Di Ikuti Pocong

Aku tersentak saat tak mendapati Ibu di sebelahku. Rupanya matahari sudah meninggi. Aku bergegas keluar kamar dan mencari Ibu juga Bapak.

"Bu ... " panggilku.

Rupanya Ibu berasa di samping rumah. Entah apa yang beliau lakukan di sana. Namun tampaknya Ibu dan Bapak tampak sibuk.

"Kok aku nggak di bangunin toh, Bu." gerutuku.

"Ya nggak apa - apa. Toh ini kan hari minggu, kamu juga ndak sekolah." jawab Ibu sambil sibuk meraut daun kelapa untuk di ambil batang lidinya dan di jadikan sapu. Sedangkan Bapak sibuk memberi makan kerbau - kerbaunya di kandang.

"Kang Tejo mana?" tanyaku saat tak melihat sosok Kang Tejo sedari tadi.

"Pulang." jawab Ibu singkat. Aku tak melanjutkan pertanyaan.

"Semalam Kang Tejo keras sekali suara ngoroknya." ucapku sambil bermain daun janur yang sudah di pisah dari lidinya. Bapak yang mendengar ocehanku langsung menoleh dan mendekat.

"Emang koe krungu opo, Nduk?" tanya Bapak.

"(Memangnya kamu dengar apa, Nduk?)"

"Itu lo, Kang Tejo ngoroknya kenceng. Minah jadi susah tidur karena kebrisikan. Masa suara hujan kalah sama suara ngoroknya Kang Tejo." ucapku membuat Bapak dan Ibu saling berpandangan.

"Kenapa sih?" tanyaku penasaran.

"Kang Tejo nggak ngorok, Nduk." jawab Bapak membuatku terdiam seketika. Ibu menepuk pundak Bapak dengan keras membuat Bapak mengaduh kesakitan.

"La trus siapa, Pak? Bapak ngorok?" aku penasaran di buatnya.

"Bisa jadi. Bapak sudah tidur. Jadi nggak sadar, Nduk." jawabnya sambil berlalu, kembali ke kandang kerbau. Sedangkan Ibu terus melanjutkan meraut janur.

"Nah, mambengi jare ono penampakan nang dalan kono." ("Nah, semalam katanya ada penampakan di jalan sana.") Wahyu bercerita saat kami bermain bersama. Anak - anak seusiaku memang sering berkumpul di lapangan kalau hari minggu. Biasanya kami akan berjanjian untuk pergi bermain kerumah salah satu teman jika sudah bosan bermain di lapangan. Dan kami akan bercerita tentang banyak hal.

" Aku weruh wujude, Yu." jawabku pelan. Wahyu terperanjat, lucu sekali ekspresi dia saat kaget.

"Tenan?"

"(Beneran?)"

Aku mengangguk angguk cepat. Aku menceritakan setiap detail yang ku alami semalam. Terlihat Wahyu sesekali menoleh ke kanan dan ke kiri seperti dengan mengamankan situasi.

"Kowe golek opo, Yu?" tanyaku penasaran yang sedari tadi melihat Wahyu menoleh ke sana kemari.

"Aku takut nanti pocongnya datang kesini, Nah." jawabnya berbisik. Aku tertawa.

"Masa iya mau keluar siang-siang begini, Yu."

Ayu terkikik. Rupanya dia saking terbawa suasana dengan ceritaku sampai ketakutan seperti itu. Beberapa kali dia mencekal erat lengan tanganku saat ku ceritakan juga kejadian yang terjadi di rumah saat ada Kang Tejo menginap di rumah kami.

"La terus yang ngorok siapa, Nah?" tanya Wahyu padaku. Aku mengangkat kedua bahu. Ya karena memang aku tak tahu pasti siapa yang ngorok. Bapak sendiri tak pernah ngorok saat tidur. Aku hafal betul bagaimana Bapak kalau tidur.

"Bu, Ibu." panggilku lirih saat melihat Ibu sedang meracik sayuran untuk menyiapkan makan siang.

"Opo, Nduk?"

"Bapak kan ndak pernah ngorok, Bu." ucapku membuat Ibu menghentikan sesaat pekerjaannya.

"Terus?"

"Kalau kata Bapak saja Kang Tejo ndak ngorok, berarti suara yang Minah dengar semalam itu?" aku mengentikan ucapanku saat Ibu menatapku.

Perasaanku sudah tak karuan. Mengingat suara yang ku dengar semalam benar-benar sangat keras. Kalau di pikir-pikir, sekeras-kerasnya suara ngorok. Nggak akan mungkin terdengar hingga ke kamarku kalau memang asalnya dari ruang tamu. Apalagi kamarku berada di belakang, di batasi oleh kamar Ibu dan ruang keluarga. Rumah jaman dahulu memang tergolong besar. Apalagi rumah yang kami tempati ini adalah peninggalan dari almarhum kakek dan nenek dari Ibu.

