Raja Alec hanya bisa diam tak berdaya. Dalam benaknya dia terus memikirkan Ratu Roseline. Dia sudah terbaring selama dua hari dan Ratu tidak pernah datang untuk menjenguknya.
"Maaf Baroness Yolanda dan Countess Sarah, Yang Mulia Raja sedang beristirahat dan tidak boleh diganggu." Terdengar suara penjaga pintu kamar Raja Alec.
"Berani sekali kau melarangku bertemu dengan Yang Mulia Raja. Aku ini bibi dari Raja Alec." Bentak Baroness Yolanda.
Raja Alec memberikan kode melalui gerakan matanya kepada tabib Ma. Tabib Ma langsung berdiri dan membuka pintu.
"Mengapa kalian ribut dan berisik sekali? Bukankah sudah ku bilang jika Yang Mulia Raja sedang beristirahat dan butuh ketenangan." Tanya tabib Ma.
"Maafkan kami tabib. Baroness Yolanda dan Countess Sarah memaksa ingin masuk ke dalam kamar Yang Mulia Raja." Jawab penjaga.
"Memangnya kenapa jika aku ingin melihat kondisi Raja? Aku ini bibinya, kerabatnya." Ucap Baroness Yolanda dengan sombongnya.
"Sesuai dengan perintah Yang Mulia Ibu Suri, tidak ada yang boleh mengganggu istirahat Raja, Baroness Yolanda." Ujar tabib Ma.
"Aku tahu jika Kakak iparku saat ini sedang menggantikan Yang Mulia Raja bersama Marquess Filan untuk memimpin pertemuan dengan para bangsawan dan pejabat kerajaan. Jadi kami datang ke sini untuk menemani dan merawat Yang Mulia Raja sampai mereka kembali." Cerocos Baroness Yolanda.
Baroness Yolanda langsung menerobos masuk ke dalam kamar diikuti oleh Countess Sarah. Mereka melihat Raja Alec yang sedang tidur.
"Apa kau baru saja memberi Yang Mulia Raja obat tabib?" Tanya Countess Sarah.
"Benar. Dan tak lama setelah minum obat, Yang Mulia Raja langsung tidur." Jawab tabib Ma.
"Bagaimana kondisi Raja saat ini? Apa kalian sudah menemukan obat penawarnya?" Tanya Baroness Yolanda penasaran.
"Kondisi Yang Mulia masih tetap sama seperti sebelumnya. Kami belum mendapatkan obat penawarnya dan masih memberikan obat penahan rasa sakit dan peningkat daya tahan tubuh. Kami masih berusaha untuk mendapatkan penawar itu." Jawab tabib Ma.
"Aku berharap kalian segera mendapatkan obat penawarnya. Aku ingin keponakanku bisa segera sembuh seperti sedia kala." Ujar Baroness Yolanda dengan raut wajah sedih.
Countess Sarah mengambil ember yang berisi air bersih dan kain lap yang ada di meja dekat ranjang. Countess Sarah dengan lembut mengelap wajah, leher dan lengan Raja Alec.
"Beraninya wanita ini menyentuhku? Seharusnya Ratu yang melakukannya bukan wanita lain." Batin Raja Alec kesal.
"Kau memang berhati malaikat, Countess Sarah. Kau sangat peduli dan perhatian kepada Yang Mulia Raja." Ujar Baroness Yolanda.
"Hah... Seharusnya itu adalah tugas dari Ratu yang menjadi istrinya. Tapi entah mengapa Ratu tidak sedikitpun peduli kepada Yang Mulia Raja. Bahkan Ratu tidak pernah keluar dari istananya untuk melihat kondisi suaminya." Lanjutnya.
Countess Sarah hanya tersenyum. Tanpa henti dia terus memandangi wajah tampan Raja Alec. Countess Sarah mulia membuka baju Raja Alec dengan perlahan, dia ingin membersihkan tubuh Raja.
"Lancang! Beraninya kau menyentuh Yang Mulia Raja!" Bentak Ibu Suri Helene yang berdiri di tengah pintu.
