Farel menatap gelas yang berisi alkohol itu dengan tenang, seringai licik ia keluarkan. Dengan gaya seksi ia menyesap alkohol itu sedikit demi sedikit, membuat jakunnya bergerak dengan liar. Di depannya berdiri seorang wanita tanpa busana sedang menari erotis. Farel pandangi tanpa ada niatan untuk menyentuh wanita itu sama sekali.
“Pergi.” Farel berucap datar membuat penari itu terdiam dan keluar dari ruangan itu tanpa memakai pakaianya kembali.
******* kasar Farel keluarkan, otaknya sibuk memikirkan apa yang terjadi dengan dirinya. Dengan kasar ia banting gelas yang ada di genggamanya itu, membuat para bodyguard tertunduk diam tanpa bisa melakukan apa pun. Mereka terlalu kebal dengan tingkah atasanya.
Farel mendengus, bahkan obat perangsang yang ia minum tadi tidak dapat membangunkan gairahnya. Dalam hati dan pikiran ia sibuk memikirkan cara. Bagaimana ia bisa sembuh dan dapat memenuhi kebutuhan biologis Salsha, terlepas penghianatan Salsha yang tidak disengaja itu. Ia ingin membuktikan jika ia mampu.
Tok Tok Tok
“Masuk.”
Farel menatap Ricard Colm, asistennya dengan datar. Ricard menunduk dan menyerahkan beberapa berkas yang diminta.
“Ini tuan.”
Farel menatap map berwarna kuning itu dengan pandangan rumit. Ketukan pada meja membuat Ricard tahu jika Farel sedang bingung. Farel memejamkan mata, pertanda ia sudah mengambil sebuah keputusan. Tanganya dengan pasti membuka map kuning itu, dan membacanya satu persatu.
“Raisya Atmaja, anak dari Zakarie Atmaja.”
Ricard terdiam mendengarkan tuanya yang menggumamkan nama gadis lain dengan mata gelapnya, namun jika di amati lebih cermat lagi terdapat binar di dalamnya.
“Atur petemuanku dengannya, dan jadikan dia wanitaku. Ikat dia dengan kekuasaanku menggunakan kelemahanya.” Farel beranjak pergi meninggalkan Ricard yang membeku mendengar penuturanya.
Ricard merasa ada yang salah dengan atasanya kali ini. Bukankah Farel sangat mencintai Salsha Dawal, tapi mengapa Farel berusaha memilik wanita lain.
Merasa pusing dengan sikap dan pikiran nyelenehnya, Ricard segera beranjak, untuk melakukan tugas dari Atasanya.
******
Salsha menatap geram Max yang terlelap di sampingnya, ia melakukanya lagi bahkan kali ini dengan keadaan sadar. Tubuhnya tidak bisa berbohong jika ia mendamba sebuah sentuhan. Air mata tanpa bisa dicegah berjatuhan memenuhi pipi mulusnya. Dengan cepat ia bangkit meraih pakaian yang berserakan di bawah ranjang.
Salsha menangis di bawah guyuran air, merasa jijik dengan dirinya sendiri. Ia terisak pilu, terlampau kecewa dengan kalakuannya. Bagaimana bisa ia menghianati Farel, suaminya tercinta. Bagaimana bisa ia tergoda dengan rayuan Max lagi.
Tubuhnya tidak bisa berbohong jika ia mendamba sebuah sentuhan. Bahkan ia bisa terbilang candu dengan sentuhan Max, dan fakta itu semakin membuat ia merasa sakit.
“Arghhhhh.” Salsha berteriak di tengah derasnya air yang mengguyur badanya itu. Bahkan ia tidak sadar sedari tadi ada sosok rupawan yang mengamatinya dengan mimik mengejek.
“Kenapa?” tanya sosok itu.
Salsha menatap sosok yang tak lain Max itu dengan wajah penuh amarah, bahkan ia melupakan badanya yang telanjang bulat sedang di tatap penuh nafsu oleh Max.
“Brengsek.” Salsha memukul keras dada Max melampiaskan rasa kesal, kecewa, dan marahnya.
Max terdiam menerima pukulan dari Salsha, ia biarkan Salsha melampiaskan semuanya. Merasa pukulan Salsha yang melemah segera ia angkat tubuhnya dan meletakkan di ranjang mereka.
“Sudah?”
Max menatap Salsha dengan pandangan rumit bercampur kabut gairah. Ia menelan ludah secara kasar melihat tubuh telanjang Salsha. Bagaimana pun ia hanya laki-laki normal yang akan tergoda melihat tubuh telanjang wanita. Ditambah wanita telanjang itu, wanita yang sangat ia cinta.
Salsha hanya terdiam tanpa menjawab ucapan Max, otaknya kosong.