Siang ini tumben sekali Kang Tejo tidak kelihatan. Padahal biasanya beliau kerumah atau lewat saat harus mencari rumput untuk pakan kerbau miliknya.

"Kang Tejo tumben nggak kelihatan dari tadi ya, Pak." rupanya apa yang di pikirkan Ibu sama dengan isi kepalaku.

"Ndak tau, Bu. Coba nanti Bapak kerumah Kang Tejo untuk melihat keadaannya." ucap Bapak menenangkan.

"Minah ikut, Pak." ucapku cepat. Bapak tahu, meskipun di larang aku tetap akan merengek untuk ikut. Tanpa penolakan akhirnya Bapak menyetujui permintaanku.

Sore hari selepas Bapak menyelesaikan semua pekerjaannya, kami berdua berjalan beriringan untuk menemui Kang Tejo di rumahnya. Suasana desa sudah tampak sepi. Hanya ada beberapa orang yang bersliweran untuk kembali kerumah setelah rutinitas mereka di ladang. Ada pula yang sedang menggiring kerbaunya dari sungai untuk di bawa pulang kerumah setelah memandikannya.

"Nandi, Kang?" ("kemana, Kang?") tanya Pak Soleh saat melihat kami berjalan sedikit terburu-buru karena memang hari sudah sore.

"Kang Tejo, Pak. Tumben seharian saya ndak lihat." jawab Bapak.

"Iya, saya tadi lewat depan rumahnya juga tutupan. Ndak biasanya." jawab Pak Soleh membuat Bapak semakin penasaran dan ingin segera sampai di rumah Kang Tejo. Rumah Kang Tejo memang terletak lumayan jauh dari rumah kami. Apalagi jika kami berjalan kaki seperti saat ini.

"Nanti saya nyusul, Kang. Tak bawa Belo pulang dulu." ucap Pak Soleh sambil menunjuk ke arah kerbau yang beliau tuntun. Bapak mengangguk dan berpamitan untuk melanjutkan perjalanan. Rasanya Bapak sudah tak sabar untuk sampai ke rumah Kang Tejo.

Sepi, itu keadaan yang kami dapati setelah sampai di rumahnya.

"Kang. Kang Tejo." panggil Bapak sambil mengetuk-ngetuk pintu dan jendela yang terbuat dari kayu. Tertutup. Begitulah kondisinya.

Ceklek ...

Pintu belakang terbuka saat Bapak mencoba mendorongnya. Setelah Bapak tak mendapat jawaban di pintu depan, akhirnya Bapak beralih ke pintu belakang. Tempat dimana Kang Tejo biasa keluar masuk untuk melihat kerbaunya di kandang.

"Kang ... " panggil Bapak saat mendapati sosok tubuh meringkuk tertutup selimut dengan rapat.

"Ya Allah, ono opo, Kang?" Bapak panik saat mendapati Kang Tejo berselimut rapat seluruh badan dengan suhu badan yang panas tinggi dan pucat pasi.

Kang Tejo menarik kembali selimut yang Bapak sibakan. Sepertinya beliau merasa kedinginan yang amat sangat.

"Kenapa, Kang?" Bapak mengguncang-guncangkan tubuh Kang Tejo.

"Poconge ngetutna aku maneh, Kang." jawab Kang Tejo dari balik selimut. Bapak terdiam.

"Nandi? Nandi kowe weruh pocong?" Bapak kembali menyibak selimut yang menutupi seluruh tubuh Kang Tejo. Tak begitu lama, Pak Soleh pun masuk. Rupanya beliau bergegas menyusul kami tanpa membersihkan diri terlebih dahulu setelah kembali dari sungai.

"Ono opo, Kang?" jawil Pak Soleh pada Bapak.

"Lihat pocong katanya, Pak."

"Nandi?" Pak Soleh penasaran.

"Dimana kamu lihatnya, Kang?" tanya Bapak mengulangi pertanyaan.

"Tadi pagi pas aku pulang kerumah, pocongnya berdiri di samping kandang, Kang. Lihatin aku terus." ucap Kang Tejo menjelaskan.

Kata Bapak, Kang Tejo pulang dari rumah kami memang masih pagi-pagi buta. Menurut Kang Tejo, pocong tidak akan keluar saat hari sudah pagi. Sebelumnya Bapak sudah meminta Kang Tejo untuk sabar sebentar, menunggu hari sudah terang. Namun sepertinya Kang Tejo tak betah lama-lama di rumah kami. Karena menurut beliau pocongnya selalu muncul di sekitar rumah kami. Makanya Kang Tejo nekat pulang karena di rasa rumahnya lebih aman.

