Raisya terduduk lemas dengan tangan yang masih menggengam gawainya, air mata berjatuh dengan cepat, membuat wajah yang sudah basah dengan air hujan semakin basah dengan air mata. Ia terlihat sangat menyedihkan.
“Tuhan bagaimana ini?” Raisya meraung.
Raisya berdiam di bawah guyuran hujan yang lebat. Dalam otaknya sibuk mengingat ucapan James tentang keadaan Jhonatan yang semakin buruk. Bagaiamana bisa ia bertahan di dunia ini jika orang terkasihnya pergi meninggalkanya. Apa pun yang terjadi ia harus menyelamatkan Jhonatan.
“Kondisiny semakin drop, kita harus melakukan oprasi secepatnya. Paling lambat besok pagi kita harus melakukan oprasi itu. jantungnya semakin lemah, dan pendarahan di otaknya semakin memperburuk keadaanya.”
“2,5 milliar paling sedikit biaya yang harus kau siapakan.”
Raisya menghapus air mata yang keluar di matanya. Ia bangkit dan berlari untuk mencari tempat berteduh. Tepat di bawah pohon besar ia bersandar dan merogoh sakunya kembali untuk mencari kartu nama. Dalam hatinya ia sibuk meminta maaf kepada Jhonatan karena tindakan yang akan ia mabil nanti.
“Brengsek.” Raisya mengumpat.
Teringat dengan jelas ia telah membuang kartu itu di tengah jalan tadi. Dengan cepat ia ayunkan kakinya menyusuri jalan setapak. Matanya sibuk mencari kartu dengan warna hitam bercorak emas di setiap langkah yang ia lalui.
“Di mana kau, Brengsek.” Raisya mengumpat karena tidak menemukan barang yang ia cari.
Raisya terjatuh saat ia berlari membuat keadaanya sangat menyedihkan. Raisya memukul jalan aspal yang di genangi oleh air dengan kuat, bahkan tanganya memerah.
“Tuhan, jangan persulit aku.” Raista meraung.
Deg
Risya menatap kartu yang terlihat akan masuk dalam got itu dengan mata hampir melotot, tanpa membuang waktu ia berlari ke tempat itu, namun kecepatan larinya membuat genangan air yang ada semakin kuat dan besar membuat kartu itu semakin jauh mengalir dan terjatuh di dalam got itu. Tanpa pikir panjang ia menjatuhkan diri kedalam got dan meraih kartu itu dengan air mata bercucuran. Betapa berat perjuanganya hanya karena sebuah kartu.
*****
Raisya berdiri di depan apartemen megah, badanya menggigil bahkan bau tidak sedap mulai bermunculan dari tubuhnya. Membuat orang-orang mengernyitkan dahi dan menutup hidung mereka.
Raisya mengabaikan tatapan mencemooh mereka, dalam otaknya hanya ada satu fikiran. Ia harus mendapatkan uang untuk oprasi Jhonatan.
Raisya menimbang dan mengetukkan sepatunya, ia gugup dan takut. Teringat jelas suara berat ketika ia menghubungi nomer dalam kartu tersebut. Ia harus menunggu di depan apartemen ini. Ya, ia akan sabar menunggu demi keselamatan sang kekasih.
Tap Tap Tap
Suara sepatu membuat Raisya semakin menggigil ketakutan. Dalam hatinya ia berharap semoga tuhan sedikit berbelas kasih kepadanya.
“permisi.”
Raisya mendongak menatap pria yang tak lain Farel Wiratman yang mengernyit dan menutup hidungnya itu. Entah mengapa Raisya merasa malu dengan keadaanya saat ini.
“Tuan.” Raisya memanggil dengan sedikit gemetar.
Farel menatap sosok yang telah menamparnya beberapa hari yang lalu, sosok itu terlihat sangat menyedihkan. Tapi sosok itu tetap bisa membangkitkan gairahnya.
“kau sudah menjadi gembel?” Farel bertanya dengan mendesis di akhir kalimatnya.
Raisya menggigit bibirnya dengan kuat berharap ia kuat menghadapi sosok di depanya ini.
“...”
“Kau bisu?” Farel menatap Raisya dengan alis mengernyit.
Raisya menghela nafas dan mengeluarkan nafasnya dengan kasar.
“Apakah tawaranmu masih berlaku?” Raisya menatap Farel yang menatapnya dengan pandangan menjijikan menurut Raisya.
Farel mengangkat sebelah alisnya, kemudian ia mengangkat sebelah bibirnya tanpa di sadari oleh Raisya. Ohh akhirnya kau menyerah, bahkan sebelum aku sempat bertindak.
“Aku sudah tidak bernafsu dengan tubuhmu.”
Raisya tersentak mendengar ucapan Farel, ia takut tidak bisa menyelamatakan Jhonatan. Hanya ini jalan satu-satunya.
Farel beranjak pergi meninggalkan Raisya membuat Raisya semakin gugup dan ketakutan.
“Tuan.”
Farel menghentikan langka kakinya, memandang Rasya dengan pandangan seakan bertanya.
Raisya menghembuskan nafas kasar dan maju dengan cepat, tanpa menunggu lama ia merah tengkuk Farel dan menciumnya dengan kasar.
Farel terkejut dengan serangan mendadak itu, namun ia tetap membalas ciuman itu dengan lebih kasar lagi membuat gairahnya semakin membumbung tinggi. Ia membutuhkan kamar.
Dengan langkah cepat ia mengangkat tubuh Raisya dan membawanya kedalam lift, bahakan ia tetap melanjutkan ciuman itu, mengubah posisi Raisya menjad menghadapnya, dan kaki Raisya yang melingkar erat di pingganya.
