingsan. Pak Sukma yang melihatnya tak mampu berbuat apapun karena ia sendiripun sangat ketakutan. Perlahan ia merangkak berniat untuk menutup pintu dan mata terus memandang ke arah pocong yang masih berdiri di luar sana.

"Allah...Allah..."hanya itu yang mampu keluar dari mulut Pak Sukma. Tubuhnya serasa lemas tanpa tulang, semakin dekat dengan pintu dilihatnya pula sosok pocong itu tak bergeming dari tempatnya berdiri.

"Krriieettt... bruk."akhirnya Pak Sukma berhasil menutup pintu. Dengan sedikit perasaan lega Pak Sukma duduk bersandar di belakang daun pintu sambil memandang sosok istrinya yang masih tergeletak dilantai dapur. Di intipnya keluar melalui celah pintu, tak dilihatnya lagi sosok pocong tersebut. Segera Pak Sukma menghampiri istrinya yang belum sadarkan diri juga.

"Bu..Bune..bangun Bu."Pak Sukma mengguncang-guncangkan tubuh istrinya.

"Pak...po..pocongnya mana Pak?"tanya Bu Tari setelah sadarkan diri.

"Uwis lungo Bu (sudah pergi Bu). Ayo Bu kita ke kamar saja."ajak Pak Sukma sambil membantu istrinya bangun dan menuntunnya berjalan perlahan.

Sementara itu Bapak ku dan Kang Tejo kembali melanjutkan ronda.

"Kang, Kang Kusno, bali njo.(Kang, Kang Kusno, pulang yuk.)"ajak Kang Tejo pada Bapakku. Bapakku hanya mengangguk. Akhirnya mereka pulang dan harus berpisah di persimpangan jalan.

"Kang, mbok aku di terno."(Kang, tolong aku di anterin.)"pinta Kang Tejo pada Bapak.

"Opo sih Kang,wes kono muliho tak delokno seko kene.(Apa sih Kang, udah sana pulang tak lihatin dari sini)"jawab Bapak pada Kang Tejo. Dan akhirnya mereka berpisah.

"Buk..buk..buk..."terdengar suara kaki berlari ke arah Bapak. Bapak yang mendengar suara tersebut langsung memilih untuk berjalan cepat supaya segera sampai kerumah.

"Tok..tok..tok.. Bu, Bu.. buka pintu Bu."terdengar suara Bapak menggedor pintu depan minta dibukakan. Segera ibu terbangun dan bergegas menuju ruang depan untuk membuka pintu.

"Loh Kang Tejo kok ikut kesini?"ucap Ibu saat melihat Kang Tejo lari terbirit-birit dari kejauhan. Bapak yang tadinya mau masuk kerumah langsung menoleh dan melihat Kang Tejo berlari ke arahnya.

"Ono opo Kang?(ada apa Kang)."tanya Bapak penasaran.

"A..aku nginep sini aja y Kang."pinta Kang Tejo sambil terengah-engah. Bapak dan Ibu hanya saling berpandangan.

"La emange kenopo Kang?(la memangnya kenapa Kang)"tanya Bapak penasaran. Kang Tejo tak menjawab. Ia malah langsung buru-buru masuk kerumah dan duduk di ruang tamu dengan wajah pucat dan seluruh badan yang gemetar. Bapak dan Ibuku segera menghampiri Kang Tejo setelah menutup kembali pintu ruang tamu. Tak lama kemudian Ibu menuju dapur untuk mengambil air minum untuk Bapak ku dan Kang Tejo.

"Ini Kang diminum dulu."ucap Ibu sambil menyerahkan dua gelas teh hangat untuk Bapak dan Kang Tejo.

"Ono opo Kang, coba alon-alon critakno.(ada apa Kang, coba pelan-pelan ceritakan)."pinta Bapak pada Kang Tejo yang masih gemetaran seperti ketakutan. Kang Tejo tak menjawab, ia malah celingukan kesana kemari seperti mencari-cari sesuatu.

"Kang."ucap Bapak ku lagi. Kang Tejo menatap Bapak, namun wajah ketakutan tak hilang dari sana.

