Netra hijau itu menatap rungan dengan nuansa putih abu dengan sendu. Semua sudah hilang, pergi bersama sejuta masa depan yang ia jaga hanya untuk Jhonatan. Ahh ia lupa, masih ada Jhonatan yang membuat ia mampu tetap menjaga kewarasannya hingga saat ini.
Jhonatan Silver, laki-laki dengan rambut hitam dan mata birunya. Kakak angkat sekaligus cinta pertama dan tunanganya itu. Laki-laki pertama yang mengajarkan Raisya tentang arti dari sebuah ketulusan dan cinta. Bahkan kali ini, laki-laki itu mengajarakan arti pengorbanan.
Jhonatan Silver, laki-laki yang memenuhi seluruh hatinya, bahkan ia berpikir jika hatinya sudah tidak bisa menerima siapa pun lagi di sana. Demi kehidupanya, Raisya rela memberikan sesuatu yang sangat berarti untuknya kepeda laki-laki bajingan itu, Farel Wiratman.
Jhonatan Silver, laki-laki dengan sejuta kelembutanya yang mampu membuatnya merelakan harga dirinya hancur untuk keselamatannya. Raisya merelakan harga dirinya diinjak-injak dengan menjadi wanita simpanan dari seorang Farel Wiratman.
Krek
Raisya tersentak, dapat ia lihat laki-laki yang membuat ia hancur sekaligus laki-laki yang menjadi harapan keselamatan Jhonatan berdiri menjulang, menatapanya dengan tatapan yang sulit ia artikan.
Farel menatap Raisya dalam diam, dalam hati ia bertanya apa yang menjadi alasan perempuan itu menerima tawaranya setelah ia menolaknya mentah-mentah. Ia berpikir jika Raisya termasuk perempuan baik-baik. Ia merasa ada yang tidak beres di sini.
“Kenapa kau menerima tawaranku yang sempat kau tolak dulu?”
Raisya terdiam mendengar pertanyaan Farel, apakah ia harus menjawabnya?
Farel menatap Raisya dengan tajam, kenapa perempuan itu hanya terdiam?
“Kenapa kau membutuhkan uang sebanyak itu?” Farel mengganti pertanyaanya.
Raisya lagi-lagi terdiam, otaknya selalu menyuruhnya untuk menutup rapat tentang keadaannya saat ini. Keselamatan Jhonatan lebih penting dari segalanya. Terlebih ia masih curiga ada yang mengganjal dari peristiwa kecelakaan dan penggelapan dana perusahaanya saat ini. Biarkan mereka semua mengira Jhontana sudah meninggal.
“Bukan urusanmu!”
Farel tersentak mendengar jawaban dari Raisya. Rasa simpati yang sempat ia rasakan seketika hilang. Dalam hati ia membenarkan untuk apa ia memikirkan alasan perempuan itu. Biarlah menjadi urusan wanita itu saja. Tanpa perasaan Farel menindih Raisya yang masih bersidekp di atas ranjang itu.
Raisya tersentak mendapatkan serangan tiba-tiba itu. Apa yang akan dilakukan Farel lagi, sungguh badanya teras remuk, belum puaskah dia?
“Apa yang kau lakukan?” Raisya menjerit ketika Farel dengan tidak berperasaan menggeret kakinya hingga membuat ia terlentang. Belum cukup rasa kagetnya ia merasakan sesuatu memasuki intinya yang belum siap sama sekali, membuatnya menjerit kesakitan.
“Layani aku, itu tugasmu!”
Raisya tercengang mendengar ucapan Farel itu. Tidakkah ada rasa kasihan untuk dirinya? Kenapa ia diperlakukan seperti ini?
Farel mengabaiakan jeritan dan tatapan terluka Raisya, ia melanjutkan gerakanya tanpa memperhatikan kenyamanan Raisya. Ia hanya memikirkan kesenanganya tanpa berpikir ada hati dan harga diri yang terluka di sana.
*****
Drt Drt Drt
Raisya berjingkat kaget mendengar suara getaran dari samping ranjangnya. Dengan cepat ia sambar gawai yang bergelatak di sana. Jantungnya berdetak dengan cepat, Rumah sakit.
“Halo.”
“......”
“Baik saya akan cepat kesana, lakukan yang terbaik. Secepatnya saya akan melunasi semua pembayaran.”
Tut
Raisya segera bangkit, matanya beredar mencari sesuatu hingga satu kotak berwarna hitam dengan logo ternama membuat matanya terpaku.
“Akhirnya.”
Raisya bersyukur dan meraih kotak itu dengan cepat, pakaian. Dalam hati ia bersyukur Farel langsung meninggalkanya ketika ia mendapatkan kepuasan. Sejujurnya hatinya terluka melihat Farel pergi seperti itu, ia merasa seperti pelacur. Ahh ia lupa, sekarang ia telah menjadi pelacurnya seorang Farel Wiratman.
Raisya tersentak dengan pemikiranya itu, segera ia menggeleng dan melenggang memasuki kamar mandi, mengabaiakn rasa sakit dan ketidak nyamanan pada intinya. Ia harus segera pergi.
******
Raiaya menatap pintu yang tertutup rapat itu, matanya tidak berhenti untuk menunggu lampu di atas pitu itu berubah warna. Helaan nafas ia keluarkan, berharap dapat mengurangi rasa cemas dan gugupnya itu.
“Tuhan, selamatkan Jho.”