Countess Sarah dan Baroness Yolanda langsung tersentak. Ibu Suri Helene segera meninggalkan ruang pertemuan dengan wajah marah karena permintaan para bangsawan dan pejabat kerajaan yang ingin adanya Raja pengganti sementara selama Raja Alec sakit, bahkan mereka sudah mempunyai calon. Karena menurut mereka, sakit yang diderita Raja Alec akan berlangsung lama. Dan kerajaan Cardania membutuhkan seorang pemimpin pengganti selama Raja Alec Sakit.
"Y-Yang Mulia Ibu Suri." Ucap Countess Sarah sambil memberi hormat.
Baroness Yolanda juga melakukan hal yang sama.
"Siapa yang mengijinkan kalian masuk ke sini?"
"Penjaga! Apa kalian tidak mendengarkan perintahku?" Teriak Ibu Suri Helene.
Para penjaga langsung berlutut di hadapan Ibu Suri Helene.
"Mohon ampun Yang Mulia. Kami sudah menjalankan perintah dari Yang Mulia, namun Baroness Yolanda tetap memaksa untuk masuk. Meskipun sudah diperingatkan oleh tabib Ma." Jawab salah seorang penjaga.
Ibu Suri Helene membuang napasnya kasar, lalu menatap tajam ke arah Baroness Yolanda dan Countess Sarah.
"Tenanglah, Kakak ipar. Tujuan kami ke sini baik. Kami ingin menjenguk dan merawat Raja, tidak ada maksud lain. Seharusnya Kakak berterima kasih karena Countess Sarah dengan baik hatinya memperhatikan kondisi Raja dibandingkan Ratu." Ucap Baroness Yolanda.
"Tutup mulutmu Yolanda." Seru Ibu Suri Helene.
Baroness Yolanda tersentak. Dia berusaha menahan amarahnya dengan meremas gaunnya.
"Apa peringatan dan tamparan yang ku berikan padamu belum cukup untuk menyadarkanmu Countess Sarah? Apa perlu aku harus menyeretmu keluar dari istana agar kau menjauhi Raja?" Tanya Ibu Suri Helene dengan wajah dinginnya.
"Maaf Yang Mulia. Di mana letak kesalahan hamba? Hamba hanya ingin menunjukkan kepedulian hamba kepada Yang Mulia Raja, yang tidak diberikan oleh Ratu sebagai istrinya?" Jawab Countess Sarah.
"Jangan coba-coba menjelekkan nama Ratu di depanku. Dan jangan pernah membandingkan dirimu dengan Ratu Roseline. Kau dan Ratu itu sangat berbeda jauh dan tak sebanding."
"Segera keluar dari kamar Raja, atau aku akan menyuruh penjaga untuk menyeret kalian keluar." Gertak Ibu Suro Helene.
"Yang Mulia/Kakak Ipar." Protes Countess Sarah dan Baroness Yolanda bersamaan.
"Penjaga!" Teriak Marquess Filan.
"Tidak perlu. Kami bisa keluar sendiri dari sini. Ayo Countess Sarah kita pergi. Kau tidak perlu khawatir, saat Yang Mulia Raja sembuh nanti Raja pasti tahu wanita mana yang terbaik untuknya." Ucap Baroness Yolanda, lalu memberi hormat dan pergi meninggalkan kamar Raja Alec bersama Countess Sarah dengan hati yang kesal.
"Putraku. Jangan pernah dengarkan apapun yang mereka katakan tentang Ratu." Ucap Ibu Helene sambil membelai wajah Raja Alec dengan lembut.
Menjelang sore hari, Ibu Suri Helene kembali ke istananya. Dan tinggallah Marquess Filan yang menemani Raja Alec.
"Yang Mulia. Apa yang dikatakan Yang Mulia Ibu Suri benar. Jangan dengarkan semua perkataan Baroness Yolanda. Ratu tidak seburuk itu." Ucap Marquess Filan.
Sebenarnya Raja Alec segera membuka matanya saat Baroness Yolanda dan Countess Sarah keluar dari kamarnya. Raja Alec hanya menatap nanar ke arah Marquess Filan. Tidak biasanya Marquess Filan membela Ratu Roseline. Ada tumpukan pertanyaan di otaknya yang ingin dia tanyakan.
Tabib Ma masuk ke dalam kamar dan membisikkan sesuatu kepada Marquess Filan. Marquess Filan mengangguk.
"Yang Mulia. Hamba mohon ijin untuk keluar sebentar." Ucap Marquess Filan.
