Raisya menatap pantulan dirinya di kaca besar. Dres biru langit dengan panjang di bawah lutut dan lengan sampai siku menjadi pilihanya. Rambut coklat gelombangnya ia ikat menjadi satu memperlihatkan sedikit punggung dan leher jenjangnya.
Merasa puas dengan penampilanya, Raisya segera menyambar tas berwarna tulang di pojok ranjang. Mengecek isinya, kemudian berjalan meninggalkan kamar. Namun, sebelum tanganya meraih hendle pintu getaran gawainya menghentikan langkah. Farel? Ada apa laki-laki itu mengirim pesan. Tanpa menunggu lagi segera Raisya membuka pesan itu, sedetik kemudain tubuhnya menengang dan airmata jatuh dari netra hijau itu.
Kita akhiri semuanya. Anggap kita tidak saling mengenal dan aku ikhlaskan 3 milyar itu. Anggap saja haraga keperawananmu.
Farel W
Raisya menghalau rasa bahagia di dadanya. Akhirnya ia bisa terlepas dari hubungan menjijikan ini. Rasa haru menyerbu membuat ia tersenyum diiringi lelehan air mata.
“Tuhan, terimakasih. Kau telah mendengar doa ku.”
Tanganya mengusap wajahnya pelan. Dengan cepat ia edarkan seluruh pandangan pada ruangan megah itu. Setelah bertemu dengan Zakiel, ia akan pergi dan tinggal di apartemennya.
Dengan langkah riang, Raisya berjalan meninggalkan rumah. Senyum manis selalu tersungging di wajah cantiknya. Bahkan ia menyapa seluruh orang yang berpapasan denganya. Ia terlalu bahagia, lebih bahagia lagi jika rencana kerja samanya berhasil.
Raisya mengedarkan pandanganya keseluruh penjuru kafe, tatapanya terpaku pada sosok rupawan yang melambaikan tangan ke arahnya. Sejenak ia sempat berfikir jika sosok itu Jhontana namun, warna matanya segera membuat ia sadar.
Menghela nafas sebentar, ia langkahkan kakinya ke arah sudut ruangan itu, mengabaikan tatapan beberapa laki-laki yang terpesona.
“Hay, sudah lama menunggu?” Raisya mendudukan dirinya tepat di depan Zakiel.
Zakiel terpaku menatap Raisya yang terlihat berbeda dari pertama ia bertemu. Kini wajah Raisya seperti penuh bintang dan gemerlap kebahagian, tidak seperti dulu, suram, gelap dan penuh keputus asaan.
Raisya melambaikan tangannya, menyadarkan Zakiel dari keterpakuanya. Zakiel terperanjat dan mengerjapkan matanya.
“Eh?”
Raisya tersenyum melihat Zakile yang linglung.
“Kau sudah lama menunggu?” Raisya bertanya dengan bahasa non formal.
Zakiel tersenum mendengar pernyataan dan cara berbicara Raisya. Ia bahagia.
“Oh, tidak kok. Baru saja. Kau mau pesen apa?”
Raisya terdiam mengerucutkan bibir, pertanda ia sedang berpikir. Zakiel terkekeh gemas melihat ekspresi lucu Raisya, tanpa sadar tanganya terulur mencubit lembut pipi Raisya.
Raisya terperanjat kaget begitupula dengan Zakile yang tidak menyangka akan bertindak seperti itu. Semua di luar kendalinya.
“Ah, maafkan aku.”
Raisya tersenyum melihat wajah kikuk dan canggung Zakiel. Dengan tetap mempertahankan senyum kecilnya ia menggoyangkan tanganya sebagai pertanda jika itu bukan masalah besar.
“Kau pesan apa?” Raisya bertanya.
“Aku pesen salad buah, kentang goreng, sama jus apukat.”
Raisay terdiam mendengar penuturan Zakile. Bahkan Jhontana juga paling suka jus apukat. Zakile yang melihat Raisya terdiam merasa bingung.
“kau kenapa?”
Raisya mengerjap, kemudian ia gelengkan kepalanya.
“Samakan saja, tapi aku ingin jus stroberry.”
“Ok.”
Zakiel memanggil pelayan dan menyebutkan pesanannya dan juga Raisya.
“Bagaimana?” Zakile memulai pembicaraan.
“Aku meminta bantuanmu untuk membuat sebuah tempat penerbitan buku.”
“Konsep seperti apa yang kau inginkan?” Zakile menatap Raisya serius.
Raisya tersenyum canggung dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Sungguh sekarang ia merasa seperti orang bodoh karen tidak tau konsep seperti apa yang di inginkannya.
“Sebenarnya aku juga tidak terlalu faham masalah penerbitan. Cuma aku pengen kerja sama dengan penulis onlien.”
Zakiel mulai tertarik dengan arah pembicaraan Raisya. Mereka akhirnya membahas tentang konsep, struktur, dan apa saja yang harus di siapkan ketika membuat sebuah tempat penerbitan. Apalagi sasaran penulisnya di prioritaskan penulis onlien.
Raisya beberapa kali mengangguk ketika Zakiel menerangkan. Bahkan matanya berbinar mendengar penuturan Zakiel.
“Permisi mas, mbak. Ini pesenan kalian.”
Percakapan itu terhenti ketika pesanan mereka datang.
“Oh terimakasih.” Raisya tersenyum sedangkan Zakiel hanya menganggukkan kepalanya.
“Ok, kita makan dulu.” Zakile memulai makanya.
