Ratu Roseline, Marie dan Felix sudah tiba di ladang para petani dengan membawa dua gerobak berisi benih gandum sesuai janjinya kemarin. Ratu Rosaline juga mengerahkan para anak buah Felix serta beberapa pekerja dari kediamanan Duke Sullivan yang berjumlah puluhan orang datang untuk membantu. Mereka membawa semua peralatan pertanian.
"Selamat pagi, Nona. Kami senang sekali, akhirnya Anda sudah tiba." Sapa Gustav. "Dan siapa mereka? Apakah mereka adalah para pekerja Anda?"
"Selamat pagi, Gustav. Kau benar, mereka akan membantu kita. Apa kalian sudah mengumpulkan apa aku yang minta kemarin?" Tanya Ratu Roseline.
"Sudah, Nona. Kami sudah menyiapkan kotoran hewan ternak sebanyak mungkin. Dan para istri dan anggota keluarga kami juga akan ikut membantu." Jawab Gustav.
"Maaf Nona, memangnya apa yang akan kita lakukan dengan kotoran hewan sebanyak ini?" Tanya petani yang lain.
"Siapa namamu?" Tanya Ratu Roseline.
"Nama saya Javier." Jawabnya.
"Pertanyaan yang bagus, Javier. Kotoran hewan ternak akan kita jadikan pupuk." Jawab Ratu Roseline.
"Pupuk?" seru para petani bingung.
"Ya, namanya pupuk alami. Dan pastinya jauh lebih baik bagi kesuburan tanah. Kita bajak dulu tanah yang ada di ladang ini, kemudian campur tanah dengan kotoran hewan ini. Setelah itu baru kita tabur benih gandumnya." Jelas Ratu Roseline.
"Kami mengerti, Nona." Ucap Gustav, Javier dan para petani yang lain.
Mereka segera melakukan apa yang telah dijelaskan oleh Ratu Roseline. Ratu Roseline juga ikut membantu, tanpa merasa jijik sedikitpun.
"Apa yang Yang Mulia lakukan? Nanti tangan dan tubuh Anda menjadi kotor dan bau. Kulit putih dan mulus Anda bisa terbakar sinar matahari nantinya." Ucap Marie pelan.
Ratu Roseline tersenyum.
"Kau tidak perlu khawatir, Marie. Semua ini tidak akan melukaiku. Untuk masalah kulit, aku bisa mandi susu nanti." Jawab Ratu Roseline santai.
Marie hanya bisa menghela napas panjang.
Pada siang hari pekerjaan mereka pun selesai, karena dikerjakan oleh banyak orang.
"Ini Yang Mulia, minuman Anda." Ucap Felix sambil menyerahkan kantong air minum kepada Ratu Roseline.
"Terima kasih, Felix."
Ratu Roseline segera meneguk airnya.
"Akhirnya pekerjaan ini selesai juga. Semoga benih-benih ini bisa tumbuh dengan baik dan para petani bisa melakukan panen raya nantinya." Ujar Roseline.
"Tentu saja, Yang Mulia." Sahut Marie.
Gustav, Javier dan para petani yang lain segera menghampiri Ratu Roseline.
"Terima kasih banyak, Nona. Karena bantuan Anda dan anak buah Anda, ladang gandum kami menjadi lebih subur dan baik lagi. Bagaimana kami bisa membalas kebaikan kalian? Jujur saja kami tidak punya uang saat ini." Ucap Gustav.
Ratu Roseline memandang satu per satu wajah para petani itu yang menunduk malu.
"Sejak awal sudah aku katakan, jika aku berniat untuk membantu kalian. Dan aku tidak menginginkan imbalan. Tapi ada satu cara supaya kalian bisa membalasnya." Ujar Roseline.
"B-bagaimana Nona? Apa kami harus menjadi pelayan atau budak Anda?" tanya Javier dengan wajah sedikit takut.
Ratu Roseline menggeleng sambil tersenyum.
"Tidak. Aku ingin kalian merawat ladang dan tanaman gandum ini dengan baik." Ucap Roseline.
Para petani menatap Ratu Roseline dengan wajah berbinar.
"Tentu saja, Nona. Kami janji akan merawatnya dengan baik." Ucap para petani.
"Maaf, Nona. Kalau boleh tahu siapa Anda sebenarnya? Maksud kami siapa nama Anda?" Tanya Gustav.
"Kalian bisa memanggilku Rose." Jawab Ratu Roseline.
