Pak Dayat menunduk pasrah saat warga mendesak untuk mengijinkan pembongkaran makam anaknya. Sedangkan istrinya hanya mampu terisak sambil terus memandang makam anaknya yang malang.
"Salah kita apa, Pak? Sampai anak kita tidak bisa tenang meskipun sudah meninggal." isak Bu Dayat menyayat hati para orang tua. Bagaimana tidak, mana ada orang tua yang mau hal seperti itu terjadi pada keluarganya.
"Kami hanya ingin mencari tahu kebenaran saja, Bu. Kami tidak menyalahkan Samsul yang sudah meneror. Justru kami ingin membantunya supaya bisa tenang dan tidak mengganggu kami lagi." ucap salah satu warga membuat tangis Bu Dayat semakin menjadi. Sakit hati rasanya sang anak di perlakukan tak sepantasnya.
____________
"Sudah, sudah, sudah. Semua kembali ke rumah masing-masing." Pak Sukma akhirnya ikut turun tangan menengahi perkara ini. Warga akhirnya menurut apa yang dikatakan Pak Sukma untuk tak melanjutkan niatnya membongkar makam.
"Untuk apa kita mengganggu Nak Samsul yang sudah tenang di alasnya. Kita seharusnya mendoakan supaya diampuni segala dosa-dosanya." tutur Pak Sukma memberi wejangan.
Aku yang turut serta ke makam ikut mendengarkan wejangan dari Pak Sukma. Begitu juga Pak Kyai juga ikut hadir untuk menengahi.
Disaat para warga sedang serius mendengarkan wejangan dari Pak Sukma dan Pak Kyai, mataku tertuju pada sebuah tempat yang agak rimbun tak jauh dari makam. Entah apa yang membuatku merasa ingin terus melihat ke arah sana.
"Pak." panggilku pelan pada Bapak.
"Hhmmm ... "
Aku menunjuk kesebuah semak yang mengusik perasaanku untuk melihat kesana.
"Itu disana apa?" tanyaku sambil menunjuk ke arah semak belukar.
"Ada apa memangnya?" Bapak menunduk dan ikut mengamati.
"Pak, maaf. Seperti ada yang bersembunyi disana." bisik Bapak pada Pak Kades.
Pak Sukma yang diberi tahu oleh Bapak langsung melirik ke arah yang ditunjukan oleh Bapak.
Entah apa yang Pak Sukma dan Pak Kyai obrolkan, namun tiba-tiba Pak Kyai pamit untuk kembali terlebih dahulu karena ada hal yang penting. Kembali Pak Sukma menasehati para warga untuk tak melakukan kekerasan dalam menyelesaikan masalah. Meskipun teror itu juga mengganggu keluarganya, namun Pak Sukma berharap ada jalan keluar lainnya yang lebih manusiawi selain membongkar kembali makam yang sudah berumur sebulan hanya untuk memastikan arwah sang mayat tidak kembali menghantui.
"Heeiiii ... jangan lari."
Kami semua menoleh ke arah suara. Ternyata Pak Kyai mengejar seseorang yang sedari tadi mengintip di belakang semak belukar yang ku amati tadi. Badanku gementar, kaget campur takut. Mengapa ada orang mengendap-endap di kuburan dan mengintai kami semua.
Pak Kyai berlari mengejar seseorang yang ternyata seorang laki-laki. Dengan postur yang tinggi dan berkaki panjang, tentu saja sosok itu cepat menghilang di balik rimbunnya pepohonan.
"Pak, itu mirip seperti yang kita lihat waktu itu." bisikku pada Bapak. Bapak tak menggubris ucapanku. Beliau malah menyuruhku untuk cepat pulang dan jangan datang ke makam lagi.
"Kamu pulang saja, Nduk. Bapak nanti menyusul."
"Bapak mau kemana? Minah takut." aku memegang erat lengan Bapak.
"Bapak mau bantu Pak Kyai dan yang lainnya mencari orang itu. Minah pulang sekarang, ya." pinta Bapak. Ada beberapa anak seumuranku dan bahkan lebih besar dariku ikut ke makam juga. Sama sepertiku, mereka juga diminta untuk pulang oleh orang tuanya. Aku berlari secepat mungkin untuk sampai di rumah. Perasaanku mengatakan sosok itu terus mengawasi dan mengikuti kemanapun aku berlari.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Rini
jangan lama lama ya Thor up nya
2022-04-07
0