Raisya menatap sendu Jhonatan. Wajah rupawan itu di penuhi lebam, tubuhnya penuh dengan alat-alat yang tidak di ketahui apa namanya oleh Raisya, tapi satu hal yang pasti alat itu yang menopang kehidupan Jhonatan kali ini. Netra hijau itu mulai mengabur, hatinya tergoncang seakan tidak bisa menerima ketidak adilan dalam hidupnya kali ini.
“Jhonatan.” Panggil Raisya lirih.
Risya meraih jemari Jhonatan dengan lembut, seakan takut untuk melukai. Tangan kekar itu terkulai lemas engan dua alat yang tertancap di sana.
“Bertahanlah.”
Raisya mengecup tangan kekar yang terlihat lemah itu.
Tok Tok Tok
Raisya segera mengahpus air matanya yang mengalir dengan tidak tau diri itu. Dengan cepat ia bangkit untuk melihat siapa yang memasuki ruangan yang ditempatinya.
“Maaf bisa kita bicara?”
Raisya menatap dokter laki-laki dengan usia yang tidak muda lagi. Matanya menatap rumit dokter itu. raisya mengangguk, sedangakan dokter itu tersenyum kecil menanggapinya.
“Mari ikut saya.”
Raisya berjalan tepat di belakang dokter itu, matanya sibuk memandang lantai seakan mengharapakan ketenangan.
“Silahkan.”
Raisya terdiam, ia tidak sadar sudah berada tepat di depan pintu ruangan yang bertuliskan Dr. Jams Harlos. Ia tersenyum kecil dan memasuki ruangan yang berbau antiseptik itu.
“Terimakasih.”
Raisya duduk dengan tenang memandang Jams yang sibuk membolak-balik map berwarna biru tua di depanya itu.
“Maaf dengan nona?”
“Raisya.”
“Oh iya Nona Raisya.”
Raisay tersenyum sopan.
“Di sini nona sebagai wali yang bertanggung jawab menyangkut kesehatan pasien dengan nama Jhonatan.”
Raisya terdiam, entah mengapa persendianya terasa kaku. Dalam hati ia takut mendengar sesuatu yang tidak pernah ia harapkan.
“Iya dok.”
“Di sini saya akan mengkonfirmasi terkait kesehatan pasien.”
Raisya menahan nafas.
“Pasien mengalami cedera berat pada kepalanya, sehingga menimbulkan beberapa gumpalan darah di otak.”
“...”
“dan yang paling serius, pasien mengalami kebocoran jantung.”
*Deg*
Raisya merasa tidak siap, dunia seakan sedang mencaci makinya.
“...”
“Dan di sini kita harus melakukan oprasi besar. Oprasi di bagian kepala, dan pencangkokan jantung.”
Raisya masih tidak bisa berkata, lidahnya kelu.
Jams memandang Raisya perihatin. Ia cukup tahu menyangkut keadaan Raisya saat ini, terkenalnya marga Raisya membuat segala informasi terkuak dengan cepat oleh media. Mungkin awalnya ia mengira keluarga Atmaja hanya memiliki anak angkat Jhonatan Silver, tapi setelah ia menangani Jonatan ia faham ternyata keluarga Atmaja memiliki seorang anak gadis yang mereka sembunyikan. Tak banyak media yang mengetahui ini, bahkan sampai saat ini. Mungkin hanya beberapa orang terdekat saja yang mengetahuinya, dan kini ia menjadi salah satu diantara mereka.
“Bagaimana tingkat keberhasilanya?” Raisya mentap lurus Jams.
“78 banding 22. 78 tingkat kegagalanya dan 22 untuk keberhasilanya.”
Raisya termenung mendengarnya, bagaiamana bisa ia mengalami semua ini. Bagaiaman bisa ia bertahan dengan cukup 22 persen saja.
“Jika gagal apa yang terjadi?”
“kematian.” Jams menjawab dengan lugas.
Raisya menahan nafasnya.
“Berikan yang terbaik, meskipun hanya satu persen kemungkinan keberhasilanya, saya akan tetap berharap dan percaya dengan satu persen itu.”
Jams tersenyum mendengarna, ia menyukai sosok yang optimis.
“Baiklah. Segera urus semua admisnistrasinya.”
Raisya terdiam mendengarnya, ia baru ingat tentang biaya. Apa yang harus ia lakukan? Ia yakin biayanya sangat mahal.
“Apa bisa administrasinya menyusul?” Raisya menggigit pipi dalamnya.
Jams memandang Raisya perihatin.
“Maaf Nona.”
Raisya menghela nafas lirih dan tersenyum.
“Baiklah, segera urusi semuanya, saya akan mengurus administrasinya.”
Raisya bangkit meninggalkan ruangan itu.
******
Raisya memandang Jhonatan dengan tatapan rumit, ia berharap ada keajaiban untuknya.
“Tetap bertahan, aku juga akan bertahan.” Raisya mengecup kening Jhonatan lama setelah itu pergi meninggalkan ruangan dingin itu.
Setiap langkah yang ia lalu tetesan air mata tidak pernah berhenti keluar dari netranya. Tangan kurusnya bahkan tak sanggup untuk menghapusnya. Dalam hati Raisya sibuk merapalkan mantra untuk menguatkan hatinya dan segera mencari solusi terbaik untuk masalah yang ia geluti saat ini.
