MEnandatangani kontrak

entah apa yang ada di pikiran ku saat itu, dengan kesadaran penuh aku menerima sebuah kontrak yang tidak masuk akal.

siang itu Arga datang ke kantor tempatku bekerja bersama seorang rekan nya, mereka memintaku untuk menuliskan sebuah buku yang akan mereka angkat menjadi sebuah film.

Arga seorang produser film yang tidak bisa di anggap remeh, karya karya film nya selalu mendapat penghargaan dari beberapa acara award. Arga dengan santai mengatakan bahwa dia harus menikahi ku jika aku menerima kontrak ini, itu karena sebuah syarat tempat dimana kami akan berobserpasi untuk cerita ini.

" apa benar benar harus menikah??? " tanyaku meyakinkan sebelum aku benar benar menandatangi kontrak tersebut.

" ini hanya jika kamu mau menerima nya " jawab Dirly rekan kerja Arga.

" aku ngg punya waktu lama, lagian ngg bakal ada yang di rugikan di sini " Arga dengan santai nya mengatakan itu seolah olah aku dan dia saling menyukai.

aku meraih tumpukan kertas di atas meja dan menandatangani sebuah kontrak kerja itu, saat itu aku hanya memikirkan takdir, jodoh, rejeki dan maut memang sudah di tentukan.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

acara akad aku dan Arga berjalan dengan lancar, tak banyak tamu undangan yang hadir, karna aku dan Arga hanya melangsungkan akad sederhana yang di saksikan oleh keluarga dan kerabat dekat saja.

jujur, aku masih sangat canggung pada Arga, meski sudah beberapa kali bertemu dan melakukan kontrak kerja bareng, tetap saja ini terasa aneh.

aku yang baru selsai mandi, perlahan menghampiri Arga yang berbaring di atas tempat tidur, satu tangan nya di jadikan alas kepala dan satu tangan nya lagi sibuk dengan ponsel nya.

" mas Arga ngg mandi ??? " tanyaku sambil menarik bantal di sebelah Arga.

" kamu mau kemana??? aku tidak akan melakukan nya sekarang, jadi kamu bisa tidur "

tatapan Arga yang datar membuatku semakin salah tingkah.

" maaf mas, aku cuma ngg biasa ajah, rasa nya aneh, tiba tiba aku harus satu tempat tidur sama laki laki "

" ya udh, aku tidur di sofa ajah kalo gitu "

aku dan Arga memang sengaja standby di hotel tempat kami menikah, karna lokasi nya dekat dengan bandara, jadi besok pagi bisa lebih cepat untuk sampai di bandara. penerbangan kami pukul 05.00, jadi hanya punya waktu sebentar untuk beristirahat.

Arga keluar dari kamar mandi dan menghampiriku yang sudah merebahkan tubuhku di atas tempat tidur, Arga mengambil bantal untuk tidur di sofa seperti yang dia katakan.

" mas, tidur di sini saja gpp ko " suara ku sedikit bergetar.

Arga hanya menatapku datar, dan memasukan tubuh nya pada selimut yang juga aku gunakan, tubuh nya meringkuk di sebelahku.

aku berusaha memejamkan kedua mataku, tapi tetap saja aku ngg bisa tidur, aku melirik pada Arga yang sudah tertidur, mata nya yang kecil sudah tertutup rapat, kulit nya yang putih membuat dia terkesan bersih. dada ku bergemuruh saat melihat bibir tipis nya sedikit terbuka.

" apa ini?? " aku menepuk nepuk dada ku pelan, dan berbalik membelakangi Arga.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

alarm yang ku pasang berdering membuatku terbangun, aku meraih ikat rambut yang ku letak kan di atas meja dekat tempat tidur, saat ku ikat rambut panjangku tiba tiba Arga keluar dari kamar mandi dengan hanya menggunakan sehelai handuk. wajahku memerah dan mulai terasa hangat melihat dada nya yang terbuka, aku memalingkan wajahku dari Arga. aku berjalan menuju kamar mandi dengan berjalan miring dan tetap tak menoleh pada Arga yang sibuk memakai baju nya.

kali ini aku yang lupa membawa pakaianku ke kamar mandi, aku membuka sedikit pintu kamar mandi untuk mengintip, ku lihat Arga yang baru saja menyelesaikan shalat subuh.