Raja Alec hanya mengangguk.
"Apa informasimu itu benar tabib Ma, jika Ratu sudah kembali?" Tanya Marquess Filan saat keduanya berada di luar kamar Raja Alec.
"Benar Marquess Filan. Yang Mulia Ratu berhasil mendapatkan bunga mawar hitam. Akhirnya kami bisa membuatkan obat penawar untuk Raja." Jawab tabib Ma sambil tersenyum.
Ratu Roseline sudah tiba di istana ratu. Ratu Roseline segera berganti tempat dengan Arabella.
"Syukurlah kalian kembali dengan selamat. Aku sangat mengkhawatirkan kalian." Ucap Arabella dengan wajah senang saat melihat Ratu Roseline kembali dengan selamat bersama Duke Ramon dan Felix.
Hal yang sama juga dirasakan oleh Marie dan Dean.
"Apa semua baik-baik saja selama Ara mengantikan diriku?" Tanya Ratu Roseline.
"Semua baik, Yang Mulia. Ya meskipun ada beberapa pelayan yang ingin tahu dan berusaha mengorek informasi tentang Yang Mulia. Pelayan itu bukan dari istana ratu, melainkan pelayan yang menyelinap ke istana ini. Namun para pelayan istana ratu bungkam dan bersikap biasa saja." Jawab Marie.
Ratu Roseline hanya menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.
"Mengapa wajah Yang Mulia Ratu terlihat pucat? Apa Yang Mulia sakit?" Tanya Marie.
"Benar apa yang Marie katakan. Wajah Kakak terlihat pucat." Sahut Arabella.
"Apa kau sakit, Seline? Apa kau mengalami luka? Jangan-jangan luka di lenganmu menjadi semakin parah?" Tanya Duke Ramon khawatir.
"Aku baik-baik saja, Kak. Aku hanya sedikit lelah. Aku hanya perlu membersihkan diri, lalu makan. Setelah itu tubuhku akan kembali segar. Kakak tidak perlu khawatir." Jawab Ratu Roseline menenangkan.
"Baiklah. Sebaiknya kau memang harus segera membersihkan dirimu dan segera makanlah." Ucap Duke Ramon.
"Marie tolong siapkan air hangat untukku. Dan minta pelayan untuk menyiapkannya air hangat juga untuk kakakku dan Felix." Ucap Ratu Roseline.
"Baik Yang Mulia." Jawab Marie.
Ratu Roseline segera berendam air hangat karena dia merasakan badannya mulai menggigil.
"Badanku terasa lemas dan mulai menggigil. Mungkin racun duri mawar hitam mulai bereaksi." Gumam Ratu Roseline sambil melihat luka bekas tusukan duri pada jari manisnya.
Ratu Roseline menghela napas panjang.
"Haahh... Padahal aku sudah berusaha dengan sangat hati-hati saat mengambilnya, tapi durinya masih ada yang berhasil menusukku."
Tabib Ma sudah menyiapkan obat penawar racun dari ekstrak bunga mawar hitam dan membawanya ke hadapan Raja Alec.
"Yang Mulia Raja, mohon untuk segera meminum obat penawar racunnya." Pinta tabib Ma.
Raja Alec menolak dengan menggelengkan kepalanya. Raja Alec mulai putus asa dengan keadaannya.
"Aku tidak mau." Ucap Raja Alec dalam gerakan bibirnya saat melihat obat yang berwarna hitam pekat itu.
"Yang Mulia, hamba mohon minumlah obat ini supaya Yang Mulia bisa segera sembuh." Ucap Marquess Filan.
"Tidak. Semuanya percuma Filan." Raja Alec terus menggerakkan bibirnya sambil meneteskan air matanya.
"Hormat hamba, Yang Mulia Ratu." Terdengar teriakan para penjaga di luar kamar.
Raja Alec membulatkan matanya saat mendengar kedatangan Ratu. Ratu Roseline segera masuk ke dalam kamar Raja Alec.
"Hormat hamba, Yang Mulia Ratu." Ucap Marquess Filan dan tabib Ma memberi hormat.
Ratu Roseline melihat obat yang ada dalam mangkuk.
"Mengapa obatnya belum diminum?" Tanya Ratu Roseline dingin.
