Farel menatap berkas-berkas itu dengan serius. Tanganya dengan lihai menorehkan tinta di atas kertas itu. Tumpukan kertas dan laptop yang menyala membuat ia melupakan sejenak rasa bersalah yang mengganjal di hatinya.
Tok Tok Tok
“Masuk.” Farel
“Permisis tuan, nyonya besar yang ingin menemui tuan.”
Farel mengernyit mendengar ucapan Ricard, kenapa neneknya ingin bertemu?
“Hmm bawa masuk, dan kosongkan jadwal saya untuk hari ini.”
“Baik tuan.”
Ricard mengangguk dan segera meninggalkan ruangan itu.
Ceklek
Farel segera berdiri melihat seseorang yang sudah lama tidak ia temui berada di depanya. Tanpa menunggu waktu lama segera ia menubrukkan tubuhnya ke tubuh yang sudah rigkih itu.
“Nenek, kenapa tidak bilang kalo mau ke Indo? Farel bisa menjemput dan menemui nenek tanpa harus nenek mendatangiku.”
Wanita tua itu mencebikkan bibirnya dan mendorong farel dari tubuhnya.
“Dasar cucu laknat! Bagaimana bisa kau tidak mengunjungiku sama sekali! Apa kau sudah lupa dengan wanita tua ini!” Wanita tua itu berkacak pinggang.
Farel terkekeh mendengar gerutuan sang nenek. Segera ia raih tangan keriput itu dn memepersilahkan ntuk duduk di sofa.
“Nenek, duduk di sini. Maafkan cucumu yang tampan ini, sungguh tahun ini pekerjaanku sangat banyak.”
“Ya, pekerjaan lebih penting di banding wanita tua ini. Apa yang perlu di banggakan dari wanita tua ini. Sudah keriput, jelek, kulitnya kendor, apa yang harus di banggakan, kau pasti malu dan sudah terfokus dengan istri modelmu itu.” Wanita tua itu menepis tangan Farel yang bertenggar manis di bahunya.
“Ohh, nenek cemburu? Jangan khawatir hanya nenek yang paling cantik di dunia ini.” Farel mencium gemas pipi wanita tua ini.
“Dasar! kau memang perayu ulung.” Wanita tua itu terkekeh.
Wanita tua itu menatap farel dengan sendu. Ia sangat merindukan cucunya ini. Meskipun sema orang mengatakan Farel manusia berhati dingin dan tidak punya perasaan ia tetap menyayanginya. Ia faham, sifat itu terbentuk karena kerasnya kehidupan Farel yang harus ia lewati.
Farel sudah tersisih sedari ia kecil. Kasih sayang orang tua tidak pernah ia rasakan, orang tuanya tidak pernah menganggap ia ada. Kecelakaan yang menewaskan adik kecilnya membuat ia tersisih, semua mengatakan ia pembawa sial.
Farel meletakkan kepalaya di atas paha wanita tua itu, membuat wanita tua itu terkekeh dan mengelus lembut rambut lebat itu. Farel tetap sama, cucunya yang terluka dan menginginkan sebuah kasih sayang dan kehangatan sebuah keluarga.
“Apa semua baik-baik saja?” Wanita itu bertanya dengan tangan yang tetap mengelus lembut surai itu.
Farel terdiam mendengar pertanyaan sang nenek. Apakah semua baik-baik saja? Ia tidak tau. Tapi sekarang ia seperti menemukan sesuatu yang membuat semangatnya yang redup perlahan kembali, apakah ini pengaruh s\*x?
“Hmmm.”
Wanita tua itu memukul pelan keala cucunya. Ia ingin cucunya itu jujur tentang perasaanya, bukan menutupinya seperti ini.
“Kau tidak sendiri, masih ada nenek yang akan selalu berdiri di sampingmu.”
Farel tersenyum mendengar ucapan neneknya itu.
“Ya, memang hanya Maria Wiratman yang terbaik.”
Wanita tua itu yang tak lain Maria berdecak sebal dengan kelakuan cucunya itu, dengan tidak punya perasaan ia bangkit membuat kepala farel terantuk kebawah dan mengerang kesakitan.
“Ahhh, nenek! Kau jahat sekali.”
Maria mengabaiakna rengekan cucunya tetap berjalan meninggalkan ruangan itu.
*****
Raisya termenung menatap beberapa keluarga yang sedang piknik di taman. Fikiranya melayang, bahkan otaknya sibuk berandai-andai.
Dug
Raisya mengerjap, di kakinya terdapat bola yang menggelinding. Netra hijaunya sibuk menatap sekeliling berusaha mencari pemilik bola itu.
“Permisi kakak cantik, boleh saya minta bolanya?”
Rasya menatap anak laki-laki berambut hitam kelam begitu pula dengan matanya.
“Kak.”
Raisya terperanjat, matanya mengerjap sedetik kemudian bibirnya menyunggingkan senyuman membuat anak laki-laki itu terkesiap, bahkan membuka mulutnya tanpa sadar.
“Ini.” tangan Raisya terulur kedepan dengan memegang bola.
Anak laki-laki tersebut tidak langsung menyambut bola itu, tapi ia malah terbengong persis seperti orang yang sedang terpesona.
Raisya bingung melihat respon anak itu. “Kau baik-baik saja?” Raisya menunggu jawaban dari anak itu namun, responya tetap sama. Raisya kikuk kemudian menurunkan tanganya dan menaruh bola di bawah kembali.