Raisya menikmati setiap salad yang masuk di mulutnya. Perpadua antara mayones, susu putih, dan keju serta manis asam buah membuat lidahnya bergetar hebat merasa nikmat. Zakile menatap Raisya yang menutup matanya menikmati salad.
“Kau suka sekali dengan salad buah?”
Raisya membuka matanya mendengar pertanyaan Zakiel. Ia tersenyum malu.
“Apakah terlihat jelas?”
Zakiel tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Raisya semakin malu.
“Iya, aku sangat suka salad buah. Bahakan aku bisa menghabiskan lima porsi sekaligus.” Raisya berujar bangga. Entah kemana rasa malunya, seakan menguap hilang bersama dengan tertelanya semua salad buah dalam mangkoknya.
Zakile terperangah mendengar penuturan Raisya. Gadis di depanya sangatlah berbeda.
“Kau mau tambah?”
Raisya segera menggeleng, membuat Zakiel bingung.
“Loh, tambah saja. nanati aku yang bayar,” Zakil berkata dengan nada jenaka.
Raisya mencebikkan bibir. Bukan itu yang ia maksud, ia malu jika semua orang mengetahui jika ia maniak salad, bahkan bisa mengahbiskan porsi besar.
Zakile yang melihat Raisya yang cemberut tidak bisa menutup rasa gemasnya, ia tahu pasti alasan Raisay menolak tawaranya, tapi ia suka menggoda gadis bermata hijau itu.
“Kau sengaja ya?” raisya memicingkan mata membuat Zakiel tertawa dengan keras. Beberapa pengunjung menatap Zakile dengan penasaran. Laki-laki tampan sedang tertawa lebar, nikamta tuhan mana yang engkau dustakan?
“Sudah, sudah. Jadi bagaiaman kelanjutan kerjasama kita?” Raisya mengalihkan rasa maluya dengan bertanya.
“Ok, aku akan mengurus masalah sponsor dan lain-lain. Kau mulai pantau beberapa penulis yang memang cocok untk kerjasama ini. Jangan lupa kau juga membutuhkan editor, jadi sebaiknya cepat kau cari siapa orang yang akan kau ajak kerja sama.”
Raisya terdiam mendengar penuturan Zakiel. Uhh betapa sulitnya.
“Kenapa kau tidak menulis saja. Bukanya kau anak sastra?”
“Aku sebenarnya emang pengen banget jadi penulis. Tapi kau tahu kan, semua tidak semudah yang kau bayangkan. Nih, aku udah coba-coba nulis onlien, tapi pembaanya Cuma berapa biji.”
Zakiel terdiam. “Kenapa kau tidak mengajukan naskahmu di penerbit saja?”
“Pengen sih, tapi nama penaku belum terkenal, jadi siapa yang mau beli buku ku?”
“Coba aja dulu. Kalo kau nunggu penerbitanmu jadi, itu juga butuh waktu lama, bahkan bertahun-tahun dan modalnya juga gk sedikit lo.”
Raisya mencerna ucapan Zakiel, benar sekali. Apakah ia harus mencoba mengirimkan naskah ke penerbit?
“Kalau kau mau, aku punya beberapa Channel nerbitin buku. Gajinya lumayanlah.”
“Hmmm boleh, nanti aku coba nulis.”
“Kau juga bisa nulis onlien juga, itung-itung untuk ngenalin nama kau.”
Raisya terdiam mendengar penuturan Zakiel. Betul sekali, kenapa ia tidak berpikir seperti itu. Yang ia pikirkan hanya bagaiaman caranya mendapatkan uang banyak.
“Ahh, bag_”
Raisya berhenti bicara ketika ada dua orang remaja bertengkar dengan suara lantang. Jangan lupakan bahasa kasar dan paggilan Lo, Gue, terlihat sangat fasih. Raisya mengingat kembali bagaimana bahasa yang digunakan ketika berbicara dngan Zakiel, ia merasa bahasanya sudah seperti anak muda, tapi ketiak mendengar anak remaja itu, ia merasa seperti orang jadul dan kaku. Zakile juga berfikir seperti itu, membuat mereka berdua saling berpandangan.
“Ekhm, kayakanya kita harus pakek lo gue deh. Biar kayak anak zaman sekarang.” Zakile menaik turunkan alisnya.
Raisya tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
“ok, l_l_ lo. Ah kaku banget ya?” Raisya cekikikan.
“Gak papa nanti lama-alam juga kebiasaan.”
Raisya tersadar ia harus segera pindah ke apartemennya. Melirik jam yang melingkar di tangan kirinya segera ia bangkit.
Zakiel memandang Taisya aneh karena tiba-tiba berdiri.
“Kenapa?”
“Ahh, gu_ gue harus balik. Next time kita kumpul lagi bahas masalah ini ya.” Raisya berlari meninggalkan tempatnya bahkan ia lupa untuk membayar makananya.
Drt.... Drt.... Drt....
Langkah Raisya terhenti, segera ia mengangkat panggilan telfon tanpa melihat siapa yang memanggil.
“Sekali ****** tetap ******. Pulang kerumah. Aku tarik kata-kata ku. Malam ini aku akan menemuimu, siap-siap untuk melayaniku.”
Tut
Raisya menegang mendengar penuturan laki-laki di sebrang sana. Apa yang terjadi? Bukankah ia sudah dibebaskan? Tuhan apalagi ini?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments
💜💜 Mrs. Azalia Kim 💜💜
si Farel nihh mau nya apa sihh
2023-01-26
0
Riyamah Riyamah
cantik2 kok jadi simpanan enak jadi istri ke 2 halal jug kaleee
2022-12-26
0
Hanifah Ifah
ko jd lo gue si😁
2022-04-27
0