"Ono pocong Kang (ada pocong Kang)."ucap Kang Tejo pelan. Bapak dan Ibu yang mendengar perkataan Kang Tejo terdiam, namun dari sorot matanya terlihat seperti terkejut. Bukan tak percaya, tapi memang semua orang tahu kalau di desa kami sedang ada teror hantu pocong. Aku yang mengintip dari pintu kamar langsung menutup mulut agar tak berteriak. Karena tak sopan bila mendengarkan percakapan orang tua.

"Wis tenang no disik atimu Kang, mengko nek wes lego lanjutno ceritamu (sudah tenangkan dulu hatimu Kang, nanti kalau sudah lega baru lanjutkan ceritamu)."pinta Bapak pada Kang Tejo sambil menyerahkan segelas teh hangat supaya segera diminum Kang Tejo. Seketika air teh itu langsung tandas diminumnya tanpa sisa. Sepertinya Kang Tejo juga sudah mulai tenang.

"Mau pas aku lewat kandang kebo ne Lek Sarmi aku dicegat pocong Kang. Aku wes berusaha nekat tapi poconge malah soyo suwi nyedak nang aku. Aku gilapen Kang (tadi pas aku lewat kandang kerbau milik Lek Sarmi aku dicegat pocong Kang. Aku sudah berusaha nekat tapi pocongnya malah semakin lama semakin mendekat. Aku ketakutan Kang)."Kang Tejo mulai mau bercerita.

"Aku wedi Kang, raine ancur, bosok tur mambune marai eneg(Aku takut Kang, wajahnya hancur, busuk dan aromanya busuk bikin mual)."Kang Tejo bergidik ngeri.

Ibu dan Bapak terlihat sangat antusias mendengar cerita Kang Tejo.

"Aku langsung mlayu mbalik berharap ono Kang Kusno bisa ngancani muleh. Tapi sampeyan malah ninggal aku melu mlayu.(Aku langsung lari putar balik berharap ada Kang Kusno bisa menemani pulang. Tapi kamu malah ninggalin aku ikutan lari)."ucap Kang Tejo terlihat kesal.

"Hahahahaha... sepurane Kang. Aku dewe juga wedi. Tak kiro ono pocong mlayu ngetutna aku. (Hahahahaha... maaf Kang. Aku sendiri juga takut. Aku kira ada pocong lari ngikutin aku)."Bapak malah tertawa mendengar cerita Kang Tejo. Karena memang tadi Bapak lebih memilih berjalan cepat agak lari karena takut mendengar suara seperti sesuatu sedang mengejarnya dari belakang dan Bapak tak berani sedikitpun menoleh ke belakang. Ibu pun juga ikut tertawa menanggapi cerita Kang Tejo. Sedangkan Kang Tejo masih saja cemberut karena rasa takutnya belum hilang.

"Lagian sejak kapan pocong bisa lari, kang." umpatnya membuat gelak tawa di antara mereka. Aku yang mendengar obrolan mereka dari dalam kamar pun ikut tertawa meskipun ku tahan.

Rasa kantuk yang menyerang mataku tak dapat ku tahan. Ku tinggalkan tempat dimana aku berdiri menguping pembicaraan Kang Tejo dengan orang tuaku dan segera beranjak untuk tidur.

"Aaaaaaaaaa.....bruk."mendadak semua menjadi gelap. Aku jatuh dan tak sadarkan diri. Lama rupanya Ibu dan Bapak membantuku untuk segera siuman, namun aku tak kunjung sadar. Ibu dengan setia menggosok-gosokkan minyak angin ke kepala dan lubang hidungku, sedangkan Bapak memijat kaki ku.

"Emmmhhh.."aku menggeliat dan akhirnya sadar setelah hampir satu jam pingsan.

"Nduk, kowe nangopo ? Rapopo toh ? Opo sing di roso ?(Nduk:panggilan untuk anak perempuan. Kamu kenapa ? Gak apa-apa kan ? Apa yang kamu rasakan?)."begitulah kira-kira pertanyaan Ibuku saat aku baru saja membuka mata. Tampak rasa begitu khawatir pada mereka melihatku terbaring dilantai saat mereka menemukan ku.

Terpopuler

Comments

Fhatiimah

Fhatiimah

thor kok koyo boso wng temanggung/magelang jateng y thor.