Terpopuler

Comments

Temy Gerrard Ynwa

Temy Gerrard Ynwa

banyak yg GK ada translate bahasa jawanya. jadi banyak yg gk ngerti.

2023-06-25

0

Susi Susanti

Susi Susanti

jangan lama-lama up nya Thor

2021-12-05

0

lihat semua
Episodes
1 Munculnya teror 1
2 Munculnya teror 2
3 Sosok pocong disekitar rumah
4 Misteri munculnya pocong di desa
5 Penampakan Di Rumah
6 Di Ikuti Pocong
7 Sosok Misterius
8 Ketukan Tengah Malam
9 Yu Siti Bertemu Pocong
10 Yu Siti Syok
11 Makam Di Bongkar
12 Sosok Hitam Di Kaki
13 Teror di dapur
14 Kang Tejo Berpulang
15 Suara Ketukan
16 Misteri Kematian Samsul
17 Niat Pembongkaran Makam
18 Sosok Mencurigakan
19 Minta Tolong
20 Sesuatu yang Ditemukan
21 Penemuan Anggota Tubuh Yang Hilang
22 Mengembalikan Anggota Tubuh yang Hilang
23 Sosok Tanpa Wujud
24 Bu Dayat Kesurupan
25 Siapa Laki-laki itu
26 Bu Dayat
27 Penyebab Meninggalnya Bu Dayat
28 Penemuan Mayat di Bawah Pohon
29 Persiapan Pengajian
30 Hasil Otopsi
31 Tersangka
32 Mas Samsul Kembali
33 Pak Dayat Ditangkap
34 Siapa Pelakunya?
35 Keadaan Desa Yang Berbeda
36 Suara Minta Tolong
37 Yu Siti Terganggu
38 Kuburan Jugruk
39 Suara-suara di Rumah
40 Ibuku yang malang
41 Ibu Sakit
42 Ibu Kembali
43 Hukuman Pak Dayat
44 Keributan di Rumah Pak Dayat
45 Pak Dayat Jadi Pocong
46 Pocong di kebun Yu Siti
47 Di ikuti Sampai Rumah
48 Penemuan Barang Keramat
49 Rencana Warga
50 Rencana Pak Soleh
51 Budhe Ratmi Kesurupan
52 Malam Jumat Kliwon
53 Pengajian Di Rumah Pak Dayat
54 Keadaan Mencekam Di Rumah Pak Dayat
55 Akhir Dari Teror Di Desa
Episodes

Updated 55 Episodes

1
Munculnya teror 1
2
Munculnya teror 2
3
Sosok pocong disekitar rumah
4
Misteri munculnya pocong di desa
5
Penampakan Di Rumah
6
Di Ikuti Pocong
7
Sosok Misterius
8
Ketukan Tengah Malam
9
Yu Siti Bertemu Pocong
10
Yu Siti Syok
11
Makam Di Bongkar
12
Sosok Hitam Di Kaki
13
Teror di dapur
14
Kang Tejo Berpulang
15
Suara Ketukan
16
Misteri Kematian Samsul
17
Niat Pembongkaran Makam
18
Sosok Mencurigakan
19
Minta Tolong
20
Sesuatu yang Ditemukan
21
Penemuan Anggota Tubuh Yang Hilang
22
Mengembalikan Anggota Tubuh yang Hilang
23
Sosok Tanpa Wujud
24
Bu Dayat Kesurupan
25
Siapa Laki-laki itu
26
Bu Dayat
27
Penyebab Meninggalnya Bu Dayat
28
Penemuan Mayat di Bawah Pohon
29
Persiapan Pengajian
30
Hasil Otopsi
31
Tersangka
32
Mas Samsul Kembali
33
Pak Dayat Ditangkap
34
Siapa Pelakunya?
35
Keadaan Desa Yang Berbeda
36
Suara Minta Tolong
37
Yu Siti Terganggu
38
Kuburan Jugruk
39
Suara-suara di Rumah
40
Ibuku yang malang
41
Ibu Sakit
42
Ibu Kembali
43
Hukuman Pak Dayat
44
Keributan di Rumah Pak Dayat
45
Pak Dayat Jadi Pocong
46
Pocong di kebun Yu Siti
47
Di ikuti Sampai Rumah
48
Penemuan Barang Keramat
49
Rencana Warga
50
Rencana Pak Soleh
51
Budhe Ratmi Kesurupan
52
Malam Jumat Kliwon
53
Pengajian Di Rumah Pak Dayat
54
Keadaan Mencekam Di Rumah Pak Dayat
55
Akhir Dari Teror Di Desa

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!