Raisya menatap Mansion besarnya yang sudah sepi, besok ia akan meninggalkan tempat ini. Raisya menunduk memandang sepatu kats putih di kakinya. Tanganya terkepal, dengan langkah pasti ia memasuki ruangan pribadinya. Tanganya sibuk mencari sesuatu yang ia simpan sedari dulu untuk berjaga-jaga.
Tanganya terhenti pada satu kotak berwarna merah darah itu. Dengan gemetar ia menggengamnya dan membuka kotak yang tertutup rapat itu.
*Ceklek*
Raisya menatap lurus pada cincin yang bertahtakan batu berwarna hijau tua itu. Warna yang sama dengan matanya. Helaan nafas ia keluarkan. Tanganya dengan tanpa basa-basi meraih cincin itu dan memandangnya dengan sendu.
“Aku harus merelakanmu.” Raisya mengelus lembut cincin itu.
Tanpa menunggu lagi segera ia masukan cincin itu kedalam kotaknya kembali. Dengan segera ia meninggalkan ruangan itu dan berjalan dengan cepat menuju tempat yang harus ia tuju sekarang.
Keringat dingin mulai ia keluarkan tepat di depan toko besar itu.
“Permisi, ada yang bisa saya bantu.”
Suara itu membuat Raisya terlonjak kaget dan menatap wanita dengan balutan seragam itu dengan tatapan datarnya, membuat wanita itu tersenyum canggung.
“Ekhm, saya mau menjual cincin.”
Wanita itu tersenyum secara formal untuk menghilangkan kecanggunganya. Segera ia membawa Raisya menuju tempat penjualan.
“Silahkan nona.”
Raisya mengangguk tak lama kemuduian sosok itu pergi meninggalkanya di dalam ruangan yang umayan besar itu.
“Apa yang akan anda jual nona?”
Pertanyaan itu mengawali percakapan mereka. Raisya menatap sosok dengan seragam yang hampir sama dengan wanita tadi.
“Saya mau menjual cincin ini.” Raisya mengeluarkan cincin yang sedari tadi ia gengga dengan kuat.
Wanita tersebut menahan nafas melihat cincin yang Risya keluarkan. Cincin dengan permata yang sangat langka itu membuat tangan wanita itu gemetar. Ia yakin harga cincin itu berkisar miliaran.
“ohh, silahkan. Apakah surat-suratnya lengakap nona?” wanita itu bertanya dengan menahan gemetar di seluruh tubuhnya itu.
“ini.” Raisya menunjukan surat-surat kepada wanita itu.
Wanita itu menerima surat tersebut dan segera mengecek seluruh keaslianya. Alis wanita itu mengkerut dan tak lama kemudan helaan nafas ia keluarkan, wajah yang awalnya sangat berbinar kini tertunduk lesu.
“Maafkan saya nona.”
Raisya mengernyit mendengarkan ucapan Wanita di depanya itu.
“..”
“Anda tidak bisa menjual cincin ini.” wabita itu menatap Raisya penuh sesal.
“Maksud anda?”
“Disini tetulis jika cincin ini tidak untuk di perjual belikan. Bahkan jika ada toko atau perusahaan yang mengajukan transaksi jual beli kita bisa terkena pidana dan sanksi.”
Raisya terkejut mendengarnya, ia baru mengetahui itu semua sekarang. Pernyataan yang sangat konyol. Ia tahu cincin itu cincin dari keluarga Sonya dari India, namun ia tak menyangka jika di dalamnya ada peraturan seperti itu. Apakah ia sedang di permainkan oleh wanita itu.
“tolong anda cek sekali lagi?”
“Maaf nona.” Wanita itu mengembalikan cincin tersebut.
Raisya terdiam memandang sendu cincin yang sudah ada di genggamanya itu. Apa yang harus ia lakukan sekarang?
“kalo begita saya permisi.”
Raisya pergi meninggalkan ruangan itu dengan kekecewaan yang membumbung tinggi. Setiap langkah yang ia lalui ia merasa ada duri yang menancap di telapak kakinya, membuat ia mringis dan menahan nafas karena kesakitan.
“Tuhan apa yang harus aku lakukan?” Raisya menatap langit-langit yang mulai mengeluarkan titik-titik air.
Raisya memasukan cincin itu di dalam sakunya kembali. Dahinya mengernyit ketika merasakan sesuatu di dalam sakunya itu. Kartu nama? Segera ingatanya kembali di saat ia bertemu sosok yang menawarkan sesuatu yang sangat menggiurkan namun menghancurkan harga dirinya.
“Sampai kapan pun aku tidak akan menerima tawaranya.”
Raisya membuang kasar kartu itu dan berjalan dengan langkah gontai.
Drt Drt Drt
Raisya mengernyit merasakan getaran dalam sakunya, segera ia meraih gawai di dalam sana. Terlihat jelas nomer rumah sakit di sana. Segera ia mengangkat panggilan itu dengan tangan gemetar dan jantung yang berdetak tidak normal. Tuhan jangan biarkan hal buruk terjadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments
Riyamah Riyamah
terjepit akhirnya màu jadi simpanan
2022-12-26
0
Senajudifa
hadir y
2022-05-27
0
mastura librae
6
2022-05-04
0