Raisya memejamkan mata dan menangkupkan kedua tangan di dada kirinya. Meskipun ia seoran pendosa saat ini, ia sangat berharap tuhan tetap mau mengabulkan doanya. Jika bukan karena doanya, bisakah tuhan mengabulkan karena kebaikan dan ketaatan Jhonatan selama ini?
Waktu terus berputar, bahkan matahari yang awalnya berada di atas kepala para manusia kini berlalu pergi meninggalkan mereka. Menggantikan langit yang cerah menjadi gelap gulita, ditemani pernak-pernik lampu gedung dan kerlap-kerlip bintang dan bulan.
Raisya terbangun merasakan goyangan pada bahunya, ia tersadar langit sudah berubah, tapi lampu itu masih berwarna sama, menandakan oprasi belum terselesaikan.
“Nak.”
Raisya mengerjap, ia pandangi nenek-nenek dengan pakaian yang terlihat elegan menatapnya dengan khawatir.
“Eh?”
Raisya terkejut mendapatakan usapan pada hidungya. Apa yang terjadi?
“kau mimisan.” Nenek itu dengan telaten mengusap hidung Raisya, bahkan Raisya tidak bisa berkata apa-apa ketika mendapatkan sentuhan tiba-tiba itu.
“Apakah kau baik-baik saja?”
Raisya tersadar dan segera mengambil alih tangan nenk itu yang mengusap hidungnya dengan tisu.
“Ahh iiya, saya baik-baik saja. Terimaksih” Raisya tersenyum canggung.
Nenek itu memandang Raisya dengan dahi mengernyit, ia merasa ada yang tidak beres dengan gadis itu. Dengan perlahan ia duduk, mengabaiakan tujuan awal ia mendatangi rumah sakit ini.
Raisya mengernyit melihat nenek itu yang duduk di sampingnya. Hmm, mungkin nenek itu sedang menunggu kerabatnya. Raisya kembali memandang pintu itu lagi, mengabaiaka keberadaan nenek itu.
Nenek itu memandang Raisya dengan tatapan perihatin, entah mengapa ia merasa ada daya tarik tersendiri dari perempuan yang di temuinya itu, terlebih senyum dan matanya.
“Maria.”
Raisya mengernyit melihat nenek itu tiba-tiba mengulurkan tanganya dan menyebutkan sebuah nama. Maria yang tersadar kebingungan Raisya segera tersenyum dan mengulangi perkataanya.
“Nama saya Maria.” Maria tersenyum lembut.
Raisya membalas senyum itu dan menerima uluran tangan itu.
“Nama saya Raisya.”
Hening, hanya tertinggal kecanggungan di dalam sana. Raisya mengalihkan pandangannya kembali.
“Kau sedang menunggu siapa nak?”
Raisya tersentak mendengar pertanyaan nenek itu.
“Hmmm saya sedang menunggu tunangan saya.”
“Oh, kau pasti sangat mencintainya?”
Raisya tersenyum menanggapi ucapan Maria, bukan hanya cinta, ia merasa Jhonatan adalah hidupnya. Maria yang melihat senyum Raisya mengelus pundaknya.
“Semua akan baik-baik saja.”
Raisya terdiam mendengar ucapan Maria, Jhontan juga sering mengucapkan kalimat itu, tapi pada akhirnya semua tidak ada yang baik-baik saja.
Maria yang melihat senyum Raisya perlahan menghilang merasa tidak enak, apa ia mengatakan sesuatu yang menyinggung?
“Maafkan saya.”
Raisya mengernyit mendengar ucapan Maria, kenapa Maria tiba-tiba meminta maaf?
“Mungkin kau tersinggung dengan ucapanku, sehingga membuat wajahmu berubah seketika.”
Raisya tersentak mendengar pernyataan Maria, ia tidak menyangka ada orang yang menyadarai perubahan wajahnya. Merasa tidak nyaman ia bangkit.
“Tidak, bukan masalah. Saya permisi membuang tisu Nyonya.”
“Panggil saya Nenek, jangan terlalu formal. Saya juga harus pergi, semoga kita bisa ketemu kembali.”
Maria bangkit meninggalkan Raisya yang brdiri dengan pandangan rumit itu.
Tit
Raisya tersentak mendengar suara itu, segera ia berbalik dan ia melihat beberapa dokter keluar dengan wajah lesu. Hati Raisya serasa tersentak, ketakutan melanda jiwanya. Ia tatap James yang keluar paling akhir, segera ia berjalan mendekat.
“Bagaimana Dok?”
James memandang Raisya sendu, helaan nafas ia keluarkan membuat Raisya semakin takut.
“Semua berjalan lancar.”
Raisya bernafas lega, namun rasa lega itu tidak bisa bertahan lama ketika ia mendengar kelanjutan ucapan James.
“Tapi ia koma.”
Raisya termenung mendengarnya. Kini ia benci kata-kata ‘semua baik-baik saja’ nyatanya, semua tidak pernah baik-baik saja, kata-kata itu hanya berfungsi sebagai penenang tanpa adanya sebuah kepastian,
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments
💜💜 Mrs. Azalia Kim 💜💜
apakah Nyonya Maria neneknya Farel
2023-01-26
0
Riyamah Riyamah
koma terus mati wasalam
2022-12-26
0
Zaskia Kurniawan
mungkinkah maria org tua/nenek nya farel
2022-03-29
5