"Ampun Ratu. Raja menolak untuk meminum obat ini." Jawab tabib Ma.
"Haahh... Sial! Menyusahkan saja." Ucap Ratu Roseline kesal sambil menatap Raja Alec dingin.
Raja Alec mengeraskan rahangnya.
"Kalian berdua tunggu saja di luar. Biar aku yang mengatasi Raja kalian yang manja ini." Ucap Ratu Roseline.
Marquess Filan dan tabib Ma segera keluar dari kamar Raja Alec.
"Mengapa kau tidak ingin meminum obatmu, Raja? Apa kau pikir ini racun?" Tanya Ratu Roseline.
Raja Alec hanya menatapnya dengan tajam.
"Bukankah kamu senang jika aku tidak ada. Kau bisa menjadi penguasa Cardania." Jawab Raja Alec dengan gerakan bibirnya.
Ratu Roseline tertawa.
"Aku memang ingin menjadi seorang penguasa. Tapi sayangnya aku belum ingin menjadi seorang janda di usia muda." Ucap Ratu Roseline sinis.
Ratu Roseline mengambil mangkuk obat itu dan mendekatkannya ke bibir Raja Alec. Raja Alec menggeleng dan menutup bibirnya dengan rapat.
"Kau itu benar-benar menyusahkan. Apa kau tahu untuk mendapatkan obat ini butuh perjuangan?" Ucap Ratu Roseline dengan wajah yang semakin kesal.
Ratu Roseline mendengus kesal.
"Baiklah. Tidak ada cara lain lagi."
Ratu Roseline memasukkan obat penawar itu ke dalam mulutnya, lalu tangannya memegang wajah Raja Alec. Ratu Roseline memasukkan obat itu ke dalam mulut Raja Alec melalui bibirnya. Raja Alec membelalakkan matanya saat bibir lembut Ratu Roseline bersentuhan dengan bibirnya. Obat penawar itu mengalir ke dalam tenggorokan Raja Alec dengan mulus.
Ratu Roseline melepas tautan bibir mereka, lalu mengelap bibirnya menggunakan tangannya.
"Jika setelah ini kau mati karena meminum obat ini, maka aku juga akan ikut mati. Kita sama-sama meminum obatnya." Ucap Ratu Roseline dengan tatapan dinginnya.
Raja Alec masih terdiam karena keterkejutannya. Ratu Roseline segera berdiri dan melangkah keluar dari kamar Raja Alec. Marquess Filan dan tabib Ma langsung menghampirinya.
"Raja sudah meminumnya. Pastikan dia selalu berada dalam pengawasan kalian. Lebih perketat penjagaan di sini. Jangan ijinkan siapapun menemui Raja, kecuali aku dan Ibu Suri Helene." Ucap Ratu Roseline.
"Baik Yang Mulia." Jawab Marquess Filan.
Ratu Roseline sedikit limbung dan hampir terjatuh.
"Yang Mulia Ratu!"
Raja Alec terkejut mendengar teriakan dari luar kamarnya. Tak selang berapa lama, Marquess Filan masuk.
"Apa yang terjadi?" Tanya Raja Alec tanpa suara.
"Tidak ada Yang Mulia. Tadi Ratu hanya terpeleset, tapi semua baik-baik saja." Jawab Marquess Filan sambil tersenyum.
Raja Alec hanya mengangguk, lalu memejamkan matanya dengan sedikit menyunggingkan bibirnya. Hatinya berbunga-bunga saat mengingat momen ciuman mereka tadi.
To be continue ...
...***-❤❤❤-***...
Baca juga novel author :
1. Menikahi Ayah Dari Anak GENIUSKU
2. Terpaksa Menikahi Sahabat (Kecil) Ku
Jangan lupa selalu dukung author supaya lebih semangat dan lebih baik lagi dalam berkarya dengan :
✔Klik favorite❤
✔Tinggalkan comment✍
✔Tinggalkan like👍
✔Tinggalkan vote🔖
✔Beri hadiah🎁🌹
Terima kasih🙏🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
nacho
😍😘😍😘😍😘😍😘😍😘
2024-03-13
0
ketawa kenceng banget disini
2022-11-23
4
Neng Niehan
Cieaaaa Raja senyum" gemes itu 😂😂😂😂😂😂😂😂
2022-11-15
2