“Riel, kenapa lama sekali.”
Raisya terkesiap menatap laki-laki yang wajahnya hampir mirip Jhonatan, bahkan tanganya gemetar dan degup jantungnya mulai tak normal. Bedanya laki-laki tersebut bermata coklat bukan biru.
Laki-laki bermata coklat itu menggoyangkan anak kecil yang di panggil Riel tadi, bahkan laki-laki itu tidak sadar dengan keberadaan Raisya di depanya.
“Hay, dasar bocah! Kenapa kau diam saja. Mana bolanya?”
Riel terkesiap mendengar suara yang sangat dikenalnya.
“Ihh kakak! Dasar jomblo. Kakak mengganggu Riel yang sedang terpesona dengan bidadari bermta hijau.” Riel berkacak pinggang menatap kakaknya garang.
Laki-laki bermata coklat itu terkesiap mendengar penuturan adiknya. Bagaimana bisa anak berumur tujuh tahun bicara seperti itu?
“Hay! Dasar bocah, ingat umurmu.”
Riel memotar matanya malas, menarik tangan kakaknya untuk menatap sosok wanita yang dianggapnya bidadari itu.
“Ehh, apa yang kau lakukan?”
“Dasar, lihat akan Riel kenalkan kakak dengan kakak cantukku ini, siapa tahu kakak tidak jomblo lagi setelah ini.”
Laki-laki itu hendak protes dengan tingkah adiknya namun, kata-katanya tertelan begitu saja ketika netranya bertemu dengan netra hijau itu.
“Oh, hay!” laki-laki itu tersenyum canggung.
Riel mendengus, ia merasa kakaknya sangat payah berurusan dengan perempuan.
“Ih, dasar payah.”
Laki-laki itu mendelik kesal mendengar ucapan Riel.
“Hallo kakak cantik, nama kau Azriel. Kakak bisa panggil aku Riel, sayang juga boleh.” Riel berucap dengan pipi yang memerah.
Raisya dan laki-laki itu terkesipa melihat tingkah Riel. Bagaimana bisa anak sekecil itu sudah menumbuhkan bibit-bibit playboy?
“Ish, maaf nona atas tingkah adik saya.”
Raisya tersadar dari rasa terkejutnya, ia tersenyum canggung.
“Ehmm, kalo boleh tahu nama nona siapa?” laki-laki itu menatap Raisya dengan kuping yang memerah.
Riel mendengus melihat kakaknya yang tingkahnya tidak jauh seperti dirinya.
“Ekhm, nama saya Raisya.”
“Nama saya Zakiel, Zakiel Balawel.”
Raisya terdiam mendengar marga Balawel, terasa tidak asing tapi ia tidak ingat pernah bertemu dengan orang bermarga seperti itu.
“Ekhm, sudah-sudah! Riel mau duduk, Riel capek berdiri terus.” Riel berkacak pinggang dan mengerucutkan bibirnya membuat suasana yang henig seketika berubah.
“Ish, dasar adik durhaka!” Zakil mendelik menatap Riel yang dibalas juluran lidah oleh Riel.
Raisya tertawa melihat interaksi mereka berdua.
“Oh, Riel capek? Sini duduk di samping kakak.” Raisya menepuk bangku kosong di sebalah kananya.
Riel yang melihat itu tersenyum lebar, bahkan menatap kakaknya seakan menunjukan bahwa dia selangkah lebih maju.
Mereka bercakap-cakap, mengabaikan status mereka yang hanya orang asing saja. Bahkan Raisya melupakan sejenak rasa penat dan khawatirnya terhadapa keadaan yang menimpa mereka.
“Ohh, maaf ya saya harus pulang.” Raisya tersenum canggung menatap mereka berdua.
Riel mendengus melihat Raisya yang bergegas berdiri.
“Bolehkah saya_”
“Ish, kakak lama!”
“Kak Raisya Riel minta nomernya boleh?” Riel menatap Raisya dengan mata di kerjap-kerjapkan.
Riasya tersenyum bahkan tanganya dengan cepat mengelus pipi berisi Riel membuat Riel memejamkan mata menikmati elusan itu, persisi seperti kucing.
“Bauklah, ini nomer kakak. Sekarang kakak harus pergi.”
*****
Raisya menatap tempat tinggal barunya sekarang dengan tatapan sendu, ia harus kuat menjalani semua ini. Ia kuat.
Drt Drt Drt
Raisya berjingkat kaget, segera ia ambil gawai di dalam tasnya. Tertera nama Farel di sana.
“Hal_”
“Jangan menjadi ******! Cukup menjadi jalangku saja.”
Raisya tertohok dengan perkataan Farel. Bagaimana bisa Farel berucap seperti itu? apa yang sudah ia lakukan?
“Ma_”
“Tidak usah banyak omong! Ingat kata-kataku. Kau hanya jalangku, dan jangan berani-berani berdekatan dengan laki-laki lain selain aku. Satu lagi, aku tidak pulang malam ini.”
Tut
Raisya terdiam menatap panggilan yang sudah terputus itu, bahkan ia belum sempat melakukan pembelaan apapun. Haa ******? Tanpa sadar mata Raisya memanas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments
Riyamah Riyamah
farel yang bejat akhlaknya
2022-12-26
0
Maya AL Fadl
neneknya farel
2022-03-28
1
Anisa
lanjut Thor 💪🥰
2022-03-26
3