" aaah.....bodoh bodoh bodoh, bisa bisa nya aku lupa bawa baju ke kamar mandi "

aku kembali mengintip ke arah luar, dan aku tak lagi melihat Arga di sekitar tempat tidur dan lemari, dengan cepat aku keluar kamar mandi dan segera mengambil pakaian yang akan ku pakai, satu persatu aku pakai, dan hanya tinggal mengenakan atasan ku.

suara pintu terbuka, reflex aku menoleh ke arah pintu, Arga masuk ke kamar tanpa merasa bersalah, aku yang belum sempat memakai baju segera menutupi bagian dadaku dengan baju yang ku pegang.

" hey, kenapa tiba tiba masuk kaya gitu, aku kan belum selsai pakai baju "

" aku barusan ketemu orang, dia menelpon dan minta aku turun, tadi nya aku mau ngajak kamu tapi kamu lama, jadi aku pergi sendiri "

Arga sibuk dengan barang barang nya, dengan cepat aku pakai atasanku.

" apaan sih ni orang, di tanya apa jawab nya apa " gumam ku pelan

setelah selsai shalat, aku bergegas membereskan barang barang ku dan mulai bersiap untuk pergi.

" Ra, kamu denger aku ???? " Arga melirik ku yang sudah mulai memakai sepatu ku.

" denger ko, kenapa emang ??? "

" kamu percaya aku apa ngg ??? " kali ini Arga mendekatiku dan memegang tangan ku

" apaan sih mas Arga ini, aku ngg ngerti yang mas Arga omongin "

Arga Menuntunku keluar, Arga mengajakku turun lewat tangga alih alih pake lift.

saat tiba di parkiran, Arga berjalan sedikit lebih cepat, dia juga tidak melepaskan tangan ku sama sekali. Arga membukakan aku pintu mobil dan memintaku cepat masuk, aku yang ngg tau apa apa hanya menuruti perintah Arga.

samar samar aku dengar suara wanita berteriak memanggil Arga sesaat setelah aku masuk ke dalam mobil. tapi Arga tak menghiraukan panggilan itu dan dengan cepat menjalankan mobil nya.

" mas Arga kenapa sih??? punya utang atau apa ??? aneh banget " aku mengerutkan jidat ku

" kita kan lagi buru buru, jadi ngg ada waktu buat ladenin orang kaya dia "

" emng siapa sih dia??? " aku melirik Arga, mencari tau sesuatu pad nya.

" mantan "

deg, dadaku seketika merasa sesak saat mendengar Arga mengatakan itu, pandanganku kini hanya tertuju pada jalanan yang masih gelap, lampu lampu jalanan yang bergantian memberi cahaya yang berbeda setiap mobil yang ku naik Ki melewati nya, penglihatan ku menjadi buram karna air mata yang hampir menetes, aku ngg ngerti kenapa tiba tiba air mata ku keluar setelah aku merasakan dada yang sesak..

tak perlu waktu lama aku dan Arga tiba di bandara, kita mengurus semua keperluan penerbangan kita masing masing, dan aku belum mengatakan apapun lagi pada Arga setelah kata terakhir Arga.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

aku dan Arga duduk bersebelahan di pesawat, tapi baik aku atau Arga tak ada yang membuka suara untuk sebuah obrolan.

aku sibuk dengn laptop ku, melanjutkan cerita yang aku tulis untuk buku yang akan di terbitkan.

Arga juga seperti nya ngg ada niatan buat ngobrol, dia menutupi kedua telinga nya dengan airpods.

satu jam lebih 20 menit aku dan Arga menghabiskan waktu di pesawat tanpa bicara. setelah mengambil koper kita masing masing Arga memesan taxi untuk melanjutkan perjalan kita.

" kamu mau sarapan apa Ra ???? " tanya Arga dengan wajah datar

" terserah mas Arga, tapi aku ngg mau makan makanan berat ya "

Arga mengangguk, taxi online yang Arga pesan datang, aku dan Arga Menuju pusat kota untuk mencari tempat makan yang sudah buka, di jam sepagi ini memang masih jarang restoran yang sudah buka, akhir nya kita menepi di pinggir jalan yang berjejer gerobak gerobak penjual makanan.

" kita makan di sini saja " ajak Arga padaku, dia memilih tempat dengan seorang nenek yang menjual beberapa gorengan dan nasi uduk khas kota ini.

" hmmmmm......tapi aku ngg makan makanan berat "

" kamu ngg harus makan batu Ra " dengan wajah datar dia berjalan meninggalkanku dan menghampiri nenek penjual itu.

Arga tersenyum lembut pada nenek itu dan berbicara dengan sopan, gummy smile nya beberapa kali dia keluarkan di sela sela obrolan bersama nenek penjual itu.

aku menghampiri Arga dan mulai mengambil beberapa gorengan dan lontong. nenek penjual itu melihat tajam ke arahku, tatapan nya sedikit aneh dan membuat aku merinding.

