Tubuh Raisya bergetar, ketegangan di seluruh tubuhnya membuat kakinya sulit melangkah. Bagaimana bisa takdir mempermainkanya?
“Aku harus bagaimana?” Raisya menatap sekliling dengan wajah putus asa.
Puk!
Raisya melonjak kaget, ia balikkan tubuhnya. Di belakangnya berdiri sosok tampan yang tak lain Zakiel, memandangnya dengan raut bertanya.
“Lo, belum pulang?”
Raisya menggigit bibirnya. Apa bisa ia meminta bantuan zakiel? Zakiel yang melihat raut wajah Raisya yang berbeda merasa ada sesuatu yang tidak beres.
“Ada masalah apa?” Zkiel mendudukan dirinya tepat di samping Raisya.
Raisya memandang sekeliling. Bingung bagaimana harus menceritakan semuanya.
“Gak, gue cuma pengen nyari udara segar.”
Zakiel mengangkat sebelah alisnya, merasa tidak percaya dengan ucapan Raisya.
“Nyari udara segar? Lo serius? Setau gue gak ada tuh orang nyari udara segar siang-siang, mana di taman lagi. Pasti terjadi sesuatu.” Zakiel menatap lurus Raisya.
Tangan kekar itu menyentuh pundak ringkih Raisya, membuat Raisya memutar tubuhnya dan menatap manik hitam itu secara langsung. Ia tidak bisa berbohong di depan wajah yang sama persis dengan wajah tunanganya.
Dengan ragu Raisya mengutarakan keinginanya. “Gue butuh tempat bersembunyi.” Raisya meremas jarinya.
Zakile mengernyitkan alisnya mendengar ucapan Raisya. Ia melihat jelas netra hijau itu seperti menyembunyikan ketakutan. Ia ingin marah kepada siapa pun yang membuat binar bahagia gadis di depanya itu hilang.
“Gue tahu lo pasti ada masalah besar. Meskipun lo gak mau cerita, gue akan tetep bantu lo.” Zakiel tersenyum lembut.
Raisya menghembusakan nafas lega mendengar penuturan Zakiel. Bagaimana pun ia membutuhkan seseorang untuk bersembunyi dari Farel.
“Terimakasih.”
Hening, Raisya menatap taman yang sepi. Netra hijaunya menatap langit cerah dengan berbagai ekspresi. Sedangkan Zakiel hanya memusatkan seluruh fikiran dan tatapan itu pada gadis di sampingnya.
Hati dingin Zakiel seakan mencair ketika melihat tatapan terluka Raisya. Hati dan otaknya tergerak untuk melindungi gadis rapuh itu.
“Jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja.” Zakiel menyentuh pundak Raisya.
*****
Farel memasuki rumah rahasianya, segar ia menyambar sebotol alkohol dan meminumnya sekali tegak. Otak dan hatinya saling berteriak, mengutarakan keinginan masing-masing.
“Arghhhh.”
Prang
Netra hitam itu menatap pecahan botol serta isinya dengan wajah datar. Ia merasa ada yang salah dengan perasaanya. Mengabaikan kekacauan yang telah ia buat, kaki panjangnya berjalan menuju sofa dan mendudukan dirinya di sana.
“Raisya.” Farel mengurut pangkal hidungnya.
Beberapa pelayan khusus menatap Farel ketakutan. Selalu seperti ini. Tuanya akan mendatangi kediaman rahasianya ketika fikiranya kalut. Mereka dengan hati-hati membersihkan kekacauan yang dibuat tuanya.
“Maaf tuan, apakah Tuan akan bermalam di sini?”
Farel membuka matanya, menatap laki-laki paruh baya yang ia percaya untuk mengurus rumah rahasianya. “Tidak, aku akan pergi nanti sore.” Farel kembali menutup matanya.
Laki-laki paruh baya, yang tak lain Pak Rahmat menganggukkan kepalanya. Entah mengapa ia merasa lega mendengar penuturan tuanya. Bukanya ia tidak menyukai kehadiran tuanya itu, tapi ia merasa ketakutan setiap kali tuanya datang dalam keadaan marah. Pasti akan ada korban yang menjadi sasaran tuanya.
“Baiklah tuan, jika Tuan memerlukan sesuatu, Tuan bisa memanggil saya.” pak Rahmat bergerak mundur kemudian memberi kode pelayan lain untuk mengikutinya.
Farel diam, mengabaikan ucapan pak Rahmat. Ia hanya butuh suasana tenang agar pikiranya jernih. Ia takut mengambil keputusan gegabah.
Suasana yang asri, dan udara yang sejuk membuat Farel terhanyut, tak lama kemudian netra hitam yang terpejam itu terlarut dalam mimpi.
*****
“lo, gak papakan tinggal di sini.” Zakiel menatap Raisya.
Raisya mengalihkan pandanganya dari rumah sederhana ke arah Zakiel. Dapat a lihat wajah gusar Zakiel, ia tersenyum kecil dan menganggukan kepalanya.
Hembusan nafas lega Zakiel keluarkan. Ia memilih tempat sederhana ini karena memang tempat ini paling tepat untuk seseorang yang ingin bersembunyi.
“Ayo masuk.”