“Kenapa?” Max mendekat bahkan tanganya sudah mengelus wajah Salsha.
Salsha mengabaikan segala tindakan Max terhadapanya, ia seperti mayat hidup. Dalam otaknya sibuk menampilkan tatapan kecewa Farel.
“Pergi.” Salsha berucap dengan datar.
Max terperanjat dengan ucapan tajam itu, ia tertawa hambar.
“Setelah kita melewati malam panas bersama? Hah, kau pikir aku laki-laki bayaran!” Max bangkit menatap tajam Salsha yang tetap berbaring dan menatap lurus kedepan. Salsha tetap diam tanpa memikirkan Max yang marah.
“Apa baiknya si impotent itu dari pada aku?” Max menggertakkan giginya. Antara menahan amarah dan gairah yang melunjak keluar.
Salsha terperanjat kaget mendengar ucapan Max, dari mana max tahu jika Farel impotent. Ia yakin hanya dia dan Farel yang tahu, bahkan keluarga besar mereka tidak ada satu pun yang tahu.
“Dari mana kau tahu.” Salsha menatap tajam Max.
“Apa yang tidak aku ketahui tentang kamu.” Max menatap Salsha dengan penuh obsesi membuat Salsha ketakutan.
“Max ini salah, terlepas kekurangan Farel aku tetap istrinya.” Salsha menatap Max tegas.
“Kau bodoh!”
“Apa maksudmu?”
“Kau kira dalam sebuah hubungan tidak dibutuhkan gairah?”
Salsha terdiam mendengar pertanyaan dari Max, dalam hati ingin sekali ia membenarkan. Tapi, ahh semua menjadi rumit.
“Lihat, bahkan kau menikmati permainan panas kita!”
“.....”
“Cinta tanpa gairah itu bulshit, kita lihat sampai kapan kamu akan bertahan.” Max menyeringai membuat Salsha mengernyit bingung.
Max mencium kasar bibir Salsha, membuat Salsha berontak dalam ciuman itu. Max tidak tinggal diam tanganya mengunci pergerakan Salsha membuat Salsha mau tidak mau menerima ciman itu. Bahkan Salsha mulai terbuai dan membalas ciuman itu dengan kasar. Max tersenyum di sela-sela kegiatanya. Dengan cepat ia satukan tubuh mereka membuat mereka melenguh secara bersamaan.
“Max Ahhh.” Salsha mendesah seperti orang yang kehilangan akal. Gairah yang tak pernah tersalurkan seakan berontak keluar, mengeluarkan sisi kelamnya dan mengundang nafsu binatangnya.
“Ahh Salsha.” Max menggeram menikmati ******* dari permainana meraka.
Salsah terdiam dengan peluh membasahi tubuhnya, mulutnya terbuka seakan menghirup rakus udara yang berkeliaran di ruangan itu. Max tersenyum melihat Salsha yang menikmati permainan mereka itu, dengan sekali hentak ia mulai permainan yang Salsha kira sudah berakhir itu, membuat Salsha menjerit kenikmatan lagi.
“Katakan kau menikmati percintaan kita.” Max menggoda Salsha di tengah permainanya membuat Salsha yang sudah dilanda gairah frustasi karena tidak mendapatkan apa yang ia inginkan.
“Max, tolong berikan?” Salsha menatap Max dengan mata sayunya. Max mempermainkan Salsha, membuat Salsha semakin frustasi.
“Katakan dulu, akan aku berikan setelah kau mengatakanya.” Max menggoda Salsha dengan menarik ulur permainanya tanpa memberikan sesuatu yang Salsha tunggu.
“Ahh ihyah Aahkuu menikmatinya.” Salsha berucap dengan tidak jelas namun mampu dimengerti oleh Max. Max tersenyum dan mencium bibir Salsha kasar dan memberikan apa yang Salsha inginkan.
Mereka bermain seperti bintang yang tak memiliki akal. Hanya ada gairah, dan gairah yang perlu mereka tuntaskan. Bahkan mereka seakan lupa berapa banyak dosa yang telah mereka tumpuk karena terbelenggu dengan nikmat dunia ini. Nikmat yang akan menghancurkan mereka berdua dalam lubang kelam yang semakin hitam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments
💜💜 Mrs. Azalia Kim 💜💜
huhhh....kok gerah yaaa 😁
2023-01-26
0
💜💜 Mrs. Azalia Kim 💜💜
sebaiknya kalian berdua menikah wae.... okeh
dari pada Salsha menyakiti suami nya terus menerus....
lebih baik pisah
2023-01-26
0
💜💜 Mrs. Azalia Kim 💜💜
kamu udah ketagihan
2023-01-26
0