" kamu memiliki warna aura yang langka "

nenek tersebut perlahan menghampiriku dan memegang pundak ku.

" hati hati kamu harus hati hati, tapi kamu punya prisai kuat " nenek penjual itu menambahkan, wajah nya mendekat pada wajahku sehingga membuat aku semakin merinding.

" nek, makanan saya mana ya??? "

Arga yang menyadari ketidak nyamanan ku langsung berusaha mengalihkan pembicaraan. nenek penjual itu berbalik pada Arga dan kembali menyiapkan makanan yang Arga pesan.

" kalian akan pergi ke tempat itu bukan??? "

kali ini nenek itu bertanya pada Arga.

" tempat itu???? nenek bisa tau akan kemana kita pergi??? "

Arga mengerutkan kening nya, dan menatap nenek itu.

" iyaah ..... jaga istri mu, jaga dia baik baik, satu lagi, sebentar lagi dia akan merasa kecewa oleh mu, tapi itu tidak akan lama "

kali ini nenek itu sedikit mengecilkan suara nya, sampai aku tak bisa mendengar dengan jelas. Arga mengangguk setelah mendengar nenek tersebut, akhir nya aku pun menyelesaikan sarapan pertamaku di kota ini dengan suasana yang kurang nyaman.

setelah selsai, aku dan Arga kembali melanjutkan perjalanan kami, di awali dengan menggunakan taxi online kami sampai di salah satu terminal bis, kami menaiki bis yang sudah terlihat usang, setelah sampai pada pemberhentian teakhir, aku dan Arga melanjutkan perjalanan menggunakan angkutan umum, karna angkutan umum ini hanya beroperasi sampai jam 5 sore saja, jadi banyak sekali penumpak yang baik sehingga kita harus duduk berdempetan, belum lagi para pedagang yang membawa masuk dagangan nya ke dalam mobil.

" aw......!!! "

sebuah gerobak tanggung kecil milik penjual jajanan mengenai lututku, ternyata beberapa kawat yang menempel pada gerobak itu menggores tepat di lutut ku.

dengan cepat Arga menarik kedua lutut ku, itu membuat posisiku persis menghadap Arga, dia mengecek lututku yang terkena kawat tersebut.

" maaf de, bapak ngg sengaja "

saut seorang bapak pemilik gerobak tersebut.

" gpp pak, ini kegores kecil ajah ko " aku tersenyum pada bapak itu sambil menahan perih.

luka nya sepertinya memang kecil, tapi rasa nya lumayan perih.

seorang ibu yang duduk persis di hadapanku menyodorkan sebuah plaster dari dompet nya.

" pake ini neng biar ngg infeksi "

" ooh makasih Bu, biar nanti saya pakai kalau sudah sampai "

ibu itu tersenyum, dia melihatku dan Arga yang masih memegangi kaki ku.

" kalian suami istri???? ".

pertanyaan itu membuat aku dan Arga Sling bertatapan, sebenar nya aku belum yakin kalau aku seorang istri, tapi buku nikah yang ada di koperku menyadarkan aku bahwa aku memang sudah menikah.

" Iyah Bu " jawab Arga ramah.

jujur, aku cukup terpesona melihat keramahan Arga, apa lagi setiap kali dia tersenyum, sayang nya senyum Arga mahal untuk ku, dia hanya bisa tersenyum saat bersama orang yang lebih tua dari nya termasuk kedua orang tuaku.

aku dan Arga tiba di salah satu rumah warga yang memang sudah bersedia rumah nya kami tempati sementara waktu, langit sudah mulai gelap saat kami tiba, angin di sini jauh lebih dingin dari yang aku pikirkan, jalanan sudah tampak gelap dan sepi di tambah suara binatang yang membuat suasana tempat ini horor.

aku mengganti pakaian ku setelah selsai membersihkan wajahku, ibu Ratih pemilik rumah ini mengajak aku untuk makan bersama, tampak Arga juga duduk bersila di samping pak Anton suami dari Bu Ratih.

" ayo kita makan dulu "

aku mengangguk dan menghampiri mereka yang sudah berkumpul untuk makan.

" heee, suami nya dulu yang di ambilin nasi, abis itu baru kita istrinya boleh ngambil "

Bu Ratih menegurku karna aku mengambil makan untuk ku sendiri, akhir nya ku ambil piring yang Arga pegang dan menyendok kan nasi juga beberapa lauk untuk nya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!