"Baik, Nona Rose. Sekali lagi kami ucapkan terima kasih banyak atas bantuan Anda dan para anak buah Anda." Ucap Gustav mewakili para petani.
"Sama-sama. Baiklah. Kami pergi dulu." Ucap Ratu Roseline.
Ratu Roseline segera menaiki kudanya.
"Hati-hati, Nona Rose dan tuan-tuan sekalian." Ucap semua petani.
Ratu Roseline tersenyum sambil melambaikan tangannya. Ratu Roseline beserta rombongannya segera pergi menjauh dari ladang gandum itu. Saat berada di perempatan jalan mereka berhenti.
"Aku ucapkan terima kasih banyak kepada kalian semua yang telah membantu dengan luar biasa hari ini." Ucap Ratu Roseline.
"Sama-sama, Yang Mulia." Ucap para anak buah Felix dan para pekerja Duke Sullivan.
"Sebelum pulang, kalian singgahlah ke kediaman Duke Sullivan. Kakakku, Duke Ramon akan memberikan kepada kalian masing-masing sekantong koin emas sebagai imbalan kalian hari ini." Ujar Ratu Roseline.
Mereka langsung berlutut.
"Terima kasih banyak, Yang Mulia Ratu. Semoga Yang Mulia selalu sehat dan panjang umur." Ucap mereka.
"Sekarang kalian boleh pergi ke kediaman Duke." Ucap Roseline.
"Baik, Yang Mulia." Ucap mereka.
Rombongan pekerja segera pergi menuju kediaman Duke Sullivan.
"Kita pergi ke pasar sekarang." Seru Ratu Roseline.
"Ampun Yang Mulia. Apa tidak sebaiknya kita kembali ke istana? Yang Mulia harus segera membersihkan diri." Ucap Felix.
"Kalau kita kembali ke istana dalam keadaan seperti ini pasti akan mengundang kecurigaan. Kita ke butik Bernard untuk mengganti baju kita terlebih dahulu." Ucap Ratu Roseline.
Roseline, Marie dan Felix segera memacu kuda mereka menuju butik Bernard. Mereka tidak melalui pintu depan butik, namun melalui pintu belakang yang sudah biasa mereka lewati sebelumnya.
Tuan Bernard segera membukakan pintu saat mendengar ketukan.
"Yang Mulia." Seru Tuan Bernard.
Tuan Bernard sangat terkejut saat melihat kondisi Ratu Roseline dan kedua pelayannya yang terlihat sangat kotor dan tercium bau kotoran hewan.
"Tuan Bernard. Apa Nyonya Bernard ada?" Tanya Ratu Roseline.
"Ada Yang Mulia. Silakan masuk." Jawab Tuan Bernard.
Tuan Bernard segera menuju ke ruangan depan untuk memanggil istrinya dan menutup butik mereka.
"Ada apa suamiku? Mengapa kau menutup pintu butik kita lebih cepat?" Tanya Nyonya Bernard.
"Kemarilah. Yang Mulia Ratu datang. Beliau ada di ruangan belakang." Jawab Tuan Bernard pelan.
Nyonya Bernard yang sedang menjahit pun segera berhenti dan berjalan menghampiri suaminya. Suami istri itu segera menghadap Ratu Roseline.
"Hormat hamba, Yang Mulia Ratu." Ucap Nyonya Bernard membungkukkan badannya memberikan hormat.
"Berdirilah, Nyonya Bernard." Ucap Ratu Roseline.
Nyonya Bernard segera berdiri tegak.
"Mohon ampun. Ada apa Yang Mulia datang kemari? Apakah gaun buatan saya yang kurang, Yang Mulia?" Tanya Nyonya Bernard sedikit khawatir.
"Gaunnya tidak ada masalah, semuanya terlihat sempurna. Saya pernah meminta Anda untuk membuatkan baju yang sama seperti baju yang sedang kami pakai sekarang." Jawab Ratu Roseline.
"Sebentar Yang Mulia, saya ambilkan." Sahut Nyonya Bernard, kemudian membuka sebuah lemari baru dan mengambil tiga pasang baju.
"Ini Yang Mulia." Ucap Nyonya Bernard sambil meletakkan baju itu di atas meja.
"Terima kasih Nyonya Bernard." Ucap Ratu Roseline. "Apa kami boleh meminjam kamar mandi yang ada di rumah ini?"
"Te-tentu saja boleh Yang Mulia. Tapi mohon maaf kamar mandi kami kecil dan sangat sederhana." Ucap Tuan Bernard.