Raisya menatap punggung Zakil yang mulai tertelan pintu berwarna hitam itu. senyum tipis ia sunggingkan. Ia berharap semoga kali ini bisa terbebas, setidaknya sampai ia mendapatkan uang tiga milyar.
Zakile yang merasa sendiri memutar tubuhnya, ternyata Raisya masih berdiri di depan sana, bahkn posisinya tidak berubah sama sekali.
“Hay, cepat masuk!”
Raisya menganggukan kepalnya dan melangkahkan kaki untuk memasuki rumah itu. Matanya berpenjar menatap sekeliling ruangan. Sederhana, tapi nyaman.
“Ini kamar Lo.” Zakile menunjuk pintu berwarna putih.
Netra hijau itu menatap pintu yang ditunjuk Zakile, senyum tipis terlihat dari sudut bibirnya ketika pintu itu terbuka.
“Maaf ya, kamarnya kecil.” Zakiel menggaruk belakng kepalanya gugup.
Raisya hanya bisa tersenyum mendengar penuturan Zakiel. Bahkan jika yang ia tempati sebuah gubuk, ia tetap akan bersyukur. Asalkan ia bisa terbebas dari Farel, apa pun wujud tempatnya akan ia terima.
“Nyaman.” Raisya menggumam dengan lirih.
Zakiel mendengar gumaman Raisya tersenyum. Ia merasa lega. Semoga bantuan kecilnya ini bisa membuat binar bahagia Raisya kembali.
Raisya menepuk jidatnya ketika mengingat hal yang paling penting ia lupakan. Pakaian serta dalaman. Bagaimana ini?
“Kalo butuh apa-apa lo bisa hubungi gue. Gue harap lo nyaman di sini ya.” Zakil menatap Raisya tulus.
Raisya terenyuh dengan tatapan itu. Pilihan untuk meminta bantuan Zakiel ternyata tidak buruk. Fellingnya benar, dan ia sangat bersyukur.
“Ekhm, Kiel, lo tahukan gue ke sini dengan tangan kosong.”
Zakiel menatap Raisya bingung, ditambah ekspresi malu-malu Raisya. “Lo, butuh sesuatu?”
Raisya menjilat bibir atasnya dan berucap lirih. “Gue gak punya baju.”
Seakan paham, Zakile segera berdahem canggung. “Ekhm, lo tenang aja. Gue bakal suruh seseorang buat beliin kebutuhan lo. Lo sebutin aja nanti, dan semuanya bakal tersedia.”
Raisya menatap lurus Zakiel dengan pandangan rumit. Sifat ini, kata-kata ini, persis seperti Jhonatan. Zakile yang di tatap seperti itu mengerjapkan mata, entah mengapa ia melihat binar cinta di dalam tatapan Raisya, membuat ia salah tingkah.
“Gue, keluar dulu ya.”
Raisya mengerjap mendengar nada canggung Zakiel. Ahh, lagi-lagi ia terbawa suasan.
“Oh, ok. Makasih lo ya.”
*****
Farel menjalankan mobilnya, membelah jalan dengan perasaan yang tenang. Laki-laki itu melupakan semuanya, termasuk nasib Salsha.
Drt... Drt... Drt...
Getaran ponsel terdengar jelas di dalam mobil mewah itu. Namun, Farel mengabaikan getaran itu. Netra hitamnya tetap terfokus ke jalan, decakan tidak sabar ia keluarkan. Merasa tidak sabar untuk segera sampai ke rumah keduanya.
“Ck, ck, kenapa harus ada macet di saat seperti ini.”
Merasa bosan, Farel mengedarkan matanya. Netra hitam itu terpaku pada mobil berwarna silver itu. Matanya menelisik kedalam mersa tidak asing dengan laki-laki yang ada di dalam sana. Otaknya sibuk berpikir, mengingat siapa laki-laki itu.
Tin... Tin...
Farel mengalihkan pandanganya ke depan. Melihat sudah lenggang, segera ia menjalankan mobilnya. Matanya fokus dengan jalanan, tapi hatinya masih terpaku, mencoba mengingat pria yang sempat mengganggu pikiranya.
Seklebat ingatan memasuki otaknya. Ia ingat siapa laki-laki itu. laki-laki taman dan laki-laki yang ia temui di kafe.
Drt... Drt... Drt...
Farel menatap Gawainya yang lagi-lagi bergetar. Dengan kesal ia angkat gawainya dengan kasar.
“Apa?”
“Maaf Tuan, Nona Raisya tidak ada di tempat.”
Farel menggeram marah mendengar penuturan pengawalnya itu. Sudah berani bermain di belakangku, bahkan kabur. Seringai kejam ia keluarkan bersamaan dengan pikiran licik yang memenuhi otaknya.
_____
Sorry telat ya uploadnya. di sini abis ujan, Author takut buat nyalain data 😂😂😂
Gimana sama bab kali ini? puas, atau masih kurang?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments
uus widiani
duh kasihan raisya, apakah zakiel itu saudara jonatan ya kok nama belakangnya sama
2022-06-01
0
mintil
ya kabur lah. orang situ stress
2022-04-24
1
Ratifa Az-Zahra
jangan terlalu kejam-kejam amat Farel,nanti cinta mati lo ama Raisya
2022-03-29
4