Raisya mencoba menghalau rasa jijik karena telah mencium seseorang dengan begitu agresif. Dalam hati ia sibuk menggumamkan jika semua yang ia lakukan demi Jhonatan.
*Ting*
Farel memasuki apartemen dengan langkah cepat, bahakan ia membanting pintu itu dengan kasar membuat siapa pun yang mendengarnya menutup kuping dengan sempurna.
Raisya terkejut ketika melihat Farel dengan cepat membuka pakaiannya, apa yang harus ia lakukan sekarang? ia belum siap melakukan hal seperti itu.
“Tuan.”
“Panggil aku Farel.” Farel menanggapi dengan tangan yang sibuk melepaskan kancing kemejanya satu persatu.
Raisya semakin ketakutan ia memandang seklilingnya. Ia tidak bisa menghindar tapi matanya menatap pakaianya dan satu pemikiran memasuki otaknya.
“Farel, izinkan aku mandi terlebih dahulu.” Raisya menatap Fatrel dengan tatapan memohonya.
Farel mengehentikan tanganya yang sibuk membuka kancingnya itu, tatapanya terfokus pada Raisya yang terlihat menyedihkan. Bahakan ia lupa dengan aroma Raisya yang membuat indra penciumanya menjerit.
“Hmm baikalah.”
Raisya tersenyum mendengar ucapan Farel. Ia segera bangkit dan berjalan mencari kamar mandi, tapi langkahnya terhenti ketika ia sadar ia tidak mengetahui di mana letak kamar mandinya.
“Maaf, di mana kamar mandinya?” Raisya bertanya dengan menundukan pandanganya kerana Farel yang sudah bertelanjang dada. Ia tidak malu karena menatap tubuh farel, ia sudah terbiasa dengan tubuh Jhonatan. Tapi ia menghindari tatapan buas dari Farel.
“Hmmm pintu pojok berwarna putih itu.”
Raisya menatap arah tangan Farel, dengan cepat ia melangkah ke sana.
“Terimakasih.” Raisya tersenyum kecil.
Farel berhenti dari kegiatannya yang hendak melepas celana bahanya ketika melihat senyum Raisya, entah mengapa ia merasakan degupan yang kencang di hatinya. Degupan yang tidak pernah ia rasakan, meskipun dengan Salsha.
*****
Raisya menatap kamar mandi megah itu, dengan cepat ia melepas seluruh pakaian yang melekat di tubuhnya itu. Sekali lagi ia mengecek pintu kamar mandi itu, setelah yakin pintu itu benar-benar terkunci ia menjatuhkan tubuhnya di dalam Bathup. Ia butuh releksasi.
Raisya menikmati sentuhan hangat di kulitnya, bukan sentuhan dari pria atau apa pun itu, melainkan sentuhan lembut dari air hangat dan wewangian melati. Ia merasa tenang. Bahkan matanya mulai terpejam.
Tok Tok Tok
“Raisya apa yang kau lakukan? Kau tidak pingsankan?”
Raisya terkejut, bahkan kepalanya hampir masuk kedalam air itu, ia ketiduran. Dengan cepat ia mengangkat tubuhnya dan membalas ucapan Farel di balik pintu putih itu.
“Tidak, aku tidak apa-apa.”
“Baiklah.”
Hening, Raisya segera mengguyur tubuhnya di bawah sower. Dirasa cukup segera ia meraih handuk untuk menutupi tubuhnya. Langkah kakiny membawa ia tepat di depan pintu, namun langkahnya terhenti ketika ia mengingat tidak mempunyai pakaian untuk ia pakai.
Netra hijaunya berpenjar, mencari sesuatu untuk menutupi tubuhnya, sehingga tatapanya jatuh ke arah *Bathrub* yang menggantung di pojok ruangan. Segera ia raih dan memakaianya.
Ceklek
Farel menatap sosok yang berdiri di depan pintu kamar mandi itu, gairah yang sempat padam itu bergejolak kembali. Segera ia mendekat dan meraih tubuh langsing itu, membuat sang empu terkaget namun tidak bisa melakukan apapaun untuk melawanya.
Farel ingin sekali mecium bibir ranum itu, tepat di depan Ranjang ia baringkan sosok yang sudah mengobrak-abrik gairahnya itu. Namun, sebulum ia sempat menyentuh sosok itu gerakanya terhenti karena perkataan Raisya.
“Berikan aku 3 milliar sekarang juga.” Raisya menatap Farel dengan sungguh-sungguh.
Farel menatap Raisya dengan pandangan geli, ternyata semua wanita itu sama. *Well* itu tidak masalah. Raisya mendapatkan uang dan aku mendapatkan kepuasan. Farel bangkit membuka laci dan mengambil cek di dalam laci. Tak lama kemudian ia mengisi dan menandatangani kertas itu dan melemparnya tepat di wajah Raisya.
Raisya memejamkan matanya mendapatkan perilaku yang seperti itu. Dalam hati ia mengutuk sosok di depanya ini. Tapi bibirnya kelu sekedar untuk mengeluarkan umpatan, sekarang yang terpenting ia harus mendapatkan pakaian.
“Farel, aku butuh pakaian.” Raisya menatap farel yang berdiri menjulang di depanya, bahkan Farel hanya memakai handuk sebatas lutut saja memperlihatkan perut seksinya.
“Kau tidak membutuhkan pakaian, sekarang layani aku.”
Raisya terdiam mendengar penuturan Farel, ia resmi menjadi wanita murahan saat ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments
Riyamah Riyamah
jadi murahan atau pelacur
2022-12-26
0
Senajudifa
biar ucum tmbah semangat, kutukan cinta like and fab
2022-06-03
1
As Cempreng tikttok @adeas50
hihi raysa
2022-04-05
0