Raisya terdiam di dalam kamar mewah itu, otaknya sibuk menggulir satu-persatu kenangan indah bersama Jhonatan, senyum pedih ia keluarkan. Ia menghirup udara dengan rakus, berharap bisa menghilangkan rasa sesak di dalam dadanya. Sampai sekarang ia belum tahu keadaan keluarganya, pihak maskapai masih melanjutkan pemnyelidikan tentang kasus jatuhnya pesawat itu. Raisya berdoa semoga mereka semua bisa selamat dan tetap baik baik- saja.
*Tok Tok Tok*
Raisya menghapus air matanya dan mendongak, ia tepuk beberapa kali pipinya agar terlihat merona, ia tidak ingin terlihat menyedihkan. Dengan cepat ia ayaunkan kakinya dan melangkah untuk membuka pintunya.
“Nona, makanan sudah siap, sebiaknya Nona makan terlebih dahulu.”Ajeng, wanita paruh baya yang sudah merawat Raisya sedari kecil menunduk.
“Baik Bi, Bibi bisa kembali terlebih dahulu, Raisya akan menyusul.”
“Baik Nona.” Ajeng meninggalkan Raisya.
Raisya berbalik tanpa menutu pintu kembali, toh ia akan keluar lagi. Matanya sibuk menatap potret keluarganya. Disana dapat ia temukan senyum mekar memenuhi wajah-wajah itu. Zakarie, Sonya, Raisya, dan yang terakhir Jhonatan. Jhonatan Silver merupakan anak angkat atau bisa di bilang sebagai kakak angkat Raisya, yang kemudian menjadi tunanganya. Jhonatan hanya seorang yatim piatu yang menolong Raisya terbebas dari penculikan dulu. Raisya menatap sendu foto besar itu, tanganya dengan lembut mengelus setiap wajah yang terpampang di figora besar itu. Ada sekelebat harapan di hatinya, ia berharap keluarganya dan tunanganya baik-baik saja, apa pun keadaanya. Raisya berbalik meninggalkan figura besar itu, dan berjalan menuju ruang makan besarnya yang terlihat sunyi.
Raisya duduk tepat di tempat ia biasa duduki, matamya sibuk menggulir satu persatu ruangan yang biasanya hangat itu.
“Di sana biasanya Deddy akan menggodaku karena porsi makanku yang sangat banyak.” Raisya menunjuk kursi yang berada di ujung meja.
“Di situ Mommy akan memarahi Deddy karena membuat Raisya merajuk.” Raisya menunjuk kursi tepat di depanya itu.
“Dan di sini, tempat Jhonatan tersenyum dan menyuapiku makanan karena merajuk dengan ejekan Deddy.” Raisya menatap kursi yang berada tepat di samping kananya.
Para pelayan yang berdiri tak jauh dari Raisya menahan nafas dan menghalau air mata yang akan berjatuhan. Mereka merasa sangat perihatin dengan keadaan nona mereka, nona mereka yang selalu ceria, jail, dan Fashion kini terlihat sangat menyedihkan dan tidak terurus. Ingin sekali mereka memeluknya namun mereka sadar siapa diri mereka.
Raisya menatap sendu makanan yang terhidang di depannya, dengan sangat berat ia mengambil makanan satu persatu. Udang asam manis, itu makanan kesukaan sang Deddy, dengan lelehan air mata ia mengunyahnya. Matanya bergulir bersitatap dengan capcai, itu makanan kesukaan sang Mommy, ia mengunyah kembali makanan itu dengan reaksi persis seperti tadi. Terakhir matanya menatap udang krispi dan ayam asam pedas, makanan faforitnya dan Jhonatan, dengan menahan nafas ia mengambil makanan itu, namun sebelum makanan itu sempat masuk dalam mulutnya sendoknya terjatuh karena getaran kuat yang berasal dari tanganya itu.
Raisya berteriak dan membanting seluruh makanan yang ada di meja makan itu membuat semua pelayan terkejut. Ajeng segera meraih Raisya dalam pelukanya dan menenangkannya. Raisya meraung keras dalam dekapan Ajeng.
“Bi, kenapa mereka pergi! Kenapa? Apa mereka tidak tahu kalau Raisya sangat tersiksa di sini. Bi, tolong kasih tahu Raisya bagaiaman Raisya bisa hidup di tengah kesakitan ini, bi, ku mohon.” Raisya terjatuh dengan Ajeng yang menahan berat tubuhnya.
Ajeng hanya menangis tanpa mampu menjawab pertanyaan nonanya itu, mereka semua yang melihat itu ikut menangis dan melingkar mendatangi Raisya, seakan mengatakan jika Raisya tidak sendiri.