2022-07-27

0

lihat semua
Episodes
1 Munculnya teror 1
2 Munculnya teror 2
3 Sosok pocong disekitar rumah
4 Misteri munculnya pocong di desa
5 Penampakan Di Rumah
6 Di Ikuti Pocong
7 Sosok Misterius
8 Ketukan Tengah Malam
9 Yu Siti Bertemu Pocong
10 Yu Siti Syok
11 Makam Di Bongkar
12 Sosok Hitam Di Kaki
13 Teror di dapur
14 Kang Tejo Berpulang
15 Suara Ketukan
16 Misteri Kematian Samsul
17 Niat Pembongkaran Makam
18 Sosok Mencurigakan
19 Minta Tolong
20 Sesuatu yang Ditemukan
21 Penemuan Anggota Tubuh Yang Hilang
22 Mengembalikan Anggota Tubuh yang Hilang
23 Sosok Tanpa Wujud
24 Bu Dayat Kesurupan
25 Siapa Laki-laki itu
26 Bu Dayat
27 Penyebab Meninggalnya Bu Dayat
28 Penemuan Mayat di Bawah Pohon
29 Persiapan Pengajian
30 Hasil Otopsi
31 Tersangka
32 Mas Samsul Kembali
33 Pak Dayat Ditangkap
34 Siapa Pelakunya?
35 Keadaan Desa Yang Berbeda
36 Suara Minta Tolong
37 Yu Siti Terganggu
38 Kuburan Jugruk
39 Suara-suara di Rumah
40 Ibuku yang malang
41 Ibu Sakit
42 Ibu Kembali
43 Hukuman Pak Dayat
44 Keributan di Rumah Pak Dayat
45 Pak Dayat Jadi Pocong
46 Pocong di kebun Yu Siti
47 Di ikuti Sampai Rumah
48 Penemuan Barang Keramat
49 Rencana Warga
50 Rencana Pak Soleh
51 Budhe Ratmi Kesurupan
52 Malam Jumat Kliwon
53 Pengajian Di Rumah Pak Dayat
54 Keadaan Mencekam Di Rumah Pak Dayat
55 Akhir Dari Teror Di Desa
Episodes

Updated 55 Episodes

1
Munculnya teror 1
2
Munculnya teror 2
3
Sosok pocong disekitar rumah
4
Misteri munculnya pocong di desa
5
Penampakan Di Rumah
6
Di Ikuti Pocong
7
Sosok Misterius
8
Ketukan Tengah Malam
9
Yu Siti Bertemu Pocong
10
Yu Siti Syok
11
Makam Di Bongkar
12
Sosok Hitam Di Kaki
13
Teror di dapur
14
Kang Tejo Berpulang
15
Suara Ketukan
16
Misteri Kematian Samsul
17
Niat Pembongkaran Makam
18
Sosok Mencurigakan
19
Minta Tolong
20
Sesuatu yang Ditemukan
21
Penemuan Anggota Tubuh Yang Hilang
22
Mengembalikan Anggota Tubuh yang Hilang
23
Sosok Tanpa Wujud
24
Bu Dayat Kesurupan
25
Siapa Laki-laki itu
26
Bu Dayat
27
Penyebab Meninggalnya Bu Dayat
28
Penemuan Mayat di Bawah Pohon
29
Persiapan Pengajian
30
Hasil Otopsi
31
Tersangka
32
Mas Samsul Kembali
33
Pak Dayat Ditangkap
34
Siapa Pelakunya?
35
Keadaan Desa Yang Berbeda
36
Suara Minta Tolong
37
Yu Siti Terganggu
38
Kuburan Jugruk
39
Suara-suara di Rumah
40
Ibuku yang malang
41
Ibu Sakit
42
Ibu Kembali
43
Hukuman Pak Dayat
44
Keributan di Rumah Pak Dayat
45
Pak Dayat Jadi Pocong
46
Pocong di kebun Yu Siti
47
Di ikuti Sampai Rumah
48
Penemuan Barang Keramat
49
Rencana Warga
50
Rencana Pak Soleh
51
Budhe Ratmi Kesurupan
52
Malam Jumat Kliwon
53
Pengajian Di Rumah Pak Dayat
54
Keadaan Mencekam Di Rumah Pak Dayat
55
Akhir Dari Teror Di Desa

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!