"Itu tidak masalah." Sahut Ratu Roseline.
"Tunggu sebentar, Yang Mulia. Saya siapkan dulu air panasnya." Ucap Nyonya Bernard.
Ratu Roseline mengangguk. Setelah menunggu selama 30 menit, Ratu Roseline segera menuju kamar mandi dengan diantarkan oleh Nyonya Bernard. Air mandi untuk Ratu Roseline sudah siap. Nyonya Bernard juga sudah menyiapkan handuk baru dan bersih untuk Ratu Roseline.
Setelah Ratu Roseline selesai membersihkan diri dan mengganti pakaiannya, Marie dan Felix juga melakukan hal yang sama secara bergantian. Nyonya Bernard sudah membuatkan teh hangat dan beberapa roti untuk Ratu Roseline dan kedua pelayannya. Ratu Roseline sangat menikmati roti dan teh hangat itu karena perutnya memang sudah sangat lapar.
"Tuan Bernard, di mana kita bisa mendapatkan benang jaring laba-laba dan benang wol dalam jumlah yang banyak?" Tanya Ratu Roseline.
"Semua bahan itu berada di daerah Silla yang terletak di wilayah utara kerajaan Cardania, Yang Mulia. Perjalanan ke sana bisa membutuhkan waktu sekitar tiga hari jika menggunakan kereta kuda." Jawab Tuan Bernard.
Ratu Roseline hanya mengangguk dan berpikir.
"Apa kalian memiliki teman sesama penjahit di daerah sini?" Tanya Ratu Roseline lagi.
"Ada Yang Mulia. Kebanyakan saudara hamba bekerja sebagai penjahit, hanya saja di beberapa tempat yang berbeda." Jawab Nyonya Bernard.
"Bagus. Setelah aku mendapatkan bahan-bahan itu, aku ingin kalian mendatangkan mereka. Aku ingin kalian membuatkan baju dalam jumlah yang banyak." Ucap Ratu Roseline.
"Baik, Yang Mulia." Jawab Tuan dan Nyonya Bernard.
Ratu Roseline, Marie dan Felix segera meninggalkan butik Bernard dan kembali ke istana.
"Hormat, Yang Mulia Raja. Yang Mulia Ratu sudah kembali." Lapor seorang penjaga kepada Raja Alec yang berada di ruangannya.
Raja Alec hanya mengangguk, lalu segera melangkahkan kakinya menuju halaman istana.
"Yang Mulia Raja." Sapa Countess Sarah.
"Countess Sarah." Jawab Raja Alec.
"Yang Mulia Raja mau ke mana? Apa hamba boleh ikut?" Tanya Countess Sarah.
Raja Alec mengangguk.
"Aku mau ke halaman depan." Jawab Raja Alec.
Raja Alec dan Countess Sarah segera berjalan menuju halaman istana secara beriringan dengan Marquess Filan dan pelayan Nara yang berjalan di belakang mereka.
"Aku dulu memang tidak menyukai Ratu Roseline. Tapi aku lebih tidak menyukai wanita ini." Batin Marquess Filan.
Tak selang berapa lama, Ratu Roseline tiba. Ratu Roseline segera turun dari kudanya. Felix segera meminta penjaga untuk mengambil kuda Ratu dan memasukkannya ke dalam kandang.
Ratu Roseline memutar bola matanya dan mendengus kesal saat melihat dua orang yang tidak ingin dilihatnya.
"Salam, Yang Mulia Raja." Sapa Ratu Roseline.
"Kau dari mana saja Ratu? Hampir setiap hari kau keluar istana. Apa kau sudah lupa dengan posisimu sebagai seorang Ratu di kerajaan ini? Tidak bisakah kau melakukan tugasmu sebagai Ratu dengan baik?" Raja Alec terlihat marah.
Countess Sarah sedikit menyunggingkan bibirnya. Dalam hati dia merasa senang karena Raja Alec memarahi Ratu Roseline. Ratu Roseline bisa melihat senyuman tipis Countess Sarah. Ratu Roseline langsung menatap mata Raja Alec tajam.
"Hamba keluar istana bukan sekedar untuk bermain Yang Mulia. Dan tugas Ratu yang mana, yang tidak hamba lakukan dengan baik? Hamba sudah mengatur semua pelayan di istana ini dengan baik. Hamba juga melaksanakan tugas sebagai menantu Ibu Suri dengan baik. Semua laporan yang harus hamba buat juga selalu selesai tepat waktu."
"Tugas yang mana lagi Yang Mulia? Jika yang Yang Mulia maksud adalah tugas sebagai seorang istri yang selalu berada di samping Yang Mulia, yang selalu ingin menempel pada Yang Mulia, hamba akui hamba tidak bisa melakukannya dengan baik. Karena sudah ada orang lain yang menggantikan posisi hamba." Ucap Ratu Roseline dingin.
Raja Alec terdiam dan mencerna ucapan Ratu Roseline.
"Aku dengar Ratu sedang berlatih pedang. Untuk apa Ratu melakukannya?" Tanya Raja Alec.
Ratu Roseline tersenyum sinis.
"Untuk apa? Tentu saja untuk melindungi diri hamba dari bahaya." Jawab Ratu Roseline.
"Apa Ratu lupa jika sudah memiliki suami, seorang Raja yang hebat dalam bertarung? Bahkan dijuluki "Dewa Perang"." Ucap Raja Alec.
"Hamba tidak lupa Yang Mulia. Tapi di setiap nyawa hamba terancam, Yang Mulia tidak pernah berada di sisi hamba." Ucap Ratu Roseline.
Raja Alec melihat kesedihan dan kekecewaan dari tatapan mata Ratu Roseline. Raja Alec tercekat, dan lidahnya terasa kelu.
"Hamba mohon ijin untuk kembali ke istana hamba, Yang Mulia." Ucap Ratu Roseline, lalu memberi hormat dan melangkahkan kakinya.
Tak lama kemudian langkahnya terhenti dan berbalik.
"Ah, aku lupa bilang. Kalian berdua terlihat sangat serasi." Sindir Ratu Roseline sambil menyunggingkan bibirnya.
Raja Alec terkejut mendengar pernyataan Ratu Roseline. Ratu Roseline dan Marie segera berjalan menjauh. Raja Alec masih terdiam sambil memandang tubuh Ratu Roseline yang semakin menjauh.
"Yang Mulia." Panggil Countess Sarah.
"Sebaiknya kita menjaga jarak Countess Sarah. Jika tidak ada hal yang penting, jangan datang menemuiku. Aku tidak ingin Ratu menjadi salah paham." Ucap Raja Alec dingin.
Raja Alec segera kembali ke ruangannya bersama Marquess Filan. Countess Sarah masih berdiri membatu. Hatinya terasa sakit mendengar ucapan Raja Alec. Bulir air matanya menetes secara perlahan.
"Apa Anda baik-baik saja, Nona?" Tanya Nara.
Countess Sarah segera menghapus air matanya.
"Kita kembali ke kamar, Nara." Ucap Countess Nara sambil berjalan menuju paviliun tamu.
Raja Alec langsung duduk di kursinya sambil merenung. Marquess Filan terus memperhatikannya tanpa berani bertanya.
"Filan." Panggil Raja Alec.
"Ya, Yang Mulia." Sahut Marquess Filan.
"Apa Ratu sangat membenciku?" Tanya Raja Alec.
Marquess Filan menarik napas panjang.
"Mohon ampun, Yang Mulia. Jika dilihat dari tatapan mata Ratu, terlihat sekali ada rasa benci, marah, dan kecewa bercampur menjadi satu." Jawab Marquess Filan dengan hati-hati.
Raja Alec terdiam, lalu berjalan ke arah jendela. Raja Alec menatap ke arah istana taman Ratu yang berada tepat di bawah jendela ruangan pribadi Raja. Raja Alec melebarkan matanya dan mengeraskan rahangnya saat melihat Ratu Roseline sedang mengayunkan pedangnya dan menebas beberapa tanaman dengan brutal, untuk melampiaskan kemarahan yang dirasakannya saat ini.
To be continue...
Baca juga novel author :
1. Menikahi Ayah Dari Anak GENIUSKU
2. Terpaksa Menikahi Sahabat (Kecil) Ku
Jangan lupa selalu dukung author supaya lebih semangat dan lebih baik lagi dalam berkarya dengan :
✔Klik favorite❤
✔Tinggalkan comment✍
✔Tinggalkan like👍
✔Tinggalkan vote🔖
✔Beri hadiah🎁🌹
Terima kasih🙏🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
nacho
😍😘😍😘😍😘😍😘😍😘
2024-03-13
0
Bunga Nirwana
aneh cerita novel nya
2023-11-09
2
Bunga Nirwana
ga jelas cerita
2023-11-09
1