“Non, masih ada kita. Non jangan sedih. Kita doakan saja semoga Nyonya, Tuan, dan tuan muda baik-baik saja.” Ajeng menghapus lembut air mata Raisya dan mengelus rambutnya, membuat Raisya memejamkan matanya dan menikmati elusan di kepalanya. Tanpa tau tempat Raisya memejamkan mata, berharap semua yang menimpanya itu hanyalah mimpi. Raisya terlelap di lantai yang dingin dengan beralasan paha Ajeng dan para pelayan yang melingkarinya.
*****
Raisya menatap sosok laki-laki paruh baya di depanya, beberapa berkas berserakan di depanya membuat ia memejamkan mata.
“Nona, kita harus segera melakukan tindakan. Jika dalam satu minggu ini belum ada kabar pasti dari tuan Zakarie beberapa pemilik saham akan mencabut saham mereka dan proyek tahun ini akan terancam hilang.”
Raisya terdiam mendengar ucapan laki-laki itu, Hanry Poter. Sungguh ia tidak faham dengan seluk-beluk perusahaan, karena memang perusahaan itu akan di kelola Jhonatan setelah mereka menikah nanti. Raisya hanyalah seorang mahasiswa jurusan sastra, ia memiliki cita-cita sebagai penulis dan tidak ada keinginan secuil pun untuk menekuni dunia bisnis.
“Paman, Raisya harus bagaimana?” Raisya bertanya dengan wajah gusar.
Henry menatap perihatin Raisya, ia sudah menganggap Raisya seperti anaknya sendiri. Namun ia tidak bisa melakukan apa pun untuk meringankan beban anak ini.
“Jalan satu-satunya kita harus menjual beberapa saham kita untuk menutupi kerugian dari penggelapan dana dan mengganti rugi kontrak yang akan terancam di cabut itu.”
Raisya terdiam, ia ingat Zakarie pergi dengan tujuan untuk menyelesaikan penggelapan dana dan beberapa masalah penting perusahaanya. Seakan semuanya sia-sia, bukan menyelesaikan masalah, kepergian Zakarie malah menambah masalah dan luka di hati Raisya. Raisya terancam kehilangan semuanya.
“Jual saja paman, Raisya akan berusaha dengan kemampuan Raisya. Jangan biarkan kita terlilit hutang, apa pun yang terjadi Raisya hanya ngin hidup tenang.” Raisya berucap dengan lirih.
“Apa Raisya tidak ingin untuk melanjutkan semuanya?” Henry bertanya dengan menatap Raisya teduh.
Raisya menghel nafas kasar, meskipun ia pegang kendali perusahaan itu ia yakin perusahaan itu akan tetap hancur, ia tidak meimiliki pengalaman sama sekali.
“apa yang perlu Raisya lanjutkan paman? Bukankah jika kita menjual semuanya itu artinya kita sudah tidak memliki apa pun. Dan untuk memulaianya dari awal, bisnis bukanlah bidang Raisya, bukanya maju Raisya takut bisnis itu akan hancur.” Raisya menatap lurus Hanry membuat Hanry menghela nafas.
“Baiklah, paman akan selalu mendukung keputusanmu. Hubungi paman jika butuh apa-apa.” Hanry bangkit hendak meninggalkan Raisya.
*Drt Drt Drt*
Langkah Hanry terhenti, bola mata tua itu membla melihat tulisan yang tertera di dalam gawainya. Matanya memerah, dan helaan nafas ia keluarkan. Dengan langkah berat ia berbalik dan memeluk Raisya, membuat Raisya terkejut.
“Paman kenapa?” Raisya bertanya dengan perasaan takut yang menjalar.
Henry hanya terdiam dengan bahu yang bergetar, mengundang Raisya untuk memikirkan hal-hal negatif.
“Paman, jangan seperti ini, jelaskan? Apa yang terjadi?”
Hanry melepas pelukanya kemudian menuntun Raisya untuk duduk kembali. Dengan mata memerah Hanry berkata membuat Raisya terdiam tanp mampu mengatakan apa pun.
“Mereka di temukan.”
“.......”
“Ayah dan Ibumu meninggal, sedangkan Jhonatan kondisinya sangat parah.”
Bagai boom, dunia Raisya semakin hancur. Harapan yang selalu ia pegang hilang sudah, bahkan bibirnya seakan kelu untuk mengungkapkan apa yang ia rasa, lebih kejam lagi air mata tak mampu singgah di pipi mulusnya sekedar mengeluarkan sesaknya.
“Setidaknya masih ada Jhonatan.” Itulah kalimat terakhir yang mampu Raisya keluarkan sebelum semua menjadi gelap.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments
💜💜 Mrs. Azalia Kim 💜💜
Raisya....malang sekali nasibmu....
saknooo 😭😭
2023-01-26
0
M Allawi Alawwi
Jngn dedy tapi dady thor jdi geli sendiri baca nya..😂
2022-12-21
0
Lafiza
sedih banget sih 